Selamat Tahun Baru

Kembali dipenghujung Tahun.
Banyak yang telah dilakukan sesuai dengan terget yang telah direncanakan namun masih banyak hal-hal yang belum dilakukan dan menjadi rekomendasi untuk dilaksanakan di Tahun Depan.

Sebagai seorang pekerja yang begitu banyak bersentuhan dengan masyarakat, adalah hal yang sangat menyedihkan bila mereka sebagai insan manusia juga tidak ada peningkatan baik dari segi perekonomian, kesehatan, pendidikan buat anak-anak, dan kesehatan tentunya di tahun depan. Sebagai kesimpulan atas perjalanan waktu selama setahun ini saya mendapatkan beberapa penyebab klasik adalah

  1. Disebapkan Masyarakat Itu Sendiri. Hal ini disebapkan budaya yang ada ditengah-tengah masyarakat kita sendiri. Tidak adanya keinginan untuk maju dan terlalu pasrah akan menerima kenyataan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Anda dapat melihat tulisan sebelumnya (MENGAPA KITA TERTINGGAL). Maka disarankan agar kita/pihak-pihak yang peduli untuk melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat. Ada banyak masyarakat kita yang tidak mengetahui perkembangan peradaban dunia ini.. Ada banyak masyrakat kita yang tidak sadar arti pentingnya pendidikan.. Sehingga tidak ada keinginan untuk maju tentunya, sehingga terkungkung dalam pikiran sempitnya.
  2. Disebapkan Pemerintahan yang Korup. Klasik, dimanapun pemerintahan yang korup hanya akan menyengsarakan rakyatnya. Terbukti dinegara kita yang terkenal beradab, santun dan religius justru pioneer korupsi di dunia. Termasuk budaya juga.. (Dan Penafsiran yang salah, " Beragama adalah Kewajiban, KORUPSI adalah Mata Pencaharian".) Sangat menyedihkan bukan.. Lihat tulisan sebelumnya. Saran yang terbaik adalah Sadarlah, Budayakan untuk malu korupsi, Be Gentleman. Karena seperti apapun perangkat hukum untuk menjerat para koruptor tidak akan berhasil selama manusia yang menjalankannya tidak memiliki Integritas yang baik. Bukankah payung hukum yang ada sekarang buatan manusia juga, nah tentunya hal yang gampang memutar balikkan semua hukum itu seperti yang terjadi sekarang?
  3. Kuasa Tuhan. (Nasib). Masih Teringat kisah Dasyatnya Tsunami, Gelegarnya Gempa, Mencuatnya Air menjadi Banjir dan banyak lagi kisah alam yang menjadi bahagian dari cerita selama dekade ini. Memang setiap manusia akan mengatakan bahwa itu adalah rencana Tuhan dan siapapun tak kuasa menolaknya dan tak satupun akan komplain pada Tuhan akan akibat yang dia terima. Kita adalah umat yang percaya Tuhan. Dan memang tak akan ada gunanya disesali. Yang ada hanyalah usaha untuk meminimalisir akibatnya dengan deteksi yang lebih mumpuni. Namun entah bagaimana hati ini begitu mirisnya ketika mereka yang selama ini tertinggal, semakin tertinggal akibat dasyatnya bencana yang menghampiri mereka. Contohnya.. Seorang pensiunan PNS yang telah mengupayakan rumah dengan mencicil selama bertahun-tahun tiba tiba lenyap ditelan bencana alam. Memang Kuasa Tuhan... Saran . Agar kita / Pihak-pihak yang peduli agar mendeteksi kemungkinan bencana sehingga efek negatif yang ditimbulkannya bisa dikurangi, Apa bila ada bencana dan bantuan yang ada hendaklah diberikan sepenuhnya, karena banyak kasus adanya orang yang tega mengambil bagian simiskin, meskipun bantuan yang dia terima hanya untuk hidup bertahan beberapa hari, dan saran yang terakhir adalah agar masyarakat yang terkena bencana lebih tabah, semua ada hikmahnya. Hal ini adalah pelajaran bagi kita bahwa Tuhan adalah maha kuasa. Dan kita harus cepat berbenah, dan bangkit demi menyongsong masa depan.

    Penghujung Tahun ini untuk NAD tempat saya bekerja ditutup dengan peringatan 3 tahun bencana Tsunami, dengan berlinang air mata mereka yang terluka mendapat pesan supaya bangkit demi masa depan.

    Dan disatu sisi masyarakat nasrani melaksanakan Perayaan Natal stiap tahunnya dengan suka citanya. Semoga dengan perayaan Natal semakin sadar akan selalu menebar kasih kepada sesama manusia.
    Dan tentunya semua kita akan menyambut Tahun Baru 2008, semoga Kita sadar akan segala kekhilafan kita, untuk bangkit dan maju, untuk tidak serakah, untuk hidup lebih bijaksana, dan semoga Alam bersahabat dengan Kita. Semoga Tuhan Memaafkan Kita atas kesalahan kita dan merestui segala rencana kita di tahun mendatang.

SELAMAT TAHUN BARU



Selengkapnya?

Agama Adalah Sumber Perpecahan

Agama........ Secara etimologis agama ada untuk menghindarkan kekacau balauan. Namun sungguh ironis ketika manusia dihadapkan ketidak pahaman yang mendalam tentang agama itu sendiri. Perbedaan agama dijadikan komoditas politik, ekonomi, sosial untuk kesenangan diri sendiri atau kelompok tertentu. Adalah hal sulit bagiku bila ada manusia yang tidak segan saling membunuh, memaki demi kesenangan sesaat yang didasarkan agama. Hal yang paling kentara adalah ketegangan Muslim dan Nasrani yang secara nyata adalah kakak-beradik . Tercipta dari daerah timur tengah dan meluas hingga lebih dari separuh penduduk dunia meyakininya. Entah bagaimana dahulunya sehingga menjadi seperti ini. Esensi agama itu sendiri menjadi hilang. Entah anda salah satu pengikutnya atau tidak maaf membuat anda sekalian marah. Dengan tensi yang rendah saya mencoba mendalami asal musalanya secara lokal (Sumatera Utara) dan efek yang ditimbulkannya terhadap kondisi negara kita ini. Setelah meluasnya ekspansi agama Islam dinusantara, Belanda mengalami sedikit kesulitan menaklukkan Sumatera. Hal ini disebapkan kuatnya hubungan Kerajaan di aceh dan Minangkabau yang saat itu sudah Islam. Sibolga sebagai pelabuhan strategis diusahakan menjadi basis kekuatan Belanda. Untuk meretas perjuangan Aceh dan Minang maka direncankanlah untuk mengkristenkan Tanah Batak yang saat itu belum sepenuhnya memiliki agama kecuali Tapanuli Selatan. Masuknya kristen bukan tidak mengalami kendala, namun belanda akhirnya mampu mengkristenkan Tanah Batak. Hal ini sangat berpengaruh sehingga persatuan antara aceh dan Minang diputus ditengah. Dengan politik pecah belah akhirnya Sumatera jatuh ketangan Belanda. Kerajaan Aceh, Minang dan Tanah Batak terperangkap umpan musuh, mereka dijadikan saling memusuhi, meskipun sebelumnya kerajaan Batak memiliki hubungan yang erat dengan kesultanan Aceh. Politik Pecah Belah (Divide Et Impera) Belanda ini bertaut hingga sekarang. Ditambah ketegangan antara Dunia barat yang didominasi Kristen dengan dunia Arab yang didominasi Islam.
Para orang tua selalu menjadi provokator untuk selalu mengedapankan persaudaraan yang seagama baik dalam berteman, maupun persyraratan dalam mencari pasangan hidup anaknya kelak. Jadilah kondisinya seperti ini. Tak dapat dipungkiri apabila ia seorang Nasrani adalah hal yang sangat memalukan keluarga (Derajat Sosial hancur) apabila seorang anak melintas batas keagamaannya dalam mencari pendamping hidupnya. Biasanya mereka akan terasing. Begitu pula sebaliknya. Kebutaan kita akan agama ini menjadikan tidak adanya persaingan sehat, tidak adanya keinginan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat apabila pada Pimpinan suatu kelompok/Perusahaan/Instansi tertentu beragama salah satu dari agama yang ada, adalah hal lumrah bila orang-orang dikelompok itu akan mayoritas seagama dengan sipimpinan tersebut, meski kualifikasinya tidak memenuhi. Kapan lagi kita bisa bersaing? Tanpa menyakiti perasaan anda sekalian, saya membukakan pikiran kita semua. Bayangkan dengan sibuknya kita mengurusi agama yang justru salah arah, maka bangsa-bangsa lain justru menjadikan kita Pangsa Pasar mereka. Kita adalah limbah Industri, Teknologi dari Negara lainnya. Bayangkan bagaimana sejahteranya Rakyat Jepang dengan eksport mobil, motor, barang elektronik dan lain sebagainya. Coba kita pikir-pikir secara matematis bagaimana sejahteranya mereka. Dan kita? Masa hanya membuat sepeda Motor saja kita tidak bisa..... Itu tidak mungkin.... Ada kepentingan luar yang menjamin agar stabilitas negara kita tetap labil yang berakibat tidak adanya keinginan bangsa ini menjadi salah satu kompetitir ekonomi dunia. Dan gejala yang saya lihat adalah adanya bangsa/kelompok tertentu yang dengan sengaja membuat kita sibuk dengan perbedaan agama, bahkan membiayai perang agama kita. Apakah kita akan begini selamanya. Hal yang saya lihat adalah begitu banyaknya rakyat miskin di Negara ini akibat kebodohan kita yang merasa pintar. Dapatkah anda bayangkan 30% lebih rakyat ini miskin ditengah melimpah ruahnya Sumber Daya Alam. Apakah anda tidak sadar jika Negara lain mengaharapkan kita begini saja, hingga akhirnya kita menjadi Pangsa Pasar Mereka. Coba bayangkan kalau Mobil, Motor, Barang Elektronik, bahkan perangkat Telepon kita bisa buat. Akan kemana mereka pasarkan produk mereka? Sadarlah wahai kawan, ini saatnya kita melupakan sejarah buruk kita. Saatnya bangkit. Kesampingkan prasangka buruk, mari jadikan agama kita menjadi landasan moral untuk memahami agama orang lain. Kita sudah terjajah...Penjajahan Model Baru. Siapkah kita untuk Mengedepankan Kebersamaan dalam Keberagaman didukung profesionalitas?

Selengkapnya?

Wanita Indonesia Motivator Korupsi Indonesia….

Judul diatas bukanlah suatu kalimat yang dimaksudkan untuk menarik perhatian lebih dari orang lain. Wanita dalam hal ini adalah manusia berjenis kelamin perempuan dan sudah berkeluarga. Kita sering mendengar, membicarakan tentang kiprah seorang wanita (red, istri) dalam menunjang karir seorang Pria (red; suami) baik dalam organisasi, pekerjaan dan lain-lain. Mungkin sangat terasa asing dalam budaya timur bila seseorang menggapai suatu Jabatan tertentu tanpa adanya pendamping/Istri. Bahkan contoh kecilnya sewaktu akan dilaksanakannya perayaan wisuda, selalu diharapkan sang wisudawan/wisudawati untuk membawa pendamping. Sebelum mendapat penjelasan singkat, mungkin bila ada yang membaca ide ini akan merasa aneh, bahkan akan mempertanyakan korelasinya. Wanita – Korupsi.
Tulisan ini terinspirasi dari hasil pembicaraan dengan seorang wanita teman sekerja. Pembicaraan yang muncul adalah mengenai Hidup dalam koridor Idealisme. Dinegara kita ini mungkin tidak asing bila seseorang yang hidup dan terkungkung dengan keidealismeannya maka ia pun akan hidup ala kadarnya. Bahkan untuk menyekolahkan anaknya akan pontang-panting. Hal ini dikhususkan kepada mereka sang abdi Negara yang hidup dengan Gaji yang diperoleh dari keringat rakyat. Hal ini saya bandingkan dengan diri saya yang pada waktu itu seorang konsultan proyek Negara kala itu. (lihat postingan sebelumnya). Kala itu temanku ini mengharapkan seorang lelaki buat pendampingnya yang suatu saat mapan dalam segala hal, terutama materi. Hal yang paling sulit saya terima adalah suatu pembenaran bagi setiap orang untuk mengambil hak orang lain sewaktu ia memiliki kesempatan. “Bolehlah mencuri asal tidak ada yang kehilangan”. Dari pada hidup susah, toh kalau kita tidak curi, maka akan dicuri orang lain juga. Inikah cara pandang para Wanita kita, keluhku...... Nah daripada berbeli-belit lebih baik langsung keintinya. Republik ini dikenal oleh bangsa lain karena tingkat korupsinya masuk dalam Top Ten di Dunia. Kita sebagai bangsa yang beradab, bersosial yang tinggi, sangat ramah tamah sesuai dengan adat ketimuran. Namun semua itu adalah keramah tamahan untuk menutupi borok kita sendiri. Sangat tidak masuk akal bila seorang pejabat membagi-bagikan beras, amplop dan lain-lain yang semua itu adalah sisa-sisa yang dia korupsi dari Negara ini. Namun pernahkah seorang istri, ibu atau yang lainnya menanyakan kepada si-suami dari mana uang yang diperoleh? Dia pastinya tahu besarnya gaji suaminya, dia pasti tahu sumber-sumber pendapatan lainnya. Nah bila ada yang lebih dari biasanya, pernahkah si-istri bertanya tentang asal-usul uang itu? Nah bila ia telah tahu, ternyata uang itu adalah uang ”Haram” pernahkah ia melarang si-suami dan mengembalikan uang itu. Secara logika pasti tidak, mengapa? Istri-istri yang ramah ini butuh dana untuk belanja ke luar negeri, memenuhi tingkat hidup yang meningkat (pasti meningkat, karena status sosial meningkat pula). Berpesta.. dan lain sebagainya. Pasti ada yang bilang “belum tentu”, jangan mengeneralisir permasalahan. Seolah-olah mereka semuanya begitu. Ok…… secara logika yang saya sebutkan diatas…. Bila mereka tidak menganggap mereka begitu mengapa Korupsi di Negara kita ini nomor wahid di Dunia. Siapa yang korupsi? Bukankah pejabat-pejabat kita? Berapa banyak pejabat-pejabat kita yang korupsi, sebesar itulah banyaknya wanita Indonesia yang munafik. Sudahkah dapat korelasinya?. Yang menjadi pertanyaan adalah “Mengapa mereka sebagai wanita yang hatinya sensitive, penuh rasa, lemah, penuh kasih sayang malah menjadi sumber motivasi buat sisuami untuk mencuri (korupsi)”. Bila seorang pria tertangkap menipu mungkin itu adalah dunianya lelaki meskipun itu tidak baik, namun bila siwanita dengan kodratnya itu menjadi penipu dibelakang layar…. Entahlah…. Hanya Tuhan yang tahu… Lebih baik kita Tanya Hati kita masing-masing. Mungkin kita sering menonton siaran berita, melihat Korp para istri-istri diberbagai instansi dinegara ini.. pada waktu pelantikan, acara kebesaran, perayaan-perayaan keagamaan, pada saat itu sangat kelihatan cantik dengan harmonisasi kaca mata hitamnya dengan model bajunya, mobilnya. Begitu sisuami dijadikan tersangka kasus korupsi dia masih pura-pura lugu tidak percaya dan masih sempat mengucap kata-kata dari agama. Begitu dijadikan terdakwa, dengan sendu dia mengatakan harus kuat menghadapi cobaan dari Tuhan…. “Inikah cobaan Tuhan”, melintas dalam pikiranku. Ini bagi sisuami yang terkena proyek tebang pilih pemberantasan korupsi dinegara ini (maaf kata temanku kalau diusut bisa 80% pejabat kita ini masuk penjara). Bagaimana dengan koruptor-koruptor lainnya…. ? Sadarlah wahai ibu….., mari kita rubah cara pandang kita. Hidup seadanya bukan berarti terkutuk, akan lebih hina mereka yang mencuri dari rakyat yang susah ini. Mungkin tidak ada yang mengetahui perbuatan anda, suami, kolega tentang korupsi, kezaliman yang anda perbuat.. Namun sebagai wanita yang penuh kasih sayang, pengertian, seharusnya malu pada diri sendiri. Karena yang anda nikmati adalah hak orang lain…. Sebagai orang yang beragama… tentu kita tahu apa ganjaran yang akan kita peroleh…. Semoga para ibu-ibuku sebagai cerminan wanita Indonesia bisa berubah. Kelak “Wanita Indonesia Penggagas/motivator Korupsi Indonesia….” Berubah menjadi Wanita Indonesia sumber inspirasi wanita dunia.
Maaf bukan aku bermaksud menyinggung perasaaan siapapun anda, mungkin naïf memang, namun percayalah pameo wanita berada dibalik sukses/gagalnya seseorang tidak akan pernah hilang. Karena besarnya angka korupsi kita, tentunya tidak lepas dari besar kecilnya peranan siistri secara langsung maupun tidak. Semoga wanita yang mengispirasikanku mengenai tulisan ini menyadari apa yang selalu diperbuatnya. Hidup seadanya akan lebih berarti dari pada hidup mewah dengan mencuri hak-hak mereka orang susah. Aku sangat mengimpikan generasi muda seperti aku ini, merubah paradigma berfikir. Semoga semangat Nasionalime kita semakin mengental, mencintai Negara ini akan mengurangi niat kita untuk mengambil milik Negara ini, dengan tidak mengambil yang bukan hak kita, maka akan tersisih sedikit buat mereka(simiskin) yang belum memiliki sedikitpun kesempatan dalam hidupnya.

Selengkapnya?

Surat Buat Eyang/Pak Harto Sebelum Game Over

Kepada yth
Eyang (Mantan Presiden Soeharto

Sudah 8 tahun sejak Reformasi ini apa yang saya saksikan dalam perjalanan sejarah bangsa ini malah jalan ditempat. Dahulunya ketika Eyang masih menjabat Presiden Negara ini tetap aman, kondusif, tanpa ada gangguan yang berarti. Sampai badai krisis moneter yang memporak-porandakan semua sendi-sendi kehidupan bernegara.

Saya tidak meminta Eyang kembali naik tahta dipemilu 2009 ini. Malah saya sebagai rakyat memohon bantuan kepada Eyang mengatasi permasalahan bangsa ini sebagai bentuk tanggung jawab moral Eyang atas apa yang Eyang lakukan selama masa kepemimpinan Eyang. Mungkin sebagaian rakyat ini masih mencintai Eyang yang kata mereka telah berbuat jasa besar mengangkat harkat dan martabat bangsa ini. Cinta yang mereka berikan menurut saya adalah cinta kepada orang tua yang kasihan kepada Eyang akibat Eyang sering sakit-sakitan dan lanjut usia. Dahulu kami/mahasiswa sebagai pelopor pergerakan masih arogan meminta peradilan buat Eyang sebagai bentuk keadilan bagi kita semua. Namun kami salah, Eyang telah menanamkan pengaruh yang telah mengakar kesemua orang-orang yang seharusnya berkewajiban menjalankan HUKUM dinegara ini. Kami memang sangat tolol saat itu, bagaimana mungkin menghukum Eyang setelah 32 Tahun menanamkan pengaruh yang mengakar tersebut, justru para elit kepemimpinan akan melindungi Eyang sebagai bentuk balas jasa mereka atas bimbingan yang Eyang berikan. Memang arus reformasi saat itu hanya dapat melengserkan Eyang sebagai pohon tanpa membongkar semua akar-akarnya. Jadilah Eyang aman-aman saja malah mendapatkan pengampunan dari Negara. Saya mengatakan Eyang bertanggung jawab karena melihat kondisi bangsa ini. Lihat Eyang, kita kalah bersaing dengan Negara-negara tetangga kita seperti Malaysia yang dulunya masih mengemis kepada kita. Kita tidak punya posisi tawar lagi. Dulu rakyat relatif tidak begitu merasakan pahitnya perekonomian, serba masih murah namun mereka tidak sadar semua itu adalah utang yang Eyang lakukan kenegara-negara luar dan harus kita bayar. Jadilah kita membayar sekarang. Saya sedikit bingung, Negara yang sumber daya alamnya melimpah ruah ini harus berutang kemana-mana. Tapi memang ada banyak orang yang rakus, rakus dan rakus. Tega, tega dan tega. Biadab dan keji (maaf aku memang terlalu emosi eyang) Mereka ada disekitar Eyang.. jadilah korupsi merajalela, bahkan membudaya. Tidak ada rasa malu, tidak ada rasa Nasionalisme, semua demi kepentingan pribadi. Budaya inilah yang Eyang wariskan. Apakah Eyang tidak merasa berdosa (bersalah). Eyang menitipkan bangsa ini dalam kondisi yang menggenaskan. Elok diluar busuk didalam. Eyang bisa bayangkan 60 tahun lebih merdeka listrik belum tiba kalaupun ada masih dijatah. Masih banyak kondisi begini Eyang dipedalaman. Saya melihat sendiri Eyang. Anak-anak hanya untuk menamatkan SD saja tidak mampu karena kesulitan biaya, sarana dan prasarana. Mungkin Eyang sudah menitikkan air mata ketika membaca suratku ini, Eyang tidak menerima kenyataan ini dan menganggap gelar Bapak Pembangunan tidak pantas Eyang sandang bukan?. Memang ada desa/kota/tempat yang maju, ada yang meningkat taraf hidupnya, hanya saja hal yang sulit menerima adanya kemiskinan ditengah melimpah ruahnya kekayaan alam, adalah hal yang sulit bagi saya untuk menerima jika mereka miskin namun banyak pejabat yang kaya raya. Meminta lebih dan lebih. Menganggap waktu yang mereka berikan telah lebih dan harus dikompensasikan dengan tambahan gaji/sarana. Dimana keadilan, dimana nasionalisme, dimana kami mengadu. Kami tidak iri kepada anak cucu Eyang dan pejabat pemerintahan lain berlibur, belanja keluar negeri, sekolah yang terbaik, baju yang bagus dan gonta-ganti bahkan uang jajannya sehari bisa menyekolahkan beberapa anak miskin ini paling tidak satu bulan. Mereka,saya dan yang lainnya tidak iri, selama apa yang mereka dapatkan itu adalah buah kerja keras dan kejujuran. Bagaimana ada kejujuran jika seharusnya anak-anak mereka yang kurang mampu dapat bantuan disekolah malah disantap entah siapa, seharusnya mereka dapat keringanan dalam pembiayaan rumah tangga malah ditilap entah siapa. Ini masih digolongan/pemerintahan lapis terbawah. Tiada lagi rasa malu Eyang. Inilah salah satu yang Eyang wariskan. Mengakar kesemua sebagai virus fikiran.Namun Yang berlalu biarlah berlalu Eyang, yang bisa saya harapkan Eyang membantu mereka yang sudah menjadi korban kesalahan, korban ketidak adilan. Setelah Eyang lengser, saya tidak pernah mendengar Eyang lagi turun kedesa-desa memabantu mereka yang susah. Apa benar memang Eyang tidak punya uang, Eyang bisa minta dari anak cucu Eyang yang konon kaya raya, teman-teman Eyang yang aktif maupun pensiunan pejabat. Mereka pasti memberi, soalnya bagi mereka Eyang tuh sudah dianggap Dewa. Mudah-mudahan kalau dikumulatifkan semua yang mereka beri bisa menggratiskan anak-anak SD minimal setahun. Anggaplah seperti menabur amal di didunia sebelum Eyang dipanggil yang kuasa untuk meniggalkan kami selama-lamanya.Maafkan jika aku salah Eyang, hal ini kulakukan paling tidak supaya aku menerima Pengampunan Eyang yang diberikan oleh Pejabat diNegara ku ini. Tulisan ini adalah buah pikiran adikku yang dititip ke e-mailku. Aku malah tertegun, ternyata hampir semua dikeluarga kami dicekoki sang ayah pengaruh budaya yang memalukan itu (Korupsi, Nasionalisme Picik). Ayahku akan selalu bilang Mencintai Negara Lebih Berharga dibandingkan Mencintai dirimu sendiri. Kami pernah bolos sekolah ketangkap basah si ayah dan dipaksa mengangkat keranjang berisi ubi kayu ke tengah jalan raya sembari bendera Merah Putih di ikatkan ketangan. Ayahku bilang, jika kau bodoh, dan malas sekolah maka akan menjadi sampah masyarakat dan menjadi beban Negara ini. Yang lebih membekas diingatan penulis pernah dilempar kearah kepala dengan cangkir steinless (istilah kami “cangkir besi” kala itu). Untung saja tidak mengenai tubuhku dan cangkir itu penyot sedalam 1 cm karena aku tidak mau kursus Bahasa Inggris. Akhirnya aku turuti dan ternyata sangat-sangat berguna buatku. Sampai sekarang aku menyimpan cangkir itu, sebagai kenang-kenangan hidupku. Darah Militer itulah istilah kami buat sang ayah dan sekarang masih berjuang menyekolahkan 3 lagi buah hatinya. Selamat Berjuang Ayah, Semoga Semangat Nasionalismemu tetap tertanam untuk semua Generasi dibawahmu. Bangkitlah Indonesia.

Selengkapnya?

Mengapa Kita Tertinggal

Dahulunya kejayaan Nusantara mungkin salah satu kekuatan yang cukup diperhitungkan dibelahan bumi Asia bahkan Dunia. Masa kejayaan kerajaan Mojopahit, Sriwijaya dan lainnya seakan menjadi kebanggaan dalam sejarah. Kita bisa bayangkan begitu takjubnya semua orang akan kemegahan Candi-candi khususnya Borobudur. Belum lagi Kapal lautnya yang seolah-olah menjadi penguasa Lautan. (nenek Moyangku seorang pelaut).

Jaman berubah, peradaban berubah. Pulau yang terpisah ini disatukan menjadi suatu Republik yang dinamai INDONESIA. Kita masih ingat dengan bangganya kita mengatakan dijajah 350 tahun dan Merdeka dengan menggunakan bambu runcing saja sebagai senjata. (teman aku ada yang nyelutuk “ Bukankah suatu kebodohan kalau kita sampai dijajah sampai sebegitu lama”). Namun semangat pekik Merdeka kala itu mungkin melupakan kenapa kita bisa dijajah selama itu. Lalu Muncul Tokoh yang sangat kharismatik “ Ir. Soekarno” yang sangat dikagumi semua orang meskipun banyak juga luka yang Beliau tinggalkan. ( Salah satunya pengkaderan ). Beliau mewariskan tampuk kepemimpinan ini kepada seorang jenderal besar, sangat berjasa atas republik ini sehingga digelari BAPAK PEMBANGUNAN.(terserah anda menilai). Peradaban terus berjalan seiring waktu. Setelah 30 tahun memimpin, terjadilah hal yang semua orang akan perkirakan. Republik sudah Tiarap, tunduk tak berdaya. Masih segar dalam ingatan kalau begitu banyak rakyat ini yang harus mengalami siksa dari Negara lain, dan yang menyakitkan republik tidak memilik senjata untuk melindungi mereka. Sebut saja Nasib para TKW, Kasus pemukulan wasit, Kasus mencaplok lagu, dan lain. (“Tak akan mereka perdulikan. Kursi yang kuambil ini bukannya tidak aku bayar” mungkin seru batin mereka. “Aku disini bukan hanya mengurusi anda dia dan kamu” tambahnya). Tanpa bermaksud menyalahkan mereka secara menyeluruh tapi itulah kejadian yang sangat lumrah terjadi. Rakyatnya miskin (seharusnya tidak!!!. Negara ini diberi kekayaan alam yang berkelimpahan) namun sangat banyak pejabat, pengusaha, dan maling-maling yang hidup lebih dari cukup. Seandainya dia memiliki semua itu dengan jujur taklah menjadi masalah. Namun mereka memanfaatkan keluguan rakyat ini untuk kesenangan sendiri. (kasihan simiskin). Pameo yang miskin tetap miskin adalah suatu kesalahan yang mengakar. Sama dengan istilah setiap bayi lahir di Negara ini sudah menanggung utang. SALAH…….. Siapa yang berutang harusnya dia yang bayar. Namun kenyataannya memang begitulah, yang miskin tetap miskin karna lahirpun sudah ditunggu utang. Apa yang menyebapkan ini terjadi…………?
Saya bukanlah Antropolog ataupun Sosiolog, saya hanya seorang yang mencoba melihat celah yang sangat terbuka lebar. Namun sangat sepele. Ini mengarah pada sistem yang Penjajah dulu terapkan. Mereka biarkan agar kita tetap miskin, ribut sehingga tidak maju-maju. Memang jadilah kita tidak maju. Terlepas dari kepemimpinan dinegara kita ini ada baiknya kita melihat celah itu sehingga kita bisa memperbaikinya. Kita Miskin bukan karena pemimpinnya saja tentunya.. bagaimana dengan Perilaku kita?..
Sebelum penjajah masuk, peradaban manusianya sudah sangat mapan। Penjajah datang mengobrak-abrik tatanan kehidupan demi kepentingan mereka. Salah satu yang terpenting adalah Politik DIVIDE ET IMPERA. Politik pecah belah antar kesukuan, kasta kerajaan dengan rakyat, antar wilayah dan ini menurut saya sangat berhasil, sehingga jadilah kita di temani selama 350 tahun. Para kaum kerajaan diberikan kemudahan-kemudahan berupa akses, mobilitas, uang dan kesenangan. Bayangkan selama 350 tahun. Apakah tidak mengakar… maka lahirlah para pemimpin-pejabat yang tidak malu untuk disuap, korupsi, dan mencuri. Akan nada kompetisi social yang salah, karna dahulunyapun sudah dikotak-kotakkan belanda. Mereka berlomba mendirikan rumah wah, liburan yang menyenangkan, barang yang super wah, memanjakan keluarga dengan wah (anak, istri, famili) demi si status(kasta) sosial sesuai harapan penjajah. Mereka tidak akan ada lagi perhatian akan orang-orang disekitarnya. Sangat masuk akal bukan, jadi sudah sangat membudaya.
Bagaimana dengan tingkat masyarakat awamnya. Hal ini tidak jauh beda. Sangat kental kita rasakan sifat konsumtif masyarakat ekonomi rendah mengacu pada kegilaan para petinggi kerajaan. Belanda mewariskan semacam hiburan yang dilaksanakan minimal 1X sebulan. Istilah modernnya pasar-malam atau bioskop malam. Hal ini dimanfaatkan oleh belanda dulunya di Kebun yang mereka kelola. Setelah para kuli ini mendapatkan gaji (Gajian besar) yang seadanya maka akan di suguhi acara pasar malam tersebut. Gaji yang dia kumpulkan dalam sebulan habis dalam 1-3 malam. Mereka dapat membeli apa saja yang lagi tren dizamannya meskipun tidak fungsional bagi keluarga mereka. Setelah semuanya habis, merekapun akan diberi utangan (Gajian Kecil. Pameo “ Harta ngga dibawa mati “ membuat secara tidak sadar Begitu ada langsung Habis. Toh harta masih dicari. Jadi Nikmati aja Hidup ini. Antar tetangga yang akan berlomba-lomba menujukkan kelas mereka yang mungkin tidak pantas bagi mereka. Hal ini berlangsung terus-menerus hingga kini. Sehingga mereka tetap miskin (Dalam arti pendidikannya), terbelakang. Itulah awalnya keinginan Belanda, sehingga kita tidak dapat sekolah, tentunya tidak dapat memberontak. Namun Belanda sudah pergi, budaya yang ditorehkan tetap tinggal. Sayangnya itu tidak baik…. Saya mengatakan begitu disebabkan saya tinggal dan dibesarkan di Lingkungan Perkebunan tepatnya Desa Perdagangan Kecamatan Bandar Kab Simalungun(tepatnya perkebunan Lonsum- Bah Lias, dan PT. Panca Surya yang konon katanya milik keluarga cendana) dan masih banyak lagi. Mereka para pekerja itu kebanyakan Transmigrasi dari Pulau Jawa yang lebih banyak didiami Belanda. Jangan heran melihat mereka yang pada umumnya ditiap rumah akan terpajang televise terbaru, motor, dan lain sebagainya. Bereka berlomba mendatangi sipenjual untuk mendapatkan barang mereka yang rata-rata di ambil secara kredit. Namun coba tanya berapa orang anak mereka yang sekolah sampai kejenjang perguruan tinggi. Sebahagian akan bilang buat apa sekolah, sebahagian bilang tak punya uang, sebahagian akan bilang anakku akan menikah bulan segini…..segitu dan lain sebagainya. ( Adalah apresiasi tertinggi bagi mereka yang menyekolahkan anaknya karena terbukanya pikiran arti pentingnya sekolah.
Salah satu suku yang presentasenya terbanyak didesaku itu adalah BATAK. Etos kerja yang luar biasa, punya pikiran maju untuk menyekolahkan anak. Namun kelemahan itu nampak saat sore-ke malam hari. Uang yang dia cari sehari setengah habis untuk kesenangan pribadi si Ayah. MINUM TUAK. Kita bisa bayangkan berapa banyak yang mereka habiskan diwarung-warung tuak(Lapo tuak) setiap hari sambil bernyanyi? Belum lagi ada banyak adu ketangkasan diwarung-warung seperti bermain kartu yang katanya iseng-iseng dan sangat dibanggakan yang katanya JANTAN. Minum tuak sendiri sudah menjadi tradisi bagi masyarakat batak untuk menghangatkan tubuh karena didaerah TOBA sekitarnya adalah dataran tinggi yang udaranya sangat dingin. Budaya itu terbawa sampaikemanapun sang BATAK merantau dan katanya menjadi satu kebanggaan sambil bermai Gitar. OKlah budaya…. Tapi kalau sampai teler/mabuk setiap malam, tidak ingat anak isteri. Besoknya badan lemah sehingga tidak berdaya untuk bekerja. Kawan-kawan bisa menghitung kerugiannya secara gamblang bukan. Adalah kesempatan yang baik bila anak-anaknya yang sudah diharuskan sekolah itu dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik dikarenakan adanya materi yang baik. Orang pasti mengatakan, kalau memang niatnya mau sekolah apapun pasti dia lakukan… entahlah… yang pasti seandainya ada ribuan anak-anak batak yang menempuh pendidikan yang lebih layak. (“Tuntutlah ilmu meski sampai ke Negri Cina” kata pepatah bukan) Mereka bisa bantu membangun Negri ini lebih baik tentunya.
Begitu banyak sifat dan kebisaaan dimasyarakat yang dipatenkan menjadi budaya. Setiap suku masing-masing memiliki kebiasaan kurang baik yang salah satunya di Menado. Pameo “Biar mampus asal Gaya, Menang nampang Doang”(saya lupa anekdot lainnya, Tahun 2000 saya sempat Kesono). Hal ini bisa mengakibatkan pola hidup yang super HEDONISME tentunya, tergantung pelaksanannya.
Terlepas dari itu semua, remaja kitapun dicekoki dengan modernisasi disemua bidang tanpa ada control yang baik. Jadilah para muda-mudi cosmopolitan, pola hidup Hedonisme, ugal-ugalan, narkoba, dan lain sebagainya. Meskipun tetap masih ada yang peduli, “masