Mengapa Kita Tertinggal

Dahulunya kejayaan Nusantara mungkin salah satu kekuatan yang cukup diperhitungkan dibelahan bumi Asia bahkan Dunia. Masa kejayaan kerajaan Mojopahit, Sriwijaya dan lainnya seakan menjadi kebanggaan dalam sejarah. Kita bisa bayangkan begitu takjubnya semua orang akan kemegahan Candi-candi khususnya Borobudur. Belum lagi Kapal lautnya yang seolah-olah menjadi penguasa Lautan. (nenek Moyangku seorang pelaut).

Jaman berubah, peradaban berubah. Pulau yang terpisah ini disatukan menjadi suatu Republik yang dinamai INDONESIA. Kita masih ingat dengan bangganya kita mengatakan dijajah 350 tahun dan Merdeka dengan menggunakan bambu runcing saja sebagai senjata. (teman aku ada yang nyelutuk “ Bukankah suatu kebodohan kalau kita sampai dijajah sampai sebegitu lama”). Namun semangat pekik Merdeka kala itu mungkin melupakan kenapa kita bisa dijajah selama itu. Lalu Muncul Tokoh yang sangat kharismatik “ Ir. Soekarno” yang sangat dikagumi semua orang meskipun banyak juga luka yang Beliau tinggalkan. ( Salah satunya pengkaderan ). Beliau mewariskan tampuk kepemimpinan ini kepada seorang jenderal besar, sangat berjasa atas republik ini sehingga digelari BAPAK PEMBANGUNAN.(terserah anda menilai). Peradaban terus berjalan seiring waktu. Setelah 30 tahun memimpin, terjadilah hal yang semua orang akan perkirakan. Republik sudah Tiarap, tunduk tak berdaya. Masih segar dalam ingatan kalau begitu banyak rakyat ini yang harus mengalami siksa dari Negara lain, dan yang menyakitkan republik tidak memilik senjata untuk melindungi mereka. Sebut saja Nasib para TKW, Kasus pemukulan wasit, Kasus mencaplok lagu, dan lain. (“Tak akan mereka perdulikan. Kursi yang kuambil ini bukannya tidak aku bayar” mungkin seru batin mereka. “Aku disini bukan hanya mengurusi anda dia dan kamu” tambahnya). Tanpa bermaksud menyalahkan mereka secara menyeluruh tapi itulah kejadian yang sangat lumrah terjadi. Rakyatnya miskin (seharusnya tidak!!!. Negara ini diberi kekayaan alam yang berkelimpahan) namun sangat banyak pejabat, pengusaha, dan maling-maling yang hidup lebih dari cukup. Seandainya dia memiliki semua itu dengan jujur taklah menjadi masalah. Namun mereka memanfaatkan keluguan rakyat ini untuk kesenangan sendiri. (kasihan simiskin). Pameo yang miskin tetap miskin adalah suatu kesalahan yang mengakar. Sama dengan istilah setiap bayi lahir di Negara ini sudah menanggung utang. SALAH…….. Siapa yang berutang harusnya dia yang bayar. Namun kenyataannya memang begitulah, yang miskin tetap miskin karna lahirpun sudah ditunggu utang. Apa yang menyebapkan ini terjadi…………?
Saya bukanlah Antropolog ataupun Sosiolog, saya hanya seorang yang mencoba melihat celah yang sangat terbuka lebar. Namun sangat sepele. Ini mengarah pada sistem yang Penjajah dulu terapkan. Mereka biarkan agar kita tetap miskin, ribut sehingga tidak maju-maju. Memang jadilah kita tidak maju. Terlepas dari kepemimpinan dinegara kita ini ada baiknya kita melihat celah itu sehingga kita bisa memperbaikinya. Kita Miskin bukan karena pemimpinnya saja tentunya.. bagaimana dengan Perilaku kita?..
