Forum TIMTI kita menjadi lebih Politis dibandingkan Teknis

Saya bisa membayangkan (semoga saya salah) apa yang sedang terjadi saat pelaksanaan TIMTI yang sedang berlangsung disana di Yogyakarta seperti yang di undangkan oleh Dyan (Facebooker, Friend Alumni Timti). Anak-anak muda yang eksis menunjukkan kebolehan berorasi dan merasa lebih memahami materi dibandingkan teman-teman lainnya. Entah mengapa, yang masalahnya adalah selalu pembahasan AD/RT yang selalu dimulai dari tata-tertib yang berulang dari tahun ke tahun. Atau sesuatu pembahasan yang akhirnya menjadi berlarut-larut dengan kata-kata Interupsi. TIMTI menjadi lebih tepatnya ber-aroma Politis, karena akan ada pemilihan Ketua yang alot, pemilihan lokasi perhelatan TIMTI berikutnya yang sepertinya adu gengsi dan lain-lainnya. “Produk gagal dari senior-senior” ini mungkin yang tepat mewakili ini. Mungkin dulu ini adalah hal yang penting, organisatoris dan datang dari kalangan aktivis yang rata-rata bola itu dimainkan oleh anak-anak Teknik yang lebih dinamis dan ekspresif.
Sayang perubahan terhadap Ilmu pengetahuan itu tersadarnya sekarang, betapa Bangsa ini tidak memiliki sesuatu yang dapat menghidupi Bangsa ini kecuali Import Material dan Ide dari Luar, sementara para Kader-kader teknik bangsa yang bersentra kepada mahasiswa masih sibuk membahas ngalor ngidul, menjadi jawara-jawara orasi, pendekar-pendekar forum yang bukan substansif kearah ke-TEKNIK-an. Akhirnya Forum yang dibiayai oleh teman lainnya hanya menjadi ajang temu tanpa ada karya ilmiah yang berarti. (Kondisi yang sama dilakukan pejabat-pejabat bangsa ini toh).
Mungkin ini terlalu subjektif, atau mengarah pada negatif mental attitude, terserah orang menilainya, tapi ada pesan yang ingin saya sampaikan bahwa anak teknik itu harus berubah, anak teknik harus menjadi ujung tombak sentra inovatif yang teknolog, menjadikan forum TIMTI sebagai sarana ajang ilmiah yang kreatif. Tentu kita yang diforum ini harus berlatar belakang dengan tingkat edukasi keteknikan yang diatas rata-rata, setidaknya kita bisa menularkan hawa motivasi keteknikan itu keteman-teman setelah lepas dari perhelatan TIMTI ini. Paling minim memiliki dedekasi leadership untuk meneruskan semangat TIMTI yang sudah lari dari tujuannya kepada junior-juniornya masing-masing diwilayah dan kampusnya untuk TIMTI yang lebih baik kedepannya.
Kondisi ini sebenarnya bukan salah kita, tapi kejadian yang turun temurun namun kita telat untuk menyadarinya. Sebaiknya kita berbenah, memikirkan ulang bagaimana sebuah forum sebesar ini melahirkan gagasan-gagasan kreatif, innovatif, teknologis. Hal ini berpulang kepada kita sebagai pelakunya tentunya, sebagaimana harapan kita terhadap para pemimpin-pemimpin bangsa ini untuk lebih total dalam bekerja demi kemaslahatan bangsa ini. Kita menuntut mereka, tentunya kita menunjukkan perubahan di level kita.
Harapan kita untuk tahun-tahun kedepannya, TIMTI bisa melahirkan suatu konsep matang akan majunya Ilmu pengetahuan ke-teknikan, dengan beradu konsep ilmiah di forum yang ilmiah seperti ini. Mengikat erat persatuan sesama teknik yang dapat dijembatani dengan membuat Web teknik Indonesia, dan memperhatikan masalah sosial bangsa kita, yang masih terjerembab dengan data 30 juta orang rakyat miskin, dan memajukan (promote each other) Pariwisata antar sesama anak teknik yang berbeda wilayahnya.
Akhir kata saya menyampaikan Standart-Standart bagi seorang yang bangga sebagai anak Teknik.
1. Menguasai Akademis keteknikannya dengan baik.
2. Memiliki kesadaran akan lingkungan masyarakatnya diatas rata-rata.
3. Menguasai Bahasa Inggris dan fasilitas Komputer aplikasi diatas rata-rata.
4. Memiliki wawasan diatas rata-rata.
5. Memiliki kesadaran bahwa KORUPSI itu sangat berbahaya.

Iwan Nafry Marmata
Alumni Sipil 2003 Univ. HKBP Nommensen Medan
Alumni TIMTI UNSRAT 2001 Menado
Work : SMEC Intl
Project : Reservoir in Lhokseumawe NAD


Selengkapnya?