Wanita Indonesia Motivator Korupsi Indonesia….

Judul diatas bukanlah suatu kalimat yang dimaksudkan untuk menarik perhatian lebih dari orang lain. Wanita dalam hal ini adalah manusia berjenis kelamin perempuan dan sudah berkeluarga. Kita sering mendengar, membicarakan tentang kiprah seorang wanita (red, istri) dalam menunjang karir seorang Pria (red; suami) baik dalam organisasi, pekerjaan dan lain-lain. Mungkin sangat terasa asing dalam budaya timur bila seseorang menggapai suatu Jabatan tertentu tanpa adanya pendamping/Istri. Bahkan contoh kecilnya sewaktu akan dilaksanakannya perayaan wisuda, selalu diharapkan sang wisudawan/wisudawati untuk membawa pendamping. Sebelum mendapat penjelasan singkat, mungkin bila ada yang membaca ide ini akan merasa aneh, bahkan akan mempertanyakan korelasinya. Wanita – Korupsi.
Tulisan ini terinspirasi dari hasil pembicaraan dengan seorang wanita teman sekerja. Pembicaraan yang muncul adalah mengenai Hidup dalam koridor Idealisme. Dinegara kita ini mungkin tidak asing bila seseorang yang hidup dan terkungkung dengan keidealismeannya maka ia pun akan hidup ala kadarnya. Bahkan untuk menyekolahkan anaknya akan pontang-panting. Hal ini dikhususkan kepada mereka sang abdi Negara yang hidup dengan Gaji yang diperoleh dari keringat rakyat. Hal ini saya bandingkan dengan diri saya yang pada waktu itu seorang konsultan proyek Negara kala itu. (lihat postingan sebelumnya). Kala itu temanku ini mengharapkan seorang lelaki buat pendampingnya yang suatu saat mapan dalam segala hal, terutama materi. Hal yang paling sulit saya terima adalah suatu pembenaran bagi setiap orang untuk mengambil hak orang lain sewaktu ia memiliki kesempatan. “Bolehlah mencuri asal tidak ada yang kehilangan”. Dari pada hidup susah, toh kalau kita tidak curi, maka akan dicuri orang lain juga. Inikah cara pandang para Wanita kita, keluhku...... Nah daripada berbeli-belit lebih baik langsung keintinya. Republik ini dikenal oleh bangsa lain karena tingkat korupsinya masuk dalam Top Ten di Dunia. Kita sebagai bangsa yang beradab, bersosial yang tinggi, sangat ramah tamah sesuai dengan adat ketimuran. Namun semua itu adalah keramah tamahan untuk menutupi borok kita sendiri. Sangat tidak masuk akal bila seorang pejabat membagi-bagikan beras, amplop dan lain-lain yang semua itu adalah sisa-sisa yang dia korupsi dari Negara ini. Namun pernahkah seorang istri, ibu atau yang lainnya menanyakan kepada si-suami dari mana uang yang diperoleh? Dia pastinya tahu besarnya gaji suaminya, dia pasti tahu sumber-sumber pendapatan lainnya. Nah bila ada yang lebih dari biasanya, pernahkah si-istri bertanya tentang asal-usul uang itu? Nah bila ia telah tahu, ternyata uang itu adalah uang ”Haram” pernahkah ia melarang si-suami dan mengembalikan uang itu. Secara logika pasti tidak, mengapa? Istri-istri yang ramah ini butuh dana untuk belanja ke luar negeri, memenuhi tingkat hidup yang meningkat (pasti meningkat, karena status sosial meningkat pula). Berpesta.. dan lain sebagainya. Pasti ada yang bilang “belum tentu”, jangan mengeneralisir permasalahan. Seolah-olah mereka semuanya begitu. Ok…… secara logika yang saya sebutkan diatas…. Bila mereka tidak menganggap mereka begitu mengapa Korupsi di Negara kita ini nomor wahid di Dunia. Siapa yang korupsi? Bukankah pejabat-pejabat kita? Berapa banyak pejabat-pejabat kita yang korupsi, sebesar itulah banyaknya wanita Indonesia yang munafik. Sudahkah dapat korelasinya?. Yang menjadi pertanyaan adalah “Mengapa mereka sebagai wanita yang hatinya sensitive, penuh rasa, lemah, penuh kasih sayang malah menjadi sumber motivasi buat sisuami untuk mencuri (korupsi)”. Bila seorang pria tertangkap menipu mungkin itu adalah dunianya lelaki meskipun itu tidak baik, namun bila siwanita dengan kodratnya itu menjadi penipu dibelakang layar…. Entahlah…. Hanya Tuhan yang tahu… Lebih baik kita Tanya Hati kita masing-masing. Mungkin kita sering menonton siaran berita, melihat Korp para istri-istri diberbagai instansi dinegara ini.. pada waktu pelantikan, acara kebesaran, perayaan-perayaan keagamaan, pada saat itu sangat kelihatan cantik dengan harmonisasi kaca mata hitamnya dengan model bajunya, mobilnya. Begitu sisuami dijadikan tersangka kasus korupsi dia masih pura-pura lugu tidak percaya dan masih sempat mengucap kata-kata dari agama. Begitu dijadikan terdakwa, dengan sendu dia mengatakan harus kuat menghadapi cobaan dari Tuhan…. “Inikah cobaan Tuhan”, melintas dalam pikiranku. Ini bagi sisuami yang terkena proyek tebang pilih pemberantasan korupsi dinegara ini (maaf kata temanku kalau diusut bisa 80% pejabat kita ini masuk penjara). Bagaimana dengan koruptor-koruptor lainnya…. ? Sadarlah wahai ibu….., mari kita rubah cara pandang kita. Hidup seadanya bukan berarti terkutuk, akan lebih hina mereka yang mencuri dari rakyat yang susah ini. Mungkin tidak ada yang mengetahui perbuatan anda, suami, kolega tentang korupsi, kezaliman yang anda perbuat.. Namun sebagai wanita yang penuh kasih sayang, pengertian, seharusnya malu pada diri sendiri. Karena yang anda nikmati adalah hak orang lain…. Sebagai orang yang beragama… tentu kita tahu apa ganjaran yang akan kita peroleh…. Semoga para ibu-ibuku sebagai cerminan wanita Indonesia bisa berubah. Kelak “Wanita Indonesia Penggagas/motivator Korupsi Indonesia….” Berubah menjadi Wanita Indonesia sumber inspirasi wanita dunia.
Maaf bukan aku bermaksud menyinggung perasaaan siapapun anda, mungkin naïf memang, namun percayalah pameo wanita berada dibalik sukses/gagalnya seseorang tidak akan pernah hilang. Karena besarnya angka korupsi kita, tentunya tidak lepas dari besar kecilnya peranan siistri secara langsung maupun tidak. Semoga wanita yang mengispirasikanku mengenai tulisan ini menyadari apa yang selalu diperbuatnya. Hidup seadanya akan lebih berarti dari pada hidup mewah dengan mencuri hak-hak mereka orang susah. Aku sangat mengimpikan generasi muda seperti aku ini, merubah paradigma berfikir. Semoga semangat Nasionalime kita semakin mengental, mencintai Negara ini akan mengurangi niat kita untuk mengambil milik Negara ini, dengan tidak mengambil yang bukan hak kita, maka akan tersisih sedikit buat mereka(simiskin) yang belum memiliki sedikitpun kesempatan dalam hidupnya.

1 komentar:

ruang berbagi dan memotivasi mengatakan...

bagus tulisannya, di awal kesannya menuduh ya.
tapi di akhirnya menginspirasi.
apa memang karena gaya bahasanya emang begitu ya?
hm, saya kira yang penting bagaimana mendidik, mungkin bisa mulai dari diri sendiri, ke saudara saudari perempuan kita, istri dan anak kita..? mungkin lebih baik.,?