Sebelum penjajah masuk, peradaban manusianya sudah sangat mapan। Penjajah datang mengobrak-abrik tatanan kehidupan demi kepentingan mereka. Salah satu yang terpenting adalah Politik DIVIDE ET IMPERA. Politik pecah belah antar kesukuan, kasta kerajaan dengan rakyat, antar wilayah dan ini menurut saya sangat berhasil, sehingga jadilah kita di temani selama 350 tahun. Para kaum kerajaan diberikan kemudahan-kemudahan berupa akses, mobilitas, uang dan kesenangan. Bayangkan selama 350 tahun. Apakah tidak mengakar… maka lahirlah para pemimpin-pejabat yang tidak malu untuk disuap, korupsi, dan mencuri. Akan nada kompetisi social yang salah, karna dahulunyapun sudah dikotak-kotakkan belanda. Mereka berlomba mendirikan rumah wah, liburan yang menyenangkan, barang yang super wah, memanjakan keluarga dengan wah (anak, istri, famili) demi si status(kasta) sosial sesuai harapan penjajah. Mereka tidak akan ada lagi perhatian akan orang-orang disekitarnya. Sangat masuk akal bukan, jadi sudah sangat membudaya.
Bagaimana dengan tingkat masyarakat awamnya. Hal ini tidak jauh beda. Sangat kental kita rasakan sifat konsumtif masyarakat ekonomi rendah mengacu pada kegilaan para petinggi kerajaan. Belanda mewariskan semacam hiburan yang dilaksanakan minimal 1X sebulan. Istilah modernnya pasar-malam atau bioskop malam. Hal ini dimanfaatkan oleh belanda dulunya di Kebun yang mereka kelola. Setelah para kuli ini mendapatkan gaji (Gajian besar) yang seadanya maka akan di suguhi acara pasar malam tersebut. Gaji yang dia kumpulkan dalam sebulan habis dalam 1-3 malam. Mereka dapat membeli apa saja yang lagi tren dizamannya meskipun tidak fungsional bagi keluarga mereka. Setelah semuanya habis, merekapun akan diberi utangan (Gajian Kecil. Pameo “ Harta ngga dibawa mati “ membuat secara tidak sadar Begitu ada langsung Habis. Toh harta masih dicari. Jadi Nikmati aja Hidup ini. Antar tetangga yang akan berlomba-lomba menujukkan kelas mereka yang mungkin tidak pantas bagi mereka. Hal ini berlangsung terus-menerus hingga kini. Sehingga mereka tetap miskin (Dalam arti pendidikannya), terbelakang. Itulah awalnya keinginan Belanda, sehingga kita tidak dapat sekolah, tentunya tidak dapat memberontak. Namun Belanda sudah pergi, budaya yang ditorehkan tetap tinggal. Sayangnya itu tidak baik…. Saya mengatakan begitu disebabkan saya tinggal dan dibesarkan di Lingkungan Perkebunan tepatnya Desa Perdagangan Kecamatan Bandar Kab Simalungun(tepatnya perkebunan Lonsum- Bah Lias, dan PT. Panca Surya yang konon katanya milik keluarga cendana) dan masih banyak lagi. Mereka para pekerja itu kebanyakan Transmigrasi dari Pulau Jawa yang lebih banyak didiami Belanda. Jangan heran melihat mereka yang pada umumnya ditiap rumah akan terpajang televise terbaru, motor, dan lain sebagainya. Bereka berlomba mendatangi sipenjual untuk mendapatkan barang mereka yang rata-rata di ambil secara kredit. Namun coba tanya berapa orang anak mereka yang sekolah sampai kejenjang perguruan tinggi. Sebahagian akan bilang buat apa sekolah, sebahagian bilang tak punya uang, sebahagian akan bilang anakku akan menikah bulan segini…..segitu dan lain sebagainya. ( Adalah apresiasi tertinggi bagi mereka yang menyekolahkan anaknya karena terbukanya pikiran arti pentingnya sekolah.
Salah satu suku yang presentasenya terbanyak didesaku itu adalah BATAK. Etos kerja yang luar biasa, punya pikiran maju untuk menyekolahkan anak. Namun kelemahan itu nampak saat sore-ke malam hari. Uang yang dia cari sehari setengah habis untuk kesenangan pribadi si Ayah. MINUM TUAK. Kita bisa bayangkan berapa banyak yang mereka habiskan diwarung-warung tuak(Lapo tuak) setiap hari sambil bernyanyi? Belum lagi ada banyak adu ketangkasan diwarung-warung seperti bermain kartu yang katanya iseng-iseng dan sangat dibanggakan yang katanya JANTAN. Minum tuak sendiri sudah menjadi tradisi bagi masyarakat batak untuk menghangatkan tubuh karena didaerah TOBA sekitarnya adalah dataran tinggi yang udaranya sangat dingin. Budaya itu terbawa sampaikemanapun sang BATAK merantau dan katanya menjadi satu kebanggaan sambil bermai Gitar. OKlah budaya…. Tapi kalau sampai teler/mabuk setiap malam, tidak ingat anak isteri. Besoknya badan lemah sehingga tidak berdaya untuk bekerja. Kawan-kawan bisa menghitung kerugiannya secara gamblang bukan. Adalah kesempatan yang baik bila anak-anaknya yang sudah diharuskan sekolah itu dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik dikarenakan adanya materi yang baik. Orang pasti mengatakan, kalau memang niatnya mau sekolah apapun pasti dia lakukan… entahlah… yang pasti seandainya ada ribuan anak-anak batak yang menempuh pendidikan yang lebih layak. (“Tuntutlah ilmu meski sampai ke Negri Cina” kata pepatah bukan) Mereka bisa bantu membangun Negri ini lebih baik tentunya.
Begitu banyak sifat dan kebisaaan dimasyarakat yang dipatenkan menjadi budaya. Setiap suku masing-masing memiliki kebiasaan kurang baik yang salah satunya di Menado. Pameo “Biar mampus asal Gaya, Menang nampang Doang”(saya lupa anekdot lainnya, Tahun 2000 saya sempat Kesono). Hal ini bisa mengakibatkan pola hidup yang super HEDONISME tentunya, tergantung pelaksanannya.
Terlepas dari itu semua, remaja kitapun dicekoki dengan modernisasi disemua bidang tanpa ada control yang baik. Jadilah para muda-mudi cosmopolitan, pola hidup Hedonisme, ugal-ugalan, narkoba, dan lain sebagainya. Meskipun tetap masih ada yang peduli, “masih ada yang menjaga Merah Putih di pantai terjauh” katanya
Apapula urusanku mengutak-atik kebiasaan/budaya।kesenangan orang lain? Ada yang menghampiri pertanyaan itu dikepalaku setelah selesai menuliskan urain ringan diatas। Saya tidak bermaksud mengutak-atik /menyalahkan, hanya saja perlu dilakukan perbaikan। Menyisihkan sedikit demi sedikit demi masa pendidikan yang lebih baik. Mari Sekolahkan anak kita, Jika kita sudah punya niat untuk itu maka mari sekolahkan dia ketempat yang lebih baik. Tentunya dengan menyisihkan lebih dari sedikit. Sudahlah akhiri budaya-budaya kita yang salah. Mari Kita lebih Bijaksana. Jika kita tetap begini maka mereka yang rakus akan tetap memangsa hak kita karena kebutaan kita akan kepemilikan hak kita. Andai saja semua memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang maka Republik ini tidak akan seperti ini. Percaya atau tidak kita mewarisi budaya yang salah karena Kebiadaban Penjajahan masa lalu, pengaruh lingkungan dan lain sebagainya. Sekarang berlanjut dengan New Imperialisme=Kolonialisme Modern=Diajajah bangsa Sendiri. Selama Kita tidak Pintar kita akan kalah, Sekolah hanya salah satu wahdah menimba ilmu, Ilmu tersebar dimana saja. Tergantung kita menggapainya. Seharusnya kita tidak miskin(red kalah) karena sebelumnya peradaban kita sudah maju. Sumber Daya Alam kita melimpah ruah.
Sangat menyenangkan ketika mendengarkan Iklan Layanan Masyarakat di Televisi. Seorang ayah bertekad akan menyekolahkan anaknya setamat SLTP, ketika ada yang meanwari pekerjaan ke Ibukota.
Masing-masing punya budaya, ada yang salah implementasinya ada yang tetap baik… Anda bisa berbagi sehingga kita bisa melakukan suatu pandangan bagi mereka baik berupa penyuluhan atau bahkan sekitar informasi। Terimaksih……। Mohon Maaf jika menyinggung perasaan saudara सेकलियन. BANGKITALAH INDONESIA



Tidak ada komentar: