Runtuhnya Republik Ini

Masa SMU adalah masa dimana ada rasa bangga yang berlebihan akan berdirinya suatu bangsa ini. Masa yang kuingat adalah terlabelinya pikiranku dengan bangsa yang besar, bangsa yang mengalahkan penjajah hanya dengan bambu runcing hingga terkenal dengan penguasa lauatan. Apakah itu benar? Jawabku Ya.. Pasti. Namun seiring berjalannya waktu terlihat tanda-tanda akan ambruknya Republik ini meski usianya kurang dari tiga per empat abad. Melalui sebuah pandangan buruk, kelamnya kehidupan rakyat timbul analisa yang berlebihan singgah dan singgah hingga terkadang menggangu pikiran. "Intinya Republik Tercerai Berai". NKRI yang dibangga-banggakan akan terpecah. Apa yang menjadi dasar pemikiran ini? Saya membayangkan bagaimana tangguhnya UNI SOVIET harus terlebur menjadi negara-negara merdeka disekelilingnya. Hal ini disebapkan ketidakpuasan rakyat yang disatukan secara paksa dengan berbagai latar agama dan ras. Kerajaaan-kerajaan diIndonesia yang dahulunya sekitar 20 an harus hilang tak bersisa. Sebut saja Sriwijaya, Majapahit dan lainnya. Kemanakah kerajaan itu? Hal ini tidak terkecuali dengan republik ini.. Bukan memanas-manasi namun setidaknya hanya mengingatkan kepada elit yang berkepentingan dan kita sebagai rakyat. Jika sampai periode 20-30 tahun kedepan (sesuai dengan peride 45, 65 dan 98) Republik ini tidak berubah dengan landasan ekonomi yang baik yang ditandainya dengan peningkatan pendapat masyarakat, tersedianya lapangan kerja yang memadai, dan keamanan yang stabil maka niscaya akan terjadi PEMBERONTAKAN. Pemberontakan yang muncul disebapkan oleh jenuhnya dengan kondisi yang ada. Tidak adanya rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah, semakin sulitnya kehidupan masyarakat, meledaknya pengangguran yang menambah kemiskinan dan banyak faktor lainnya. Dahulu mungkin pemerintah dengan kekuatan partai Golkar dan ABRI bisa memberikan pola pikir masyararakat untuk tidak melawan. Bagaimana dengan 20-30 tahun lagi? Rakyat akan sudah pintar menilai disebapkan telah terbukanya arus Informasi, Generasi muda yang sudah akrab dengan media informasi, maka adalah lazim akan terjadinya pemberontakan. Apakah sebagai Generasi muda saya menginginkannya, tentu tidak... Namun selama kondisi bangsa ini stuck, bahkan menurun (Tidak adanya kepastian HUKUM, Korupsi merajalela, terjadi disparitas tingkat kesejahteraan dan lain sebagainya) percayalah "Analisa" diatas akan sangat mungkin terjadi. Dan itu adalah hal yang wajar dan situasional. Dan rasanya semua bisa membayangkan dengan logika yang sederhana. Apa yang harus kita lakukan? Menimbun Hartakah? Pindah Kewarga Negaraankah? Membiarkan Seperti apa adanyakah? Revolusi Sosialkah sekarang?
Untuk saat ini analisa yang mungkin adalah rakyat masih bosan dengan demonstrasi, hal ini diakibatkan gagalnya Reformasi Tahun 1998. Reformasi yang terjadi adalah proses pemindahan air dari satu botol ke botol lain tanpa ada perubahan sedikitpun. Namun jika kondisi ini tetap seperti ini.. Maka suatu saat Rakyat akan bicara... ( Siapa tahu ada spekulan asing yang membantu menggoyang ekonomi rakyat ini toh.) eh Maaf bukannya senang ma spekulan.. Hanya saja kita tidak tahu akan bobroknya Negara Ini kalau George Soros tidak menggoyang toh.. Nah ternyata Negara sudah dililit Utangyang tak ketulungan.. Dan sedihnya sekarang waktunya bayar UTANG........................huh..... huh..



Selengkapnya?

Salut Buat Kritikus-Kritikus Sejati.

Dalam kehidupan masyarakat sejak dahulu kala sudah ada tatanan sosial untuk pemerintahan dan orang yang diperintah. Raja/Kepala Kampung/Dukun sebagai pemerintahnya dan masyarakat sekitarnya sebagai objek yang diperintahnya. Dalam kaitan tatanan kehidupan ini selalu ada pihak-pihak yang tidak puas sehingga muncullah kritik saran baik secara formal maupun demostratif. Begitu juga secara luas yang terjadi di Negara ini. Sebagai seorang rakyat Indonesia saya memperhatikan begitu banyak kritikus, demostran yang selalu sabar memberikan sumbangsih pemikiranmereka dalam berbagai cara.Rasa terimakasih yang setulusnya saya sampaikan pada mereka yang selalu setia memantau perkembangan Negara ini demi kepentingan rakyat tentunya. Mengapa hal ini saya katakana? Sewaktu saya kuliah dulu saya mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan dan bertemu dengan masyarakat ada banyak yang bersedia mengorbankan dana, waktu, kesehatan, dan kehidupan yang seyogyanya mereka nikmati. Namun mereka tetap meluangkan waktu memikirkan perjalanan bangsa ini. Dan juga saya pernah menyaksikan beberapa demonstran dipukul, diinjak, ditangkap hingga berhari hari lamanya. Beberapa elemen masyarakat ini menentang keberingasan para Preman demi membebaskan tanah seorang ibu yang dicaplok oleh pengembang yang dibantu oleh aparat. Mereka harus lari tunggang langgang, mereka harus dikejar, dan disiksa. Apakah mereka ada kepentingan? Sebagai seorang yang objektif saya berani mengatakan mereka tidak satupun dibayar, mereka bergerak dikarenakan terusiknya rasa kemanusiaan. Mereka jengah melihat penindasan, penghakiman sepihak dan tak sedikitpun dinaungi rasa kemanusiaanya. Terbersit dalam pikiran seandainya mereka rajin belajar, bekerja, dan berkeluarga dengan baik maka tak akan mereka alami yang seperti ini. Mereka bisa hidup tenang kuliah dan bekerja dan menikmati indahnya dunia ini tanpa terganggu dengan morat maritnya kehidupan bernegara ini. Bahka mereka bisa menikmati indahnya KKN, Korupsi dan sebagainya. Memang belakangan muncul tokoh-tokoh yang semu, memainkan peran ganda, mengesampingkan agama, hidup hanya untuk kesenangan dunia yang berakibat sengasaranya manusia lainnya. Terlepas dari banyaknya para kritikus, demostran yang memainkan peran demi kepentingannya maupun kelompoknya yang rela menghabiskan uang demi target yang harus dicapainya, namun kritikus sejati itu tetap masih ada, sekecil-kecilnya hal yang dia lakukan itu disebapkan hanya tersentuhnya nurani dengan mengesampingkan kepentingannya. Mereka tetap berkarya meskipun tidak mengguncang, mereka adalah orang-orang yang layak diberikan rasa hormat. Teruslah berkarya teman, aku memang tak bisa seperti kalian namun setidaknya aku tidak menyusahkan masyarakat lainnya. Terimaksih yang tulus kami sampaikan buatmu yang selalu mengadikan diri demi kepentingan rakyat banyak tanpa mengenal imbalan atas jasa-jasamu. Meskipun kami tak mengenalmu semoga Tuhanmu selalu melindungimu menciptakan masyarakat yang Merdeka, Berdaulat Adil dan Makmur. Teruntuk teman-temanku dimasa kelam.

Jika ikrar sejati telah ternodai; masih ada waktu untuk berubah. Jika waktu tak mengubahmu maka sekelilingmu telah teracuni karenamu.




Selengkapnya?

Adat Pernikahan Batak (dari Pemula)

Jika Tuhan mengijinkan bulan July tahun ini (2008) kami akan melangsungkan Pesta Pernikahan. Iseng iseng searching di om Google tentang Pelaksanaan pernikahan dengan adat Batak. Sebagai infomasi Kami berdua sama-sama batak, sama-sama kristen, dan sama-sama dari Geraja HKBP. Sebegitu banyak artikel yang terbaca olehku yang hampir semua terdapat pro dan kontra tentang pelaksanaan adat Batak itu sendiri. Ada yang mengatakan memberatkan ada pula yang mengatakan sah-sah saja. Beginilah kira-kira rangkuman alasan atau semacam pendapat yang bisa aku tuliskan
1. Adat batak membuat pengantin kelelahan. Hal ini katanya disebapkan oleh sang pengantin mempersiapkan prosesi mulai dari kesalon pukul 3 pagi, diteruskan acara sebelum ke geraja, pulang gereja melaksanakan acara adat di Alaman Sampai undanganpun makan jam 2) dan berakhirnya acara Alaman sampai jam 7, hal ini disebapkan pembagian jambar (daging penamaan), dan memanggil satu-satu keluarga dekat untuk membagikan uang seribu rupiah (Pengalaman menyaksikan Pesta pernikahan sepupu) dan dilaksanakan pula lagi acara dirumah hingga Jam 1 pagi. Astaga naga.
Comment : Hal ini memang benar terjadi. Namun adalah bijak jika kita sedikit menurunkan urat tensi kita untuk mencermati permasalahan ini. Jika kita benar-benar mencintai adat itu sendiri tanpa merasa terzolimi rasanya seberapa lelahpun kita mudah-mudahan tidak akan terasa.Memang belum pernah mengalami namun secara psikologis beban yang kita rasakan akan benar-benar hilang jika kita melaksanakan pekerjaan/rutinitas kita jika menggunakan hati, bukan hanya akal. (he he he.. sok pintar gua). Jika tidak ada rutinitas seperti itu maka tidak ada adat, dan tidak ada yang membedakan kita dengan yang lainnya tanpa mengesampingkan hubungan sosial kita dengan suku lainnya. Mari lebih dewasa menyikapai hal ini toh. (Contoh Ekstrimnya belum pernah kedengaran Pengantin yang mati mendadak akibat kelelahan he he he)

2. Adat Batak Menguras Uang. Hal ini dapat dilihat jika seorang keponakan seorang Paman (Tulang) dan keluarga lain yang berdomisili di Jakarta atau tempat lain, berpesta di Medan, maka ia akan turun gunung melaksanakan sakralnya pesta itu. Secara matematis anda bisa bayangkan berapa banyak dana yang habis untuk persiapan pesta itu?

Comment : Yang benar saja bung. Tingkat kesejahteraan orang Batak secara persentatif (Maksudnya perbandingan jumlah suku batak dengan suku lainnya dalam perekonomiannya) diatas rata-rata suku-suku lain di Indonesia. Walapun tetap masih ada dibawah garis kemiskinan. (Kita berdoa kiranya Tuhan merestui pekerjaan mereka sehingga meningkat taraf hidup mereka). Ada yang bilang kalau uang itu dibuatkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya (Les anak, Bimbingan anak, Fitnes ayah atau yang lainnya) pasti akan lebih baik.. Secar logika betul... Namun seandainya pengeluaran-pengeluaran buat pesta itu tidak ada maka orang batak tidak akan rajin bekerja. Akan sangat malas, hal ini dapat kita lihat pada bangsa kita. Hanya karena suburnya tanah ini membuat bangsa ini malas. Tidak ada etos kerja. Bersyukurlah orang batak jika kita diwariskan hal-hal semacam ini, karena kedangkalan pengetahuan kita kadang-kadang tidak menyadari secara mendalam arti dasar suatu peninggalan/warisan budaya.
3. Pengaruh Budaya/Agama Modern. Hal yang berkembang di tengah suku batak adalah adanya penganggapan sebahagian (khusunya kawula muda) tentang haramnya pelaskanaan adat batak, haramnya Ulos hingg tetek bengek yang mengharuskan setiap manusia itu dekat dengan Tuhan. Sehingga belakangan banyak kejadian permusuhan antara orang tua dan anak, antar keluarga. Yang masing-masing mempertahankan pendapatnya. Hal ini pernah saya rasakan ketika suatu keluarga ditinggalkan oleh ayahnya yang sudah saur matua (Meninggal sudah Tua dan Anak-anaknya semua sudah Menikah). Masyrakat batak dilingkungan itu begitu terkejutnya ketika sang anak tidak mau menghadiri pemakam sang ayah dikarenakan tidak boleh menyandang ulos. Alhasil sang Jasadpun dibawa begitu saja kepemakaman setelah ditinggalkan ank-anaknya dengan alasan bahwa agama yang mereka imani adalah Hidup Baru.

Comentar : Memang benar bahwa banyak masyarakat batak lebih mengedepankan ajaran adat/budaya dari pada pendekatan iman dan kepercayaannya. Namun tidak semua toh. Ada banyak orang yang rendah hati yang bisa mengkompositkan (membaurkan) adat dan istiadatnya untuk menambah rasa cinta pada Tuhan yang maha Esa. Kadang penulis bertanya tentang esensi dari Beragama dan BerTuhan. Apakah dengan menyandang Ulos kita Berdosa, Apakah adat kita tidak diciptaka oleh Tuhan? Adalah sangat Bijak dan rendah hati jika kita membuatkan Garis Adat sebagai Norma-norma dalam kehidupan sosial sehari-hari dan Agama sebagai Rasa Syukur kita akan kuasa Tuhan. Teman-teman boleh bertanya pada nurani masing-masing. Adat adalah jati diri kita tanpa mengesampingkan rasa sayang dan saling mengasihi kesesama manusia. Bisa membantu, memberi dan menjadi terang bagi manusia lainnya adalah rasa syukur kita pada Tuhan. Dan itu adalah esensi dasar beragama (untuk tidak tidak kacau balau).

• Yang Mendukung. Untuk yang mendukung rasa tak Jauh beda dengan comentar saya, karena saya juga pendukungnya. He he he he. Namun ada beberapa hal yang perlu saya usulkan (Jika Berkenan) tentang perangkuman adat batak sendiri tanpa mengurangi esensi budaya itu sendiri. Kita sudah hidup dijaman yang kompleks, adalah sangat bijak jika misalnya tata cara pembagian Uang, Daging Jambar diusahakan sebaik mungkin tanpa mengurangi nilai-nilai budaya itu sendiri. Perlu duduk bersama untuk merumuskan tata cara yang lebih efisien tentunya. (Sudah Pernah dilakukan Parbato, hanya saja masih belum menggema sosialisasinya). Jika ditanya caranya tentu aku belum bisa jawab sebab masih ada orang Tua/ Pakar adat dan Senior-senior yang lebih mengetahui detil pelaksanaan ini sendiri. Hanya sebatas wacana yang bisa kami berikan dari kami muda-mudi yang pasti menjadi generasi penerus Masyarakat batak.
Adalah hal yang pelik, rumit jika kita mendebatkan permasalahan ini tanpa pikiran yang tenang. Kita akan berbenturan dengan berbagai pendapat baik dari Raja Adat, dari bapak Pendeta, Bapak Ustad bahkan dari Orang Tua Kita sendiri. Namun adalah sangat bijak agar kita menjunjung setiap perbedaan. Mari belajar memanej perbedaan itu sehingga muncul titik terang untuk lebih memanusiakan manusia menjadi lebih manusia. Pernah teringat kata-kata sang pujangga dari tanah beshari, khalil Gibran. "Karena Kekerdilan diri maka kalian mencari langit yang kalian sebut sebagai Tuhan. Padahal begitu banyak jalan menemukan kebesaran diri kalian apabila tidak terlalu malas untuk membangun Jalan itu”. ”Jika kalian terbang ke atas awan, kalian takjub akan ketinggiannya; dan jika kalian mengarungi laut, kalian akan lelah oleh luas bentangannya. Tapi aku katakan bahwa ketika kalian menebarkan benih ke atas bumi, kalian akan menjulang lebih tinggi; dan ketika kalian membawakan kepada tetanggamu keindahan pagi, kalian akan menjadi laut yang lebih luas lagi”.

Salam Hangatku pada Generasi Muda Batak, Semoga kita semakin Dewasa dalam menyikapi Kompleksnya permasalahan Dunia ini. Mari kita menjadi lebih Manusia sehingga menjadi Kebanggan Keluarga Kita, Kebanggaan Negara kita dan Kebanggan Tuhan Kita Masing-masing.
Salam Hangat Iwan Nafry Simarmata dari Banda Aceh.




Selengkapnya?

"Indonesia" Siapa Punya?


Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi Nan Jaya.
Setiap hari menyaksikan pedihnya perjuangan rakyat hanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Tak usah bayangkan kalau mereka menyempatkan diri duduk sambil menikmati susu, enaknya apel, nonton di layanan TV kabel, dan sesekali berwisata baik dalam maupun mancan Negara. Wah… wah.. wah.. Setiap ada waktu kubaca Koran atau nonton TV yang kulihat adalah antrian panjang rakyat menunggu seliter minyak tanah.Diusulkan menggunakan gas malahan gasnya menghilang dari pasaran. Sesekali ada waktu berkeliling kepemukiman yang kudapati adalah hidup seadanya, hidup tanpa standar manusia abad ini. Nasi Ransum, Tiwul,rumah yang hampir-hampir rubuh, ditambah pendidikan yang sangat seadanya. Kadang aku bingung, ditanah yang sangat kaya raya ini koq bisa ada rakyat yang menderita pikirku. (Aku seolah-olah manusia yang baru singgah datang dari planet lain). Sesekali kubandingkan dengan Malaysia yang secuil itu. Apa yang membuat kita tertinggal? Pertanyaan itu selalu terngiang ditelingaku, dan sudah banyak orang yang ngebahas di forum-form baik resmi maupun tidak. Bayangkan Martua Sitorus yang orang kaya itu hanya punya 69.000 Ha lading sawit. Dia bisa kaya raya. Nah PTPN kita yang punya ratusan ribu Ha, tetap rugi, malah membebani Negara. Itu hanya salah satu contoh saja. Ada banyak kejadian yang alih-alih hanya menyengsarakan rakyat. Apa yang terjadi, rakyat tetap miskin, tak ada kesempatan secara fair. Apakah kami memiliki Indonesia ini? Jangan paksa kami mengatakan ya, dan jangan kami hakimi dengan melabeli kamu dengan “tidak nasionalis”, “Pemberontak”, “Ektrimis”. Indonesia hanya milik segelintir orang yang rakus, diberi kepercayaan malah menghisap. Emosi yang berlebih kadang memaksa pikiran untuk melakukan pemberontakan.kami tetap dibodohi, jika kami diam maka kamipun akan tetap tersiksa. Namun saat ini kami sebagai rakyat mungkin masih sabar, hingga suatu saat kami lelah dan kami memberontak.



Selengkapnya?

Aku Menyapa

Pembrontak, itulah kata-kata Ayahku semasa aku kecil menujukan aku, tidak mengikuti banyak idealisme yang orang tuaku tanamkan. Satu yang kuingat adalah, jangan menjadi beban negara ini, karena itu adalah "Sampah Masyrakat". Ciptakan lapangan kerja, jangan menjadi pekerja, sekarang aku tahu artinya "Jangan menjadi Budak, Jadilah Pemimpin". Sampai sekarang belum bisa kulaksanakan. But i'm sure one day, i'll make dreams come true. Lahir sebagai anak pertama dari delapan bersaudara. Lebih banyak memakai rasa dari pada rasio. Dari kecil punya keahlian mecopet, sampai dari kantung baju ibukupun pernah kusikat uangnya hanya untuk jajan. Bakat alamiah ini tidak kuteruskan, berhubung sudah disekolahkan yang mana sekolah sudah mendidikku untuk lebih menyerap ilmu pengetahuan dan ahlak. (Jujur memang sangat sulit, namun dengan bertambahnya umur membuat manusia itu lebih bijaksana. Dari Keluarga yang biasa-biasa bahkan lebih dekat ke menengah kebawah, tamat bekerja dan mendapatkan kondisi real bahwa aku masih lebih beruntung dibandingkan banyak saudaraku disana. Mendapati kenyataan ini, ikut bergerak di bidang sosial salah satunya penyebaran hidup lebih arif dalam hidup sosial yang merupakan jawaban hidup untuk keluar dari kemiskinan Bangsa ini. Blog ini hanyalah salah satu tumpahan unek-unek yang sebagian hilang diskusi ngalur ngidul sama siapa aja. Berusaha moderat, saking moderatnya sampai-sampai Agamaku tidak ketahuan, menganggap Tuhan satu manusialah yang pande-padean, meski seorang kristen tapi acara beribadah minggu banyak kelupaan, beruntungnya, Tuhan selalu sayang dengan memaafkannku, bagiku adalah proses pencarian. Lebih suka menjadi konseptor dari pada eksekutor sampai-sampai kawan bilang Jago Konsep ajapun, padahal karena dia tidak tahu kalau Konseptor sebaiknya berdampingan dengan Eksekutor. Artinya jika aku mengkonsep maka salahmulah jika tidak jalan, karena anda tidak bisa menjadi eksekutor. He he he..

Lahir dari Marga Simarmata dari Sidajy Samosir, seandainya kerajaan itu masih ada maka akulah Raja berikutnya. Sayang di Kerajaan yang ada sekarang tinggal kampung dan Tugu yang berlepotan, kelak akan kubereskan. http://id.wikipedia.org/wiki/Simarmata.

Lahir dan besar di perdagangan, sebentar aja singgah di Padang, kuliah dan kerja di Medan. Now kerja di Banda Aceh, disini aku punya kenangan sendiri. Awalnya sedikit ragu hampir semua temanku Moeslim. Finally aku mendapati the real Convivencia di Al-Andalus yang terkenal itu. Kawan-kawanku yang Moeslim ternyata sangat baik-baik. Aku mendapatkan tempat di hati mereka.

Salam Pemberontakan

Selengkapnya?

TIMTI

Bulan Oktober Tahun 200 adalah Waktu yang sangat berkesan bagiku. Betapa tidak tanpa dana, hanya bermodalkan semangat kami berangkat dari Medan menuju Menado menghadiri Temu Ilmiah Mahasiswa Teknik Indonesia (TIMTI). Tentunya aku memiliki kesempatan yang cukup untuk berkeliling Indonesia, bayangkan dari Barat Indonesia hingga Timurnya Indonesia. Perjalanan itu sendiri sangat melelelahkan. Dari Medan menumpang Kapal Motor KM Kelud Hingga Jakarta, Truss dari Jakarta masih harus naik kapal menuju Sulawesi Selatan dan dilanjutkan dengan Bus menuju Menado. Hal ini disebapkan ketiadaan tiket kapal menuju pelabuhan Bitung Menado Perjalanan panjang yang melelahkan ini sangat menguras stamina kami. Untunglah segalanya baik-baik saja hingga ketempat tujuan. Hal yang sangat berkesan adalah Manisnya gadis-gadis menado dan masih alaminya alam pedesaan hingga sangat mengagumkannya Taman Laut Bunaken. Perjalanan panjang ini akan kutuliskan dalam beberapa episode hingga, ini menjadi memori indah bagi kami yang kala itu masih mahasiswa... Salam buat seluruh peserta TIMTI 2000 di Menado.


Selengkapnya?

Tersandar Dipulau Cinta

Salamku untukmu yang jauh dariku...
Hari yang cerah ini, seperti menemukan Ilham aku seperti melihatmu

Aku berlari
Jauh, jauh sekali

Aku tersandar di pulau Cinta
hatiku tersapu bongkahan mmbak
Semilir angin tak lagi terasa
yang ada hanya hentakan, dentuman
Tak kuasa aku melawan
Hingga bersembunyi dibalik bebatuan
Aku tak sadarkan diri
Aku melayang
Jauh keangkasa
Meretas batas
Meninggalkan sukma.

Sesaat aku tersadar

Aku dihinggapi kedinginan,
Kurasakan tubuhku tak berbalut
Aku tak kuasa
Aku kembali terbang
Ragaku terhempas
Dilangit yang tak kukenal
Hanya ada bunga
bunga tak bertangkai
Bunga tak berdaun,
Hanya sebagai Tiang
Aku tertancap kesalah satunya
Aku terperih, kesakitan yang amat sangat

Kembali aku tersadar..
Berselimut malam,
Dipenuhi satu bintang,
Beribu-ribu Bulan
Aku terpana,
Aku terlena
Disekian banyaknya semesta
Aku menemukanmu lebih Bercahaya.

Aku tersandar dipulau cinta
Setelah berlalu beriring waktu
Aku tersandar dipulau cinta
Tersadar akan kehadiranmu.


January, 19, 2008.. Salam Hangatku buatmu Cinta...



Selengkapnya?

Memaafkan Mu? huh

Suatu ketika aku menonton acara Kick Andy di Metro TV. Tamu saat itu yang diwawancarai adala Aa Gym tentang poligami. Namun aku bukan mau cerita poligami. Ada satu pelajaran berharga yang kuperoleh Sewaktu bung andy mengatakan "Aa selama ini banyak orang yang menghujat Aa, terutama ibu-ibu karena merasa hak mereka sebagai ibu Aa sakiti ada yang ngga secara langsung marah sama aa selama ini" Ya ada kata si Aa, pernah ada satu acara yang saya hadiri dan seorang berteriak padaku bahwa aku menyakiti mereka. Apa anda tidak marah kembali dan mengatakan apa urusanmu, koq mencampuri urusan orang canda bung andy. Namun sebagai konsumen acara TV ini aku sediti terdiam ketiak si Aa mengatakan buat apa marah, buat apa kesal, setiap orang boleh menilai. Dan saya siap dikritik. Setiap orang yang terucap sesuatu dari mulutnya mencermikan apa yang sebenarnya dari dirinya. Nah seandainya saat itu aku marah, itu mencerminkan aku pemarah, jika saat itu aku mengucapkan kata-kata yang tdak pantas, maka akupun sekotor itu terangnya. Beliaupun mengambil contoh tentang kesabaran Nabi Isa yang kala itu dihina, dimaki, di sumpahin, sampai muridnya mengatakan mengapa anda tidak marah tuanku, Nabis Isapun mengatakan bahwa lebih baik kita tersenyum untuk mengurangi rasa amarah orang lain terhadapa kita..
Sungguh teladan luar biasa si Aa ini pikirku. Apakah semua orang sudah bisa seperti ini. Tentu tidak, karena seandainya bisa, maka tak akan ada perang, tak akan ada rusuh, takakan ada kesewenang-wenangan. Untuk ukuran modern sekarang sudah di jabarkan dalam rangkaian ilmu-ulmu psikologis, dan hal yang paling cocok untuk itu adalah Think before talk, atau mulutmu adalah harimaumu. Satu buku Stephen Covey adalah menyadari akan adanya ruang antara stimulus dan respon dan memanfaatkan ruang tersebut untuk berfikir. Adanya kesadaran akan fungsi ruang tersebut sangat penting karena memberikan kontrol di tangan kita. Aku berusaha semampu munkin untuk bijak, hal-hal disekelilingku, lingkunganku selama ini paling tidak berpengaruh bagiku untuk selalu tidak bijak Salam Hangat



Selengkapnya?

Susahnya Menjadi Wanita

Wanita dalam hal ini terwakili oleh Ibu, Kakak (meski aku tak punya kakak) dan adik perempuan. Hal ini kualami sendiri sewaktu orang yang yang membantu kami dikontrakan rumah di banda aceh... Tepat sudah tiga bulan kepergian kawan kami ini dari rumah yang alasannya saat kepergiannya adalah rindu dan ingin membantu orang tuanya dikampung. Alhasil jadilah aku dan temanku merangkap tugas sikawan ini. Mulai menyapu rumah, ngepel, mencuci pakaian sendiri, mencuci piring dan memasak. Sekedar informasi kami bertiga tinggal dirumah yang disewa oleh Mantan Bosku sewaktu kerja di Medan dulu. Sekarang statusku adalah menumpang disini tanpa membayar apapun. Hal yang wajarlah jika aku berperan menggantikan tugas si kawan itu. Suatu waktu sepulang aku ingin sekali memasak, semua bahan sudah kami beli. Jadilah aku grasa-grusu didapur sendirian. Pekerjaan mulai dari jam 6 sepulang kantor dan selesai jam 8 malam. Sungguh melelahkan memang. Aku mampu memasak meskipun sederhana. Kalau hanya buat teri sambal + Sayur bayam + Nasi di Rice cooker+ + Assesoris lainnya rasanya gampang toh. Tapi itu kulaksanakan selama 2 jam dan sudah membuatku shock melakukannya. Kalau hanya sesekali mungkin tak apalah, tapi kalau setiap hari... Wow kebiasaanku browsing, Playstation bakal terjajah. Selintas timbul satu pemikiran dihatiku betapa susahnya selama ini Ibuku meladeniku, betapa capeknya adikku membantu membersihkan bajuku. Aku sadar seketika itu juga. Betapa kelak orang yang kuperistri akan begitu susahnya setiap hari. ditambah aku bisa saja bermuka masam ditengah kelelahannya. Ya ampun.... Apakah selama bersama ibuku aku sudah membalasnya? Rasanya belum.. But I want to make so. Ibuku yang selama ini kukenal adalah seorang pekerja keras, selain begitu sibuknya setiap hari dirumah, sang ratu kami inipun ikut membantu sang raja untuk mencari nafkah. Jadilah profesi ganda yang ia lakoni setiap hari hingga hari ini. Perjuangan yang amat sangat ini seakan menjadi Motivasi untuk setiap ibu disekitarnya... pernah suatu ketika Adikku yang no 5 setelah menyelesaikan Kuliahnya harus menganggur beberapa saat. Ada banyak ibu yang sedikit menyindirnya mengatakan, "Lihatlah inang, sudah begitu susahnya inang menyekolahkan anak inang itu jadi menganggur juga" kata mereka. Dengan senyum pahit ibuku mengatakan setidaknya aku sudah memberinya pendidikan, minimal wawasannya pasti bertambah, dan untuk wawasan yang sedikit itu memang mahal harganya imbuh ibuku. Walaupn hati kecilnya mengatakan memang sedikit terusik, bayangkan setiap hari aku bekerja, model pakaianku tak bisa mengikuti trend kawan-kawanku sesama ibu, aku tak ada waktu menikmati kesenangan, semua hanya untuk menyekolahkan kalian sedikit berkeluh kesah pada kami. Ada suntikan semangat luar bisa bagi kami anak-anaknya, sewaktu kecil ayahku sekolah pas-pas an karena ketiaadaan tekad dari ayahnya yaitu ompungku, sama juga dengan ibuku. Padahal mereka punya kemampuan disekolahnya. Jadilah mereka sekolah atasa biaya sendiri dengan pendidikan yang seadanya. Setelah membesar diperantauan, masing - masing mendengar kabar bahwa teman-temannya sudah menjadi orang hebat karena ditopang pendidikan yang cukup kala itu. Dari masa lajangnya merekapun sudah punya tekad untuk membesarkan anaknya kelak dengan pendidikan yang baik semampu mereka. Mereka memang pasangan yang klop, cocok, meskipun aku, kami anak-anaknya belum bisa memberikan yang terbaik bagi mereka. . Aku ingin sekali suatu saat semangat ibuku mengispirasi semua ibu yang secara ekonomis tidak mapan namun punya semangat untuk memberikan pendidikan pada anak-anaknya. Hanya satu Tujuan... Make Human being More Human.. Salam Hangat

Selengkapnya?

Apa Kabar Eyang Harto

Belakangan ini ramai orang membicarakan tentang Eyang Harto. Bukan Hanya Media Lokal, bahkan Internasional seperti BBC, CNN selalu menghiasi media ini seolah tidak mau ketinggalan berita dari mantan Penguasa No1. di Indonesia. Minimal running text media ini selalu updated. Bahkan Tokoh-tokoh Negara tetangga memberikan simpati yang mendalam pada eyang.

Kusempatkan menuliskan ini ditengah kesibukanku sehari-hari. Tentunya akupun selalu mengikuti perkembangan Komandan ini. Ditengah banyaknya yang menghujat, ada jua yang tetap mendoakan supaya cepat sembuh. Bahkan mengupayakan agar segala kasus hukum yang tersangkut dengan beliau agar di hentikan. Sebagai seorang rakyat yang berhak bicara disini kubuatkan apa yang menjadi pikiranku. Benar atau salah hanya Tuhan yang tahu.
Setelah Presiden Soekarno Jatuh, ( Penuh Kontrofersi), Beliau Naik memimpin.. Beberapa catatan yang bisa kuambil adalah :
  • Beliau memerintah dengan tangan besi.. Untuk ukuran sekarang memang rakyat sangat mengimpikan hal itu. Negara aman, tak ada eforia yang kebablasan, semua terkendalikan. beberapa penentang memang menjadi korban yang tak berdaya.
  • Propaganda Negatif, dan Buruknya Pendidikan Dizaman beliau, ada banyak pertemuan yang langsung dengan rakyat, mulai kelompencapir, tele-confrence dengan rakyat dipedalaman dan lain sebagainya. Akibat kegagalan pemerintah mengatasi kemakmuran rakyat, sang presiden selalu berpropaganda " Agar lebih pasrah, apa saja kerja yang penting halal". Efek Negatifnya adalah jadilah sekarang kita menjadi budak bagi bangsa lain. Adalah hal yang sangat menyesakkan dada, ketika suatu hari kita berjalan-jalan ke Malaysia... Semua nampak bersih, semua nampak rapi, indah. Namun hal yang menyesakkan adalah semua pekerja kelas bawahnya adalah Rakyat yang selama 32 tahun beliau Pimpin. Contoh paling dekatnya adalah ketika pergi ke Mall.. adalah sangat menyesakkan dada, rakyat yang tanahnya, Indonesianya kaya raya harus menjadi pengasuh, bodyguard bagi suatu ras bangsa yang memang bekerja keras dan tiba saatnya menikmati hidupnya. Menyesakkan dada memang. "Kami hanya jadi budak bagi mereka, bila kami salah adalah hal yang sangat mungkin buat majikan kami untuk memecat, menyiksa, bahkan melempar kami dari jendela, dihukum pancung dan kekejaman lainnya" pesan mereka. Apakah mereka salah dengan mengerjakan ini... bagiku tidak, apa yang bisa kita perbuat jika tinggal di Indonesia. Hanya saja mulailah lebih bijak, semangat dan tingkatkan terus kemampuan kita. Salut buat anda semua
  • Utang yang melimpah ruah. Ada bayak banyak warga yang menyatakan bahwa Hidup dizaman Soeharto lebih nyaman/enak secara ekonomis dibandingkan sekarang. Ini adalah pendapat yang sangat salah kaprah. Dulu memang segalanya masih terjangkau, murah. namun kita harus menyadari itu adalah efek utang setiap tahunnya. Setiap pencairan dana yang berupa utang pasti ada yang terkorupsikan. Secara pribadi buat saya bertanya pada mereka yang pro apakah layak/wajar dalam satu rumah tangga yang selalu makan enak, semuanya mewah... ternyata hasil ngutang? Siapa yang menanggung kelak.. bukankah anak dan keluarga yang mewariskannya. So.. hal yang sama berlaku dengan negara kita iniProses Hukum yang tidak Jelas Mungkin kalau ditinjau dalam hal mengamankan negara.. Beliau patut diacungin jempol. Sejengkalpun tanah bangsa ini tidak ada yang terlepas. Secara militer cukup disegani (Membaca biography L.B Moerdani). Namun yang sangat disesalkan adalah tidak adanya tindakan hukum yang jelas, pasti terhadap pelanggar hukum. Klisenya adalah Hukum tidak Berjalan sebagai mana mestinya.
Ada banyak pertanyaan sekarang ini yang muncul... Apakah anda memaafkan Soeharto. Terkait dengan hal-hal diatas, secara etika dan pribadiku sendiri adalah hal yang tidak wajar memaki, menghina beliau apalagi dalam kondisi sekarang ini. Hidup dalam kesakitan yang amat sangat. Namun Hukum adalah hukum. Siapapun setara didepan Hukum. So.. Ada hal yang kita tunggu dalam babak baru sejarah Indonesia... Apakah Soeharto memang bersalah atau tidak? That's it.... Toh ada peradilan in absentia, yang penting jalur hukum itu dijalankan dengan benar. Ini adalah semacam teraphy yang bisa menjadi pelajaran buat rakyat kita.

Semoga Eyang cepat sembuh, namun jika harus dipanggilNya turut berdoa semoga diterima disisiNya.


Selengkapnya?