Susahnya Menjadi Wanita

Wanita dalam hal ini terwakili oleh Ibu, Kakak (meski aku tak punya kakak) dan adik perempuan. Hal ini kualami sendiri sewaktu orang yang yang membantu kami dikontrakan rumah di banda aceh... Tepat sudah tiga bulan kepergian kawan kami ini dari rumah yang alasannya saat kepergiannya adalah rindu dan ingin membantu orang tuanya dikampung. Alhasil jadilah aku dan temanku merangkap tugas sikawan ini. Mulai menyapu rumah, ngepel, mencuci pakaian sendiri, mencuci piring dan memasak. Sekedar informasi kami bertiga tinggal dirumah yang disewa oleh Mantan Bosku sewaktu kerja di Medan dulu. Sekarang statusku adalah menumpang disini tanpa membayar apapun. Hal yang wajarlah jika aku berperan menggantikan tugas si kawan itu. Suatu waktu sepulang aku ingin sekali memasak, semua bahan sudah kami beli. Jadilah aku grasa-grusu didapur sendirian. Pekerjaan mulai dari jam 6 sepulang kantor dan selesai jam 8 malam. Sungguh melelahkan memang. Aku mampu memasak meskipun sederhana. Kalau hanya buat teri sambal + Sayur bayam + Nasi di Rice cooker+ + Assesoris lainnya rasanya gampang toh. Tapi itu kulaksanakan selama 2 jam dan sudah membuatku shock melakukannya. Kalau hanya sesekali mungkin tak apalah, tapi kalau setiap hari... Wow kebiasaanku browsing, Playstation bakal terjajah. Selintas timbul satu pemikiran dihatiku betapa susahnya selama ini Ibuku meladeniku, betapa capeknya adikku membantu membersihkan bajuku. Aku sadar seketika itu juga. Betapa kelak orang yang kuperistri akan begitu susahnya setiap hari. ditambah aku bisa saja bermuka masam ditengah kelelahannya. Ya ampun.... Apakah selama bersama ibuku aku sudah membalasnya? Rasanya belum.. But I want to make so. Ibuku yang selama ini kukenal adalah seorang pekerja keras, selain begitu sibuknya setiap hari dirumah, sang ratu kami inipun ikut membantu sang raja untuk mencari nafkah. Jadilah profesi ganda yang ia lakoni setiap hari hingga hari ini. Perjuangan yang amat sangat ini seakan menjadi Motivasi untuk setiap ibu disekitarnya... pernah suatu ketika Adikku yang no 5 setelah menyelesaikan Kuliahnya harus menganggur beberapa saat. Ada banyak ibu yang sedikit menyindirnya mengatakan, "Lihatlah inang, sudah begitu susahnya inang menyekolahkan anak inang itu jadi menganggur juga" kata mereka. Dengan senyum pahit ibuku mengatakan setidaknya aku sudah memberinya pendidikan, minimal wawasannya pasti bertambah, dan untuk wawasan yang sedikit itu memang mahal harganya imbuh ibuku. Walaupn hati kecilnya mengatakan memang sedikit terusik, bayangkan setiap hari aku bekerja, model pakaianku tak bisa mengikuti trend kawan-kawanku sesama ibu, aku tak ada waktu menikmati kesenangan, semua hanya untuk menyekolahkan kalian sedikit berkeluh kesah pada kami. Ada suntikan semangat luar bisa bagi kami anak-anaknya, sewaktu kecil ayahku sekolah pas-pas an karena ketiaadaan tekad dari ayahnya yaitu ompungku, sama juga dengan ibuku. Padahal mereka punya kemampuan disekolahnya. Jadilah mereka sekolah atasa biaya sendiri dengan pendidikan yang seadanya. Setelah membesar diperantauan, masing - masing mendengar kabar bahwa teman-temannya sudah menjadi orang hebat karena ditopang pendidikan yang cukup kala itu. Dari masa lajangnya merekapun sudah punya tekad untuk membesarkan anaknya kelak dengan pendidikan yang baik semampu mereka. Mereka memang pasangan yang klop, cocok, meskipun aku, kami anak-anaknya belum bisa memberikan yang terbaik bagi mereka. . Aku ingin sekali suatu saat semangat ibuku mengispirasi semua ibu yang secara ekonomis tidak mapan namun punya semangat untuk memberikan pendidikan pada anak-anaknya. Hanya satu Tujuan... Make Human being More Human.. Salam Hangat

Tidak ada komentar: