Kredit Murah Hidup Susah

Dua hari yang lalu, Harian Serambi aceh memuat Iklan tentang akan diluncurkannya Honda Supra Fit sebanyak 20.000.000 Unit yang diperuntukkan untuk menunjang mobilitas Guru-guru kita. Awalnya terpikirkan olehku bahwa mereka akan mendapatkannya secara gratis atau setidaknya tersubsidi. Tapi tidak, subsidi yang diberikan adalah bagian dari trik marketing distibutor sepeda motor tersebut. Ada banyak cara yang dilakukan oleh dealer untuk menjaring konsumennya termasuk membidik sektor guru. Salah satunya akan mendapatkan cash back sekian-sekian dengan membayar sekian-sekian. Hal yang akan saya soroti kali ini adalah BEBAN yang harus guru/masyarakat/keluarga yang harus dia tanggung setiap bulannya untuk menutupi kredit. Bayangkan masyarakat tergiur dengan kata-kata Uang Muka/Down Payment (sering disingkat DP) hanya Rp. 200.000. Masyarakat tergiur, namun jika Bijak memikirkannya adalah hal yang sulit melakukan pembayarannya setiap bulan yang hampir 400.000 rupiah selama tiga tahun lebih. Bila sepeda motor yang mereka kredit berguna untuk menunjang mobilitas sehari-hari (dengan skala prioritas tentunya) maka adalah tidak mengecewakan. Bila motor yang dia miliki boleh jadi menambah income sehari-hari juga tidaklah menjadi masalah. Namun hal yang sangat tidak bijak jika motor yang dia miliki hanyalah sekedar nampang, sekedar jalan-jalan, sekedar gaya hidup!!!!! Rasanya tidaklah efisien. Bayangkan jika setiap bulan dia harus membayar sekitar 400.000 rupiah dibandingkan jika masyarakat itu harus menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi???? Mana yang kita pilih? Ternyata kebayakan masyarakat lebih memilih kredit sepeda motor dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan anak-anaknya, berinvestasi atau hal yang lebih bermanfdaat lainnya. Mengapa begini? Ada banyak alasan, salah satunya pola hidup hedonisme (terlalu menikmati hidup saat ini). Bahkan ada banyak keluarga yang memiliki sepeda motor/barang kreditan lebih dari satu/lebih dari kebutuhannya hanya demi gaya hidup. Ujung-ujungnya Keluarga Indonesia hidup hanya untuk memenuhi kredit. Ujung-ujungnya kita hanya membuat pengusaha, pencipta, kaya raya karena keluguan masyarakat kita.
So... Lebih baik meningkatkan pendidikan keluarga, Investasi, dibandingkan hanya untuk memenuhi gaya hidup sesaat. Bila memang harus melakukan kredit (Motor,Kulkas,Televisi, Radio) barang-barang yang diinginkan adalah bijak jika memperhitungkan efek negatifnya, atau setidaknya merencanakan lebih matang dampak positifnya terhadap keuangan keluarga.
Kepada saudara muda seyogyanya kita lebih melek melihat kondisi ini dan mari melakukan sosialisasi aktif menangkal kesembronoan dalam pengelolaan uang baik secara pribadi maupun keluarga. Salam hangat buat masyarakat Indonesia. Iwan Nafry Simarmata


Tidak ada komentar: