Adat Pernikahan Batak (dari Pemula)

Jika Tuhan mengijinkan bulan July tahun ini (2008) kami akan melangsungkan Pesta Pernikahan. Iseng iseng searching di om Google tentang Pelaksanaan pernikahan dengan adat Batak. Sebagai infomasi Kami berdua sama-sama batak, sama-sama kristen, dan sama-sama dari Geraja HKBP. Sebegitu banyak artikel yang terbaca olehku yang hampir semua terdapat pro dan kontra tentang pelaksanaan adat Batak itu sendiri. Ada yang mengatakan memberatkan ada pula yang mengatakan sah-sah saja. Beginilah kira-kira rangkuman alasan atau semacam pendapat yang bisa aku tuliskan
1. Adat batak membuat pengantin kelelahan. Hal ini katanya disebapkan oleh sang pengantin mempersiapkan prosesi mulai dari kesalon pukul 3 pagi, diteruskan acara sebelum ke geraja, pulang gereja melaksanakan acara adat di Alaman Sampai undanganpun makan jam 2) dan berakhirnya acara Alaman sampai jam 7, hal ini disebapkan pembagian jambar (daging penamaan), dan memanggil satu-satu keluarga dekat untuk membagikan uang seribu rupiah (Pengalaman menyaksikan Pesta pernikahan sepupu) dan dilaksanakan pula lagi acara dirumah hingga Jam 1 pagi. Astaga naga.
Comment : Hal ini memang benar terjadi. Namun adalah bijak jika kita sedikit menurunkan urat tensi kita untuk mencermati permasalahan ini. Jika kita benar-benar mencintai adat itu sendiri tanpa merasa terzolimi rasanya seberapa lelahpun kita mudah-mudahan tidak akan terasa.Memang belum pernah mengalami namun secara psikologis beban yang kita rasakan akan benar-benar hilang jika kita melaksanakan pekerjaan/rutinitas kita jika menggunakan hati, bukan hanya akal. (he he he.. sok pintar gua). Jika tidak ada rutinitas seperti itu maka tidak ada adat, dan tidak ada yang membedakan kita dengan yang lainnya tanpa mengesampingkan hubungan sosial kita dengan suku lainnya. Mari lebih dewasa menyikapai hal ini toh. (Contoh Ekstrimnya belum pernah kedengaran Pengantin yang mati mendadak akibat kelelahan he he he)

2. Adat Batak Menguras Uang. Hal ini dapat dilihat jika seorang keponakan seorang Paman (Tulang) dan keluarga lain yang berdomisili di Jakarta atau tempat lain, berpesta di Medan, maka ia akan turun gunung melaksanakan sakralnya pesta itu. Secara matematis anda bisa bayangkan berapa banyak dana yang habis untuk persiapan pesta itu?

Comment : Yang benar saja bung. Tingkat kesejahteraan orang Batak secara persentatif (Maksudnya perbandingan jumlah suku batak dengan suku lainnya dalam perekonomiannya) diatas rata-rata suku-suku lain di Indonesia. Walapun tetap masih ada dibawah garis kemiskinan. (Kita berdoa kiranya Tuhan merestui pekerjaan mereka sehingga meningkat taraf hidup mereka). Ada yang bilang kalau uang itu dibuatkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya (Les anak, Bimbingan anak, Fitnes ayah atau yang lainnya) pasti akan lebih baik.. Secar logika betul... Namun seandainya pengeluaran-pengeluaran buat pesta itu tidak ada maka orang batak tidak akan rajin bekerja. Akan sangat malas, hal ini dapat kita lihat pada bangsa kita. Hanya karena suburnya tanah ini membuat bangsa ini malas. Tidak ada etos kerja. Bersyukurlah orang batak jika kita diwariskan hal-hal semacam ini, karena kedangkalan pengetahuan kita kadang-kadang tidak menyadari secara mendalam arti dasar suatu peninggalan/warisan budaya.
3. Pengaruh Budaya/Agama Modern. Hal yang berkembang di tengah suku batak adalah adanya penganggapan sebahagian (khusunya kawula muda) tentang haramnya pelaskanaan adat batak, haramnya Ulos hingg tetek bengek yang mengharuskan setiap manusia itu dekat dengan Tuhan. Sehingga belakangan banyak kejadian permusuhan antara orang tua dan anak, antar keluarga. Yang masing-masing mempertahankan pendapatnya. Hal ini pernah saya rasakan ketika suatu keluarga ditinggalkan oleh ayahnya yang sudah saur matua (Meninggal sudah Tua dan Anak-anaknya semua sudah Menikah). Masyrakat batak dilingkungan itu begitu terkejutnya ketika sang anak tidak mau menghadiri pemakam sang ayah dikarenakan tidak boleh menyandang ulos. Alhasil sang Jasadpun dibawa begitu saja kepemakaman setelah ditinggalkan ank-anaknya dengan alasan bahwa agama yang mereka imani adalah Hidup Baru.

Comentar : Memang benar bahwa banyak masyarakat batak lebih mengedepankan ajaran adat/budaya dari pada pendekatan iman dan kepercayaannya. Namun tidak semua toh. Ada banyak orang yang rendah hati yang bisa mengkompositkan (membaurkan) adat dan istiadatnya untuk menambah rasa cinta pada Tuhan yang maha Esa. Kadang penulis bertanya tentang esensi dari Beragama dan BerTuhan. Apakah dengan menyandang Ulos kita Berdosa, Apakah adat kita tidak diciptaka oleh Tuhan? Adalah sangat Bijak dan rendah hati jika kita membuatkan Garis Adat sebagai Norma-norma dalam kehidupan sosial sehari-hari dan Agama sebagai Rasa Syukur kita akan kuasa Tuhan. Teman-teman boleh bertanya pada nurani masing-masing. Adat adalah jati diri kita tanpa mengesampingkan rasa sayang dan saling mengasihi kesesama manusia. Bisa membantu, memberi dan menjadi terang bagi manusia lainnya adalah rasa syukur kita pada Tuhan. Dan itu adalah esensi dasar beragama (untuk tidak tidak kacau balau).

• Yang Mendukung. Untuk yang mendukung rasa tak Jauh beda dengan comentar saya, karena saya juga pendukungnya. He he he he. Namun ada beberapa hal yang perlu saya usulkan (Jika Berkenan) tentang perangkuman adat batak sendiri tanpa mengurangi esensi budaya itu sendiri. Kita sudah hidup dijaman yang kompleks, adalah sangat bijak jika misalnya tata cara pembagian Uang, Daging Jambar diusahakan sebaik mungkin tanpa mengurangi nilai-nilai budaya itu sendiri. Perlu duduk bersama untuk merumuskan tata cara yang lebih efisien tentunya. (Sudah Pernah dilakukan Parbato, hanya saja masih belum menggema sosialisasinya). Jika ditanya caranya tentu aku belum bisa jawab sebab masih ada orang Tua/ Pakar adat dan Senior-senior yang lebih mengetahui detil pelaksanaan ini sendiri. Hanya sebatas wacana yang bisa kami berikan dari kami muda-mudi yang pasti menjadi generasi penerus Masyarakat batak.
Adalah hal yang pelik, rumit jika kita mendebatkan permasalahan ini tanpa pikiran yang tenang. Kita akan berbenturan dengan berbagai pendapat baik dari Raja Adat, dari bapak Pendeta, Bapak Ustad bahkan dari Orang Tua Kita sendiri. Namun adalah sangat bijak agar kita menjunjung setiap perbedaan. Mari belajar memanej perbedaan itu sehingga muncul titik terang untuk lebih memanusiakan manusia menjadi lebih manusia. Pernah teringat kata-kata sang pujangga dari tanah beshari, khalil Gibran. "Karena Kekerdilan diri maka kalian mencari langit yang kalian sebut sebagai Tuhan. Padahal begitu banyak jalan menemukan kebesaran diri kalian apabila tidak terlalu malas untuk membangun Jalan itu”. ”Jika kalian terbang ke atas awan, kalian takjub akan ketinggiannya; dan jika kalian mengarungi laut, kalian akan lelah oleh luas bentangannya. Tapi aku katakan bahwa ketika kalian menebarkan benih ke atas bumi, kalian akan menjulang lebih tinggi; dan ketika kalian membawakan kepada tetanggamu keindahan pagi, kalian akan menjadi laut yang lebih luas lagi”.

Salam Hangatku pada Generasi Muda Batak, Semoga kita semakin Dewasa dalam menyikapi Kompleksnya permasalahan Dunia ini. Mari kita menjadi lebih Manusia sehingga menjadi Kebanggan Keluarga Kita, Kebanggaan Negara kita dan Kebanggan Tuhan Kita Masing-masing.
Salam Hangat Iwan Nafry Simarmata dari Banda Aceh.




6 komentar:

Par Bintan mengatakan...

Horas lae,

Salam kenal...

Blog lae sangat menarik.

Boleh tahu bagiamana cara untuk memposting dengan tampilan sebagian dia halaman utama seperti yang ada di blog lae ini. Saya coba-coba cari menunya di blogspot tapi tidak ketemu.

Trims

angel go travel mengatakan...

Horas!

Kebetulan baru aja lewat acara adat kawinan adik saya.
Saya tau adat Batak itu ribet banget dan bertele-tele.
Pesta adatnya sendiri gak masalah..karena semua senang. Yang repot menurut saya itu rangkaian acara2 sblmnya. Bahkan undangan pun tidak smua bisa dititip, mesti diantar orang tua langsung. Sampe harus cari Tulang Rorobot bokap di antah berantah.

Tapi saya bangga dengan budaya ini.
Saya setuju banget dengan smua penjelasan n komentar Anda. Kalo bisa dirangkum dan diperingkas, apalagi kalo bisa disesuaikan dgn budget yang terkumpul,..pasti banyak yg enjoy aja dgn kawin adat ini.

Saya bersyukur tumbuh di tengah kluarga besar yang taat beragama, takut akan Tuhan...tapi mengerti esensi budaya dan kasih. Jadi budaya batak dan agama kluarga saya berjalan harmonis.

Contohnya: Ulos itu bagian dari seni yang bernilai. Ulos adalah tanda kasih dari pihak keluarga kepada mempelai. Ulos bukan jimat yang harus diperagungkan atau dikeramatkan, tapi diapresiasi dan dihargai spt batik atau kain tradisional Indonesia lainnya.
Jambar pun bukan mengagungkan hewan itu, tapi hanya simbol.

Jika sungguh mau mendalami dan mengimani spiritualitas dalam stiap ajaran agama..pasti gak akan ada kekacauan bentrok dgn adat. Sejauh mana kita bisa menyesuaikan dgn kepercayaan kita.

Semoga orang muda Batak bisa memelihara esensi budayanya sesuai perkembangan jaman. Juga memperluas pergaulannya.

Anonim mengatakan...

Ketika saya hendak menikahpun, sebagai orang pria Batak - saya langsung dihadapkan dengan segala bentuk adat istiadat Batak. Saya sempat dibuat pusing tujuh keliling. Yang terbayang di hadapan saya adalah biaya pesta yang membengkak, di luar dugaan!. Saya sempat menolak mentah-mentah segala bentuk aturan adat istiadat Batak, yang saya rasa tidak perlu karena saya merasa tidak penting!. Kalau boleh jujur, alasan yang saya buat-buat adalah tidak sesuai dengan keyakinan / prinsip saya. Saya keras sekali menentang semua prosesi adapt Batak. Alasan yang saya buat-buat ketika itu sangat bertentangan dengan ajaran Injil (tidak sesuai dengan ajaran Kristus/Kristen). Padahal, alasan sebenarnya adalah soal biaya dan biaya. Setelah berkunsultasi kesana-kemari dengan orang tua dari kalangan orang Batak atau tidak. Dan saya tidak lupa berdoa untuk diturunkan pencerahan pikiran.

Entah kenapa waktu itu saya hanya pasrah saja. Saya serahkan pada TUHAN saja mana yang terbaik. Akhirnya saya setuju saja menyerahkan semua prosesi pernikahan saya dilakukan melalui prosesi adat Batat (Mangadati) secara penuh (adat na gok). Yang penting adalah niat saya yang tulus, kalau itu adalah jalan yang terbaik diberikan TUHAN. Dan tampa disangka-sangka, rejeki / order saya ada saja untuk menutupi semua biaya pesta adat itu. Dan saya akhirnya menyadari apa makna adat Batak tersebut bagi pernikahan saya. Itu yang terpenting akan saya bagi bagi banyak orang.

Persoalannya sekarang, ada banyak pria di luar suku Batak atau pria Batak sekalipun kurang memahami adat Batak tersebut. Atau banyak mereka tidak mau tahu atau peduli. Atau tidak mau direpotkan dengan semua prosesi adat Batak yang dianggap merepotkan/berbeli-belit! Yang terjadi sebenarnya adalah mereka tidak menerima semua prosesi adat Batak dalam pernikahan, bukan karena alasan pertentangan keyakinan!!!! Sekali lagi bukan!!!! Tetapi karena mereka tidak mau repot dan tidak mau banyak keluar biaya dalam pernikahan mereka. Mereka ketakutan keluar biaya banyak!!! Itu adalah alasan sebenarnya!!! Bukan karena keyakinan!!!! Apakah semua adat istiadat Batak sesuai dengan firman TUHAN. Saya katakana ya….ya…dan ya…

Tuhan akan memberkati pernikahan tersebut selamanya. Jika hubungan komunitas sosial dengan keluarga terdekat juga ikut merestui dan mendoakannya! Banyangkan jika pernikahan seorang wanita atau pria Batak TIDAK dihadiri salah satu orang tuanya atau familinya. Bayangkan betapa sakit hatinya orang tua si mempelai perempuan/laki-laki tersebut! Seperti pernah kasus di keluarga saya.
“Ito saya (saudara perempuan anak adik ayah saya) akan menikah dengan seorang pria di luar suku Batak, seorang pendeta dari golongan Kristen Kharismatik dari suku Indonesia timur. Kedua orang tuanya, dan famili tidak setuju atau menghadiri pernikahannya karena tidak disetujui orang tuanya karena pernikahan mereka tidak dilakukan secara prosesi adat Batak. Ditambah, pengaturan tanggal pernikahan mereka sendiri yang sudah mereka atur tampa pemberitahuan / persetujuan dari kedua orang tuanya. Saya sedih melihat adik ayah saya. Dia semakin trus stess memikirkan anak perempuannya yang sangat dicintainya. Bahkan nyaris adik ayah sayta terkena stroke. Tetapi pernikahan mereka tetap saja dilakukan tampa dihadiri keluarga adik bapak saya. Sangat tragis dan menyedihkan…!!! Apakah ini pernikahan yang diberkati TUHAN!

Jelas ini sangat bertentangan TUHAN! Saya tidak mengerti, mereka sangat dekat dengan TUHAN dan mengaku – ngaku sebagai hamba TUHAN yang kudus bertekun dalam doa, berani melakukan seperti ini. Tetapi justru sangat menyakitkan hati kedua hati orang tuanya! Apakah seperti ini pernikahan yang diberkati TUHAN????Mana penghormatan terhadap orang tua!?

Sebenarnya, setelah saya alami semua prosesi pernikahan adat Batak pada pernikahan saya. Yang saya rasakan sekarang ini dan seterusnya adalah semua prosesi adapt batak tujuannya adalah bentuk dari penghormatan dan cinta kasih dari kedua orang tua, saudara sekandung, dan keluarga dekat, dan masyarakat sekitarnya. Semua prosesi adat istiadat Batak tidaklah bertentangan dengan ajaran Kristen!!! Justru tujuannya adalah dalam rangka rasa bersyukur, mempererat hubungan cinta kasih dan kepedulian kedua orang tua/keluarga, saudara, kerabat dekat dan masyarakats sekitarnya kepada anaknya yang sangat dicintai. Simbol ini diwakli dengan prosesi pemberian ulos. Dan itulah yang saya alami! Apakah hal itu benar-benar bertentangan dengan firman TUHAN seperti yang dikatakan banyak aliran Kristen kharismatik, yang mengatakan semua prosesi adat Batak adalah bentuk “upacara berhala”. Sangat aneh…Bagi saya itu hanya alasan yang dibuat-buat mereka, karena tidak mau peduli atau tidak mau pusing atau direpotkan dengan semua prosesi adat Batak, dan tidak mau bersosialisi dengan kedua kerabat keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ya.Mungkin juga karena ketakutan keluar biaya besar! Silahkan anda pikirkan. Terima kasih. (ER Sihombing) pembawaide@yahoo.com.

Unknown mengatakan...

Adat Batak (khusus) mangadati bukan sesuatu yang rumit atau yang melehkan..., memang aacaranya berlangsung lama..., satu hal harus kita ingat..., bahwa sebenarnya acara mangadati bisa sangat singkat..., tidak perlu harus mewah... seperti yang kita lihat di beberapa kota, misalnya di Jakarta..., acara mangadi-pun bisa dilangsungkan di rumah. Yang paling utama dalam adat Batak khusus mangadati.., kalau SUHI NI AMPANG NA OPAT terpenuhi... adat udah jalan....

lsitungkir mengatakan...

Horas lae...
Ulos diharamkan....sungguh terkejut aku mendengarnya... Satu pertanyaan..Apakah benda mati dapat dipersalahkan...? Ulos benda mati yg tidak bisa disalahkan, ulos bisa salah atau benar tergantung user atau orang yg menggunakannya untuk apa... Kalau tujuannya untuk ritual sesat..ulos itu haram, tp kalau tujuannya menjadi indentitas kebatakan, saya pikir gak ada salahnya. Ataukah ulos itu haram karena hadir dr ide nenek moyang orang batak yg masih atheis pd zaman itu? Bagaimana halnya dengan facebook, apakah kita haram memakainya karena idenya datang dr seorang keturunan jahudi yang atheis...jd menurut saya ide yg sudah diwujudkan dlm sebuah benda atau aplikasi baik dr yg atheis atau yg berTuhan, haram atau tidaknya tergantung yg memakainya buat apa.
Syaloom Tuhan berkati

bredmart mengatakan...

Ayo yang tak mau pakai adat saat nikah. Angkat tangan tinggi-tinggi. Saya juga. Hahaha