Wanita Indonesia Motivator Korupsi Indonesia….

Judul diatas bukanlah suatu kalimat yang dimaksudkan untuk menarik perhatian lebih dari orang lain. Wanita dalam hal ini adalah manusia berjenis kelamin perempuan dan sudah berkeluarga. Kita sering mendengar, membicarakan tentang kiprah seorang wanita (red, istri) dalam menunjang karir seorang Pria (red; suami) baik dalam organisasi, pekerjaan dan lain-lain. Mungkin sangat terasa asing dalam budaya timur bila seseorang menggapai suatu Jabatan tertentu tanpa adanya pendamping/Istri. Bahkan contoh kecilnya sewaktu akan dilaksanakannya perayaan wisuda, selalu diharapkan sang wisudawan/wisudawati untuk membawa pendamping. Sebelum mendapat penjelasan singkat, mungkin bila ada yang membaca ide ini akan merasa aneh, bahkan akan mempertanyakan korelasinya. Wanita – Korupsi.
Tulisan ini terinspirasi dari hasil pembicaraan dengan seorang wanita teman sekerja. Pembicaraan yang muncul adalah mengenai Hidup dalam koridor Idealisme. Dinegara kita ini mungkin tidak asing bila seseorang yang hidup dan terkungkung dengan keidealismeannya maka ia pun akan hidup ala kadarnya. Bahkan untuk menyekolahkan anaknya akan pontang-panting. Hal ini dikhususkan kepada mereka sang abdi Negara yang hidup dengan Gaji yang diperoleh dari keringat rakyat. Hal ini saya bandingkan dengan diri saya yang pada waktu itu seorang konsultan proyek Negara kala itu. (lihat postingan sebelumnya). Kala itu temanku ini mengharapkan seorang lelaki buat pendampingnya yang suatu saat mapan dalam segala hal, terutama materi. Hal yang paling sulit saya terima adalah suatu pembenaran bagi setiap orang untuk mengambil hak orang lain sewaktu ia memiliki kesempatan. “Bolehlah mencuri asal tidak ada yang kehilangan”. Dari pada hidup susah, toh kalau kita tidak curi, maka akan dicuri orang lain juga. Inikah cara pandang para Wanita kita, keluhku...... Nah daripada berbeli-belit lebih baik langsung keintinya. Republik ini dikenal oleh bangsa lain karena tingkat korupsinya masuk dalam Top Ten di Dunia. Kita sebagai bangsa yang beradab, bersosial yang tinggi, sangat ramah tamah sesuai dengan adat ketimuran. Namun semua itu adalah keramah tamahan untuk menutupi borok kita sendiri. Sangat tidak masuk akal bila seorang pejabat membagi-bagikan beras, amplop dan lain-lain yang semua itu adalah sisa-sisa yang dia korupsi dari Negara ini. Namun pernahkah seorang istri, ibu atau yang lainnya menanyakan kepada si-suami dari mana uang yang diperoleh? Dia pastinya tahu besarnya gaji suaminya, dia pasti tahu sumber-sumber pendapatan lainnya. Nah bila ada yang lebih dari biasanya, pernahkah si-istri bertanya tentang asal-usul uang itu? Nah bila ia telah tahu, ternyata uang itu adalah uang ”Haram” pernahkah ia melarang si-suami dan mengembalikan uang itu. Secara logika pasti tidak, mengapa? Istri-istri yang ramah ini butuh dana untuk belanja ke luar negeri, memenuhi tingkat hidup yang meningkat (pasti meningkat, karena status sosial meningkat pula). Berpesta.. dan lain sebagainya. Pasti ada yang bilang “belum tentu”, jangan mengeneralisir permasalahan. Seolah-olah mereka semuanya begitu. Ok…… secara logika yang saya sebutkan diatas…. Bila mereka tidak menganggap mereka begitu mengapa Korupsi di Negara kita ini nomor wahid di Dunia. Siapa yang korupsi? Bukankah pejabat-pejabat kita? Berapa banyak pejabat-pejabat kita yang korupsi, sebesar itulah banyaknya wanita Indonesia yang munafik. Sudahkah dapat korelasinya?. Yang menjadi pertanyaan adalah “Mengapa mereka sebagai wanita yang hatinya sensitive, penuh rasa, lemah, penuh kasih sayang malah menjadi sumber motivasi buat sisuami untuk mencuri (korupsi)”. Bila seorang pria tertangkap menipu mungkin itu adalah dunianya lelaki meskipun itu tidak baik, namun bila siwanita dengan kodratnya itu menjadi penipu dibelakang layar…. Entahlah…. Hanya Tuhan yang tahu… Lebih baik kita Tanya Hati kita masing-masing. Mungkin kita sering menonton siaran berita, melihat Korp para istri-istri diberbagai instansi dinegara ini.. pada waktu pelantikan, acara kebesaran, perayaan-perayaan keagamaan, pada saat itu sangat kelihatan cantik dengan harmonisasi kaca mata hitamnya dengan model bajunya, mobilnya. Begitu sisuami dijadikan tersangka kasus korupsi dia masih pura-pura lugu tidak percaya dan masih sempat mengucap kata-kata dari agama. Begitu dijadikan terdakwa, dengan sendu dia mengatakan harus kuat menghadapi cobaan dari Tuhan…. “Inikah cobaan Tuhan”, melintas dalam pikiranku. Ini bagi sisuami yang terkena proyek tebang pilih pemberantasan korupsi dinegara ini (maaf kata temanku kalau diusut bisa 80% pejabat kita ini masuk penjara). Bagaimana dengan koruptor-koruptor lainnya…. ? Sadarlah wahai ibu….., mari kita rubah cara pandang kita. Hidup seadanya bukan berarti terkutuk, akan lebih hina mereka yang mencuri dari rakyat yang susah ini. Mungkin tidak ada yang mengetahui perbuatan anda, suami, kolega tentang korupsi, kezaliman yang anda perbuat.. Namun sebagai wanita yang penuh kasih sayang, pengertian, seharusnya malu pada diri sendiri. Karena yang anda nikmati adalah hak orang lain…. Sebagai orang yang beragama… tentu kita tahu apa ganjaran yang akan kita peroleh…. Semoga para ibu-ibuku sebagai cerminan wanita Indonesia bisa berubah. Kelak “Wanita Indonesia Penggagas/motivator Korupsi Indonesia….” Berubah menjadi Wanita Indonesia sumber inspirasi wanita dunia.
Maaf bukan aku bermaksud menyinggung perasaaan siapapun anda, mungkin naïf memang, namun percayalah pameo wanita berada dibalik sukses/gagalnya seseorang tidak akan pernah hilang. Karena besarnya angka korupsi kita, tentunya tidak lepas dari besar kecilnya peranan siistri secara langsung maupun tidak. Semoga wanita yang mengispirasikanku mengenai tulisan ini menyadari apa yang selalu diperbuatnya. Hidup seadanya akan lebih berarti dari pada hidup mewah dengan mencuri hak-hak mereka orang susah. Aku sangat mengimpikan generasi muda seperti aku ini, merubah paradigma berfikir. Semoga semangat Nasionalime kita semakin mengental, mencintai Negara ini akan mengurangi niat kita untuk mengambil milik Negara ini, dengan tidak mengambil yang bukan hak kita, maka akan tersisih sedikit buat mereka(simiskin) yang belum memiliki sedikitpun kesempatan dalam hidupnya.

Selengkapnya?

Surat Buat Eyang/Pak Harto Sebelum Game Over

Kepada yth
Eyang (Mantan Presiden Soeharto

Sudah 8 tahun sejak Reformasi ini apa yang saya saksikan dalam perjalanan sejarah bangsa ini malah jalan ditempat. Dahulunya ketika Eyang masih menjabat Presiden Negara ini tetap aman, kondusif, tanpa ada gangguan yang berarti. Sampai badai krisis moneter yang memporak-porandakan semua sendi-sendi kehidupan bernegara.

Saya tidak meminta Eyang kembali naik tahta dipemilu 2009 ini. Malah saya sebagai rakyat memohon bantuan kepada Eyang mengatasi permasalahan bangsa ini sebagai bentuk tanggung jawab moral Eyang atas apa yang Eyang lakukan selama masa kepemimpinan Eyang. Mungkin sebagaian rakyat ini masih mencintai Eyang yang kata mereka telah berbuat jasa besar mengangkat harkat dan martabat bangsa ini. Cinta yang mereka berikan menurut saya adalah cinta kepada orang tua yang kasihan kepada Eyang akibat Eyang sering sakit-sakitan dan lanjut usia. Dahulu kami/mahasiswa sebagai pelopor pergerakan masih arogan meminta peradilan buat Eyang sebagai bentuk keadilan bagi kita semua. Namun kami salah, Eyang telah menanamkan pengaruh yang telah mengakar kesemua orang-orang yang seharusnya berkewajiban menjalankan HUKUM dinegara ini. Kami memang sangat tolol saat itu, bagaimana mungkin menghukum Eyang setelah 32 Tahun menanamkan pengaruh yang mengakar tersebut, justru para elit kepemimpinan akan melindungi Eyang sebagai bentuk balas jasa mereka atas bimbingan yang Eyang berikan. Memang arus reformasi saat itu hanya dapat melengserkan Eyang sebagai pohon tanpa membongkar semua akar-akarnya. Jadilah Eyang aman-aman saja malah mendapatkan pengampunan dari Negara. Saya mengatakan Eyang bertanggung jawab karena melihat kondisi bangsa ini. Lihat Eyang, kita kalah bersaing dengan Negara-negara tetangga kita seperti Malaysia yang dulunya masih mengemis kepada kita. Kita tidak punya posisi tawar lagi. Dulu rakyat relatif tidak begitu merasakan pahitnya perekonomian, serba masih murah namun mereka tidak sadar semua itu adalah utang yang Eyang lakukan kenegara-negara luar dan harus kita bayar. Jadilah kita membayar sekarang. Saya sedikit bingung, Negara yang sumber daya alamnya melimpah ruah ini harus berutang kemana-mana. Tapi memang ada banyak orang yang rakus, rakus dan rakus. Tega, tega dan tega. Biadab dan keji (maaf aku memang terlalu emosi eyang) Mereka ada disekitar Eyang.. jadilah korupsi merajalela, bahkan membudaya. Tidak ada rasa malu, tidak ada rasa Nasionalisme, semua demi kepentingan pribadi. Budaya inilah yang Eyang wariskan. Apakah Eyang tidak merasa berdosa (bersalah). Eyang menitipkan bangsa ini dalam kondisi yang menggenaskan. Elok diluar busuk didalam. Eyang bisa bayangkan 60 tahun lebih merdeka listrik belum tiba kalaupun ada masih dijatah. Masih banyak kondisi begini Eyang dipedalaman. Saya melihat sendiri Eyang. Anak-anak hanya untuk menamatkan SD saja tidak mampu karena kesulitan biaya, sarana dan prasarana. Mungkin Eyang sudah menitikkan air mata ketika membaca suratku ini, Eyang tidak menerima kenyataan ini dan menganggap gelar Bapak Pembangunan tidak pantas Eyang sandang bukan?. Memang ada desa/kota/tempat yang maju, ada yang meningkat taraf hidupnya, hanya saja hal yang sulit menerima adanya kemiskinan ditengah melimpah ruahnya kekayaan alam, adalah hal yang sulit bagi saya untuk menerima jika mereka miskin namun banyak pejabat yang kaya raya. Meminta lebih dan lebih. Menganggap waktu yang mereka berikan telah lebih dan harus dikompensasikan dengan tambahan gaji/sarana. Dimana keadilan, dimana nasionalisme, dimana kami mengadu. Kami tidak iri kepada anak cucu Eyang dan pejabat pemerintahan lain berlibur, belanja keluar negeri, sekolah yang terbaik, baju yang bagus dan gonta-ganti bahkan uang jajannya sehari bisa menyekolahkan beberapa anak miskin ini paling tidak satu bulan. Mereka,saya dan yang lainnya tidak iri, selama apa yang mereka dapatkan itu adalah buah kerja keras dan kejujuran. Bagaimana ada kejujuran jika seharusnya anak-anak mereka yang kurang mampu dapat bantuan disekolah malah disantap entah siapa, seharusnya mereka dapat keringanan dalam pembiayaan rumah tangga malah ditilap entah siapa. Ini masih digolongan/pemerintahan lapis terbawah. Tiada lagi rasa malu Eyang. Inilah salah satu yang Eyang wariskan. Mengakar kesemua sebagai virus fikiran.Namun Yang berlalu biarlah berlalu Eyang, yang bisa saya harapkan Eyang membantu mereka yang sudah menjadi korban kesalahan, korban ketidak adilan. Setelah Eyang lengser, saya tidak pernah mendengar Eyang lagi turun kedesa-desa memabantu mereka yang susah. Apa benar memang Eyang tidak punya uang, Eyang bisa minta dari anak cucu Eyang yang konon kaya raya, teman-teman Eyang yang aktif maupun pensiunan pejabat. Mereka pasti memberi, soalnya bagi mereka Eyang tuh sudah dianggap Dewa. Mudah-mudahan kalau dikumulatifkan semua yang mereka beri bisa menggratiskan anak-anak SD minimal setahun. Anggaplah seperti menabur amal di didunia sebelum Eyang dipanggil yang kuasa untuk meniggalkan kami selama-lamanya.Maafkan jika aku salah Eyang, hal ini kulakukan paling tidak supaya aku menerima Pengampunan Eyang yang diberikan oleh Pejabat diNegara ku ini. Tulisan ini adalah buah pikiran adikku yang dititip ke e-mailku. Aku malah tertegun, ternyata hampir semua dikeluarga kami dicekoki sang ayah pengaruh budaya yang memalukan itu (Korupsi, Nasionalisme Picik). Ayahku akan selalu bilang Mencintai Negara Lebih Berharga dibandingkan Mencintai dirimu sendiri. Kami pernah bolos sekolah ketangkap basah si ayah dan dipaksa mengangkat keranjang berisi ubi kayu ke tengah jalan raya sembari bendera Merah Putih di ikatkan ketangan. Ayahku bilang, jika kau bodoh, dan malas sekolah maka akan menjadi sampah masyarakat dan menjadi beban Negara ini. Yang lebih membekas diingatan penulis pernah dilempar kearah kepala dengan cangkir steinless (istilah kami “cangkir besi” kala itu). Untung saja tidak mengenai tubuhku dan cangkir itu penyot sedalam 1 cm karena aku tidak mau kursus Bahasa Inggris. Akhirnya aku turuti dan ternyata sangat-sangat berguna buatku. Sampai sekarang aku menyimpan cangkir itu, sebagai kenang-kenangan hidupku. Darah Militer itulah istilah kami buat sang ayah dan sekarang masih berjuang menyekolahkan 3 lagi buah hatinya. Selamat Berjuang Ayah, Semoga Semangat Nasionalismemu tetap tertanam untuk semua Generasi dibawahmu. Bangkitlah Indonesia.

Selengkapnya?

Mengapa Kita Tertinggal

Dahulunya kejayaan Nusantara mungkin salah satu kekuatan yang cukup diperhitungkan dibelahan bumi Asia bahkan Dunia. Masa kejayaan kerajaan Mojopahit, Sriwijaya dan lainnya seakan menjadi kebanggaan dalam sejarah. Kita bisa bayangkan begitu takjubnya semua orang akan kemegahan Candi-candi khususnya Borobudur. Belum lagi Kapal lautnya yang seolah-olah menjadi penguasa Lautan. (nenek Moyangku seorang pelaut).

Jaman berubah, peradaban berubah. Pulau yang terpisah ini disatukan menjadi suatu Republik yang dinamai INDONESIA. Kita masih ingat dengan bangganya kita mengatakan dijajah 350 tahun dan Merdeka dengan menggunakan bambu runcing saja sebagai senjata. (teman aku ada yang nyelutuk “ Bukankah suatu kebodohan kalau kita sampai dijajah sampai sebegitu lama”). Namun semangat pekik Merdeka kala itu mungkin melupakan kenapa kita bisa dijajah selama itu. Lalu Muncul Tokoh yang sangat kharismatik “ Ir. Soekarno” yang sangat dikagumi semua orang meskipun banyak juga luka yang Beliau tinggalkan. ( Salah satunya pengkaderan ). Beliau mewariskan tampuk kepemimpinan ini kepada seorang jenderal besar, sangat berjasa atas republik ini sehingga digelari BAPAK PEMBANGUNAN.(terserah anda menilai). Peradaban terus berjalan seiring waktu. Setelah 30 tahun memimpin, terjadilah hal yang semua orang akan perkirakan. Republik sudah Tiarap, tunduk tak berdaya. Masih segar dalam ingatan kalau begitu banyak rakyat ini yang harus mengalami siksa dari Negara lain, dan yang menyakitkan republik tidak memilik senjata untuk melindungi mereka. Sebut saja Nasib para TKW, Kasus pemukulan wasit, Kasus mencaplok lagu, dan lain. (“Tak akan mereka perdulikan. Kursi yang kuambil ini bukannya tidak aku bayar” mungkin seru batin mereka. “Aku disini bukan hanya mengurusi anda dia dan kamu” tambahnya). Tanpa bermaksud menyalahkan mereka secara menyeluruh tapi itulah kejadian yang sangat lumrah terjadi. Rakyatnya miskin (seharusnya tidak!!!. Negara ini diberi kekayaan alam yang berkelimpahan) namun sangat banyak pejabat, pengusaha, dan maling-maling yang hidup lebih dari cukup. Seandainya dia memiliki semua itu dengan jujur taklah menjadi masalah. Namun mereka memanfaatkan keluguan rakyat ini untuk kesenangan sendiri. (kasihan simiskin). Pameo yang miskin tetap miskin adalah suatu kesalahan yang mengakar. Sama dengan istilah setiap bayi lahir di Negara ini sudah menanggung utang. SALAH…….. Siapa yang berutang harusnya dia yang bayar. Namun kenyataannya memang begitulah, yang miskin tetap miskin karna lahirpun sudah ditunggu utang. Apa yang menyebapkan ini terjadi…………?
Saya bukanlah Antropolog ataupun Sosiolog, saya hanya seorang yang mencoba melihat celah yang sangat terbuka lebar. Namun sangat sepele. Ini mengarah pada sistem yang Penjajah dulu terapkan. Mereka biarkan agar kita tetap miskin, ribut sehingga tidak maju-maju. Memang jadilah kita tidak maju. Terlepas dari kepemimpinan dinegara kita ini ada baiknya kita melihat celah itu sehingga kita bisa memperbaikinya. Kita Miskin bukan karena pemimpinnya saja tentunya.. bagaimana dengan Perilaku kita?..
Sebelum penjajah masuk, peradaban manusianya sudah sangat mapan। Penjajah datang mengobrak-abrik tatanan kehidupan demi kepentingan mereka. Salah satu yang terpenting adalah Politik DIVIDE ET IMPERA. Politik pecah belah antar kesukuan, kasta kerajaan dengan rakyat, antar wilayah dan ini menurut saya sangat berhasil, sehingga jadilah kita di temani selama 350 tahun. Para kaum kerajaan diberikan kemudahan-kemudahan berupa akses, mobilitas, uang dan kesenangan. Bayangkan selama 350 tahun. Apakah tidak mengakar… maka lahirlah para pemimpin-pejabat yang tidak malu untuk disuap, korupsi, dan mencuri. Akan nada kompetisi social yang salah, karna dahulunyapun sudah dikotak-kotakkan belanda. Mereka berlomba mendirikan rumah wah, liburan yang menyenangkan, barang yang super wah, memanjakan keluarga dengan wah (anak, istri, famili) demi si status(kasta) sosial sesuai harapan penjajah. Mereka tidak akan ada lagi perhatian akan orang-orang disekitarnya. Sangat masuk akal bukan, jadi sudah sangat membudaya.
Bagaimana dengan tingkat masyarakat awamnya. Hal ini tidak jauh beda. Sangat kental kita rasakan sifat konsumtif masyarakat ekonomi rendah mengacu pada kegilaan para petinggi kerajaan. Belanda mewariskan semacam hiburan yang dilaksanakan minimal 1X sebulan. Istilah modernnya pasar-malam atau bioskop malam. Hal ini dimanfaatkan oleh belanda dulunya di Kebun yang mereka kelola. Setelah para kuli ini mendapatkan gaji (Gajian besar) yang seadanya maka akan di suguhi acara pasar malam tersebut. Gaji yang dia kumpulkan dalam sebulan habis dalam 1-3 malam. Mereka dapat membeli apa saja yang lagi tren dizamannya meskipun tidak fungsional bagi keluarga mereka. Setelah semuanya habis, merekapun akan diberi utangan (Gajian Kecil. Pameo “ Harta ngga dibawa mati “ membuat secara tidak sadar Begitu ada langsung Habis. Toh harta masih dicari. Jadi Nikmati aja Hidup ini. Antar tetangga yang akan berlomba-lomba menujukkan kelas mereka yang mungkin tidak pantas bagi mereka. Hal ini berlangsung terus-menerus hingga kini. Sehingga mereka tetap miskin (Dalam arti pendidikannya), terbelakang. Itulah awalnya keinginan Belanda, sehingga kita tidak dapat sekolah, tentunya tidak dapat memberontak. Namun Belanda sudah pergi, budaya yang ditorehkan tetap tinggal. Sayangnya itu tidak baik…. Saya mengatakan begitu disebabkan saya tinggal dan dibesarkan di Lingkungan Perkebunan tepatnya Desa Perdagangan Kecamatan Bandar Kab Simalungun(tepatnya perkebunan Lonsum- Bah Lias, dan PT. Panca Surya yang konon katanya milik keluarga cendana) dan masih banyak lagi. Mereka para pekerja itu kebanyakan Transmigrasi dari Pulau Jawa yang lebih banyak didiami Belanda. Jangan heran melihat mereka yang pada umumnya ditiap rumah akan terpajang televise terbaru, motor, dan lain sebagainya. Bereka berlomba mendatangi sipenjual untuk mendapatkan barang mereka yang rata-rata di ambil secara kredit. Namun coba tanya berapa orang anak mereka yang sekolah sampai kejenjang perguruan tinggi. Sebahagian akan bilang buat apa sekolah, sebahagian bilang tak punya uang, sebahagian akan bilang anakku akan menikah bulan segini…..segitu dan lain sebagainya. ( Adalah apresiasi tertinggi bagi mereka yang menyekolahkan anaknya karena terbukanya pikiran arti pentingnya sekolah.
Salah satu suku yang presentasenya terbanyak didesaku itu adalah BATAK. Etos kerja yang luar biasa, punya pikiran maju untuk menyekolahkan anak. Namun kelemahan itu nampak saat sore-ke malam hari. Uang yang dia cari sehari setengah habis untuk kesenangan pribadi si Ayah. MINUM TUAK. Kita bisa bayangkan berapa banyak yang mereka habiskan diwarung-warung tuak(Lapo tuak) setiap hari sambil bernyanyi? Belum lagi ada banyak adu ketangkasan diwarung-warung seperti bermain kartu yang katanya iseng-iseng dan sangat dibanggakan yang katanya JANTAN. Minum tuak sendiri sudah menjadi tradisi bagi masyarakat batak untuk menghangatkan tubuh karena didaerah TOBA sekitarnya adalah dataran tinggi yang udaranya sangat dingin. Budaya itu terbawa sampaikemanapun sang BATAK merantau dan katanya menjadi satu kebanggaan sambil bermai Gitar. OKlah budaya…. Tapi kalau sampai teler/mabuk setiap malam, tidak ingat anak isteri. Besoknya badan lemah sehingga tidak berdaya untuk bekerja. Kawan-kawan bisa menghitung kerugiannya secara gamblang bukan. Adalah kesempatan yang baik bila anak-anaknya yang sudah diharuskan sekolah itu dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik dikarenakan adanya materi yang baik. Orang pasti mengatakan, kalau memang niatnya mau sekolah apapun pasti dia lakukan… entahlah… yang pasti seandainya ada ribuan anak-anak batak yang menempuh pendidikan yang lebih layak. (“Tuntutlah ilmu meski sampai ke Negri Cina” kata pepatah bukan) Mereka bisa bantu membangun Negri ini lebih baik tentunya.
Begitu banyak sifat dan kebisaaan dimasyarakat yang dipatenkan menjadi budaya. Setiap suku masing-masing memiliki kebiasaan kurang baik yang salah satunya di Menado. Pameo “Biar mampus asal Gaya, Menang nampang Doang”(saya lupa anekdot lainnya, Tahun 2000 saya sempat Kesono). Hal ini bisa mengakibatkan pola hidup yang super HEDONISME tentunya, tergantung pelaksanannya.
Terlepas dari itu semua, remaja kitapun dicekoki dengan modernisasi disemua bidang tanpa ada control yang baik. Jadilah para muda-mudi cosmopolitan, pola hidup Hedonisme, ugal-ugalan, narkoba, dan lain sebagainya. Meskipun tetap masih ada yang peduli, “masih ada yang menjaga Merah Putih di pantai terjauh” katanya
Apapula urusanku mengutak-atik kebiasaan/budaya।kesenangan orang lain? Ada yang menghampiri pertanyaan itu dikepalaku setelah selesai menuliskan urain ringan diatas। Saya tidak bermaksud mengutak-atik /menyalahkan, hanya saja perlu dilakukan perbaikan। Menyisihkan sedikit demi sedikit demi masa pendidikan yang lebih baik. Mari Sekolahkan anak kita, Jika kita sudah punya niat untuk itu maka mari sekolahkan dia ketempat yang lebih baik. Tentunya dengan menyisihkan lebih dari sedikit. Sudahlah akhiri budaya-budaya kita yang salah. Mari Kita lebih Bijaksana. Jika kita tetap begini maka mereka yang rakus akan tetap memangsa hak kita karena kebutaan kita akan kepemilikan hak kita. Andai saja semua memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang maka Republik ini tidak akan seperti ini. Percaya atau tidak kita mewarisi budaya yang salah karena Kebiadaban Penjajahan masa lalu, pengaruh lingkungan dan lain sebagainya. Sekarang berlanjut dengan New Imperialisme=Kolonialisme Modern=Diajajah bangsa Sendiri. Selama Kita tidak Pintar kita akan kalah, Sekolah hanya salah satu wahdah menimba ilmu, Ilmu tersebar dimana saja. Tergantung kita menggapainya. Seharusnya kita tidak miskin(red kalah) karena sebelumnya peradaban kita sudah maju. Sumber Daya Alam kita melimpah ruah.
Sangat menyenangkan ketika mendengarkan Iklan Layanan Masyarakat di Televisi. Seorang ayah bertekad akan menyekolahkan anaknya setamat SLTP, ketika ada yang meanwari pekerjaan ke Ibukota.
Masing-masing punya budaya, ada yang salah implementasinya ada yang tetap baik… Anda bisa berbagi sehingga kita bisa melakukan suatu pandangan bagi mereka baik berupa penyuluhan atau bahkan sekitar informasi। Terimaksih……। Mohon Maaf jika menyinggung perasaan saudara सेकलियन. BANGKITALAH INDONESIA



Selengkapnya?

Perhitungan Kekuatan Struktur ( Dari Hati Nurani )

Pernahkah kita tersadarkan bahwa pergerakan hati nurani dibidang konstruksi runtuh dinegara kita tercinta ini. Bagunan yang asal jadi yang diakibatkan pengawasan yang sangat rentan kearah korupsi.... Pernahkah terlintas?

Hati Nurani kita sebesar struktur yang yang kita bangun...
Adalah hal yang lumrah bagi setiap siswa/mahasiswa dan orang-orang yang bergelut didunia bangunan akan menjumpai wacana “kekuatan struktur”(strength of structure). Dalam banyak kasus akan dilakukan pengujian dan penelitian untuk mendapatkan kekuatan suatu struktur melalui pencampuran material-material yang berguna untuk mendapatkan komposisi yang diharapkan. Dalam kasus sederhana banyak mahasiswa akan melakukan pengujian dan sang dosen akan membimbing untuk menyetujui atau menolak penelitian tersebut. Hasil-hasil dan ketentuan-ketentuan mengenai formula campuran material inilah yang akan dibawakan oleh semua pihak-pihak yang terkait dalam perlaksanaan suatu proyek. Baik itu proyek pemerintah/swasta baik berupa sarana infrasturuktur maupun sarana lain. Dalam proyek adalah suatu keharusan untuk melakukan
Ø Pengendalian waktu
Ø Pengendalian mutu
Ø Pengendalian biaya.
Maka dalam tulisan ini akan diangkat permasalahan pengendalian mutu yang banyak dilaksanakan untuk proyek-proyek pemerintah. Karena disinilah lebih sering terjadi kesalahan/kesengajaan yang mengakibatkan mutu yang jauh dari yang diharapkan(rencanakan). Melaksanakan pekerjaan struktur dan mengontrolnya mungkin sudah banyak literature yang mengulasnya. Hanya saja pernahkah terlintas dalam pikiran anda jatuhnya mutu disebapkan rendahnya “Hati Nurani” Mungkin anda akan sedikit bingung, OK. Seperti yang saya sebutkan diatas, ada banyak cara/formula/metode baik dalam hal pelaksanaan untuk melakukan kontrol terhadap mutu. Namun untuk diketahui bahwa banyak sekali kebocoran-kebocoran yang terjadi akibat kelalaian atau bahkan kesengajaan diproyek yang mengakibatkan stuktur suatu bangunan jauh dari target umur rencananya. Contohnya adanya permainan disemua instansi pelaksana proyek tersebut. Hal ini saya angkat dari keluh kesah seorang konsultan yang berpredikat “site inspector” dan tamat dengan title sarjana teknik, disuatu proyek disuatu tempat. Bagaimana beliau melihat sendiri amburadulnya pengawasan terhadap pelaksanaan proyek itu. Beliau bertanggung jawab akan pengendalian lapangan terhadap 3 item diatas. Dari segi pengendalian waktu dan biaya memang ini berhasil, pelaksanaan yang tepat waktu dan biayanya sesuai kontrak Bagaimana dengan mutu? Bangunan yang akan didirikan ini seharusnya menggunakan suatu standar yang telah disepakati didalam kontrak, namun kenyataannya mutunya harus diturunkan dan disepakati oleh PU, Konsultan, dan ini sangat menguntungkan Kontraktor dan selisih mutu ini akan menjadi uang yang akan dibagikan sesuai porsi yang disepakati. Hal ini dikenal dengan istilah yang sangat akrab ditelinga orang proyek “lumpsum”. Setelah mutu ini berkurang, site inspector nakal kembali memanfaatkan lemahnya kontrol dari pimpinannya sehingga bernegosiasi kembali untuk mengambil porsinya baik dari segi kuantitas maupun kualitas struktur. Apabila tertangkap basah oleh atasannya maka atasannya akan mengataka “hati-hati ya, jangan terlalu mencolok”. Beliau tidak akan berani ambil tindakan tegas, Karena anak buah sudah tentu tahu kalau para Bos ini juga sudah ada porsi. Komplikasi bukan? Umur rencana structure berkurang……… bagaimana dengan pelaksanaannya…. Ini juga menjadi masalah…. Misalnya… sesuai dengan standar mutu yang telah disepakati diharuskan untuk melakukan pengecoran didalam air, apalagi berjalan. Pelaksanaan? Nol besar… Kontraktor utama yang banyak mengandalkan sub-sub kontraktor dengan memberikan harga yang sangat jauh dibawah layak ini akan melakukan apa saja termasuk melakukan pengecoran dalam air, lumpur, material yang tidak bersih, apalagi mutu yang telah disepakati dikurangi. Oh ya.. bagaimana bisa seorang sub kontraktor bisa melakukan suatu pekerjaan yang sesuai spesifikasi bila ia telah menerima harga kontraknya (40-60)% dari penawaran kontraktor utama. ( Ada yang bisa beri komentar? ) bagaimana logikanya seorang ditugaskan dilapangan untuk mengawasi pekerjaan yang secara logika jauh dibawah harga standarnya. Sinakal pasti tidak akan perduli, dia akan buat sesuai arahan sibosnya… “Buatkan perintah tertulisnya menolak pekerjaan tersebut” begitulah kira-kira perintah si Bos, namun belakangan surat itu menjadi senjata ampuh bagi sibos untuk melakukan posisi tawar yang baik demi uang masuk. Bagaimana dengan si hati nurani, hampir sama dengan sinakal, dia tahu bahwa ia tidak dapat merubah kondisi tersebut, ia akan lakoni pekerjaan tersebut demi perut sejengkal atau bahkan demi anak istri. Hanya saja ia lebih mengarahkan orang-orang dilapangan untuk memaksimalkan kondisi tersebut. Contohnya melakukan pendekatan dari hati kehati dengan para tukang, pengawas lapangan paling tidak untuk meminimalisir kesalahan pelaksanaan sturktur yang mutunya sudah terdegradasi. Hal yang saya titik beratkan ditulisan kali ini adalah bagai mana menjaga mutu suatu struktur tanpa regulasi yang baik. Dan siapa yang berhak memastikannya? Ada suatu proyek yang menurut institusi yang mengauditnya adalah merugikan negara, disebapkan kegagalan struktur setelah dilakukan peninjauan bersama. Apa yang terjadi? Malahan institusi ini juga mengambil kondisi ini dengan memeras pimpro, kontraktor demi uang masuk. Hal ini benar-benar terjadi. Nah kembali kepertanyaan sebelumnya, siapa yang bisa memastikan ini akan benar-benar aman? Ingat Menara kembar di Malaysia? Satu lantai bangunan itu terpaksa harus dibongkar karena standar mutu yang diharapkan tidak sesuai, padahal ketidak sesuaian itu persentasenya sangat kecil dibandingkan efek yang akan ditimbulkannya. Tapi diperintahkan untuk dibongkar.. Bagaimana dengan kita?.. Hal ini sudah pasti menjadi ladang uang bagi mereka yang menemukan kesalahan itu. Oleh karena itu ada banyak dari kita pengawas, yang mengharapkan kesalahan dari kontraktor sehingga ada jalan bagi kita untuk melakukan posisi tawar yang kemudian kita sebut uang pengertian… Benarkah demikian? Ask yourself…….. Who You are…
Adalah Percuma Hitung-Hitung, test segala Macam, Rumus yang Berkepanjangan apabila Tanggung Jawab Moral masih (?)ditengah pelaksanaan regulasi hukum yang amburadul...
Tulisan ini terlintas begitu saja, dan hanya dari satu sudut pandang (pihak pengawas bawahan( tentunya ada dari pihak kontraktor, Pemerintah, dan lain sebaginya… Silahkan buat tanggapan anda. Menghilangkan penyelewengan itu mungkin sulit, namun kita dapat menguranginya dengan manggugah hati nurani kita dan mereka yang berkutat didalamnya… Mari berbagi ide…

Technorati Profile


Selengkapnya?