Golput?

Hingar bingar PEMILU tahun ini yang dimulai oleh Pemilu Legislatif sungguh terasa. Siapa saja boleh jadi Caleg, Gambar terpampang dimana-mana, Janji terumbar entah sampai dimana. Dan Pemilu legislatif itupun sudah selesai, nama-nama sudah diumumkan, yang lolos sudah siap-siap untuk melangkah ke Gedung Dewan terhormat. Doapun dipanjatkan, bersama masyarakat sekitar merayakan keberhasilan dengan makan bersama atau apa saja. Semoga mereka Giat bekerja dan tetap belajar karena tidak semua mereka MAMPU.


Pemilu Presiden sudah dekat, kondisinya lebih fokus, karena hanya ada tiga Paket calon Presiden. Karena begitu fokusnya setiap orang merasa bahwa Setiap calon Presiden kelak adalah Pahlawan mengeluarkan Bangsa ini dari kemiskinan ( Hampir 40 Juta Indonesia kategori Miskin). Sepertinya adalah khayalan. Bagaimana tidak, semua ukuran dalam Politik adalah kekuasaan. Muncul Politisi yang hidup berpolitik hanyalah untuk Partai. Seyogyanya Politik itu Ilmu diatas segala Ilmu, melalui jalur politik ada kompetisi yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan Masyarakat. Kenyataannya tidak demikian.

Para Pemimpin melakukan melakukan Politik kosmetika ketika akan mengambil hati konstituennya.

1. SBY-Berbudi : SBY melakukan pencitraan yang betul-betul memuakkan alias berlebihan. Bagaimana tidak, Masyarakat tidak diberi kesempatan untuk membandingkan Program yang akan diusung, Apa saja yang telah dihasilkan sebagai perpanjangan dari Incumben, tapi disodorkan Bahwa Beliau adalah seorang Jendral, Doktor, Santun dan Keluarga yang Harmonis.Edan. . Milih Presiden koq dengan alasan seperti itu? Orang-orang SBY yang bertigas mengangkat Citra SBY sungguh keterlaluan sampai-sampai orang Muntah.
2. JK-WIN. Sipil-Militer, Luar Jawa-Jawa (Tinjauan Geopolitik) Kombinasi yang cocok, satu ahli ekonomi dan satunya lagi ahli Keamanan negara. Tapi entah mengapa saya berfikir bahwa GOLKAR memiliki Dosa yang panjang selama kepemimpinan orde baru. Harusnya Golkar mengalami Hukuman dengan sangat menipisnya perolehan suara, tapi itu tidak terjadi, bahkan Pemilu 2004 Golkar meraih suara terbanyak. Golkar hidup dengan Budaya Birokrasi, yang tidak jauh-jauh dari Korupsi, Nepotisme dan akhirnya rusak mental dan Budaya kita. Bagiku Golkar harus menebus kesalahannya dengan melahirkan Golkar Baru, paradigma baru demi cita-cita Bangsa.
3. Mega-Pro. Mega gagal membawa Indonesia baru dengan konsep ekonomi kerakyatan yang didengungdengunkan dengan konsep akar rumput. Bagiku Mega hanya melakukan eksploitasi rakyat miskin apalagi dengan Ikrar deklarasi di Tempat Pembuangan Sampah.. Halah ada-ada saja. Bagiku Mega tidak layak lagi memimpin, leadership yang kurang, pengetahuan (dalam komunikasi) juga kurang. Dan lain-lain.


Apa tidak ada Calon Lain! ! !

Dari Pada L4 (Lu Lagi-Lu Lagi) mending Golput......




Selengkapnya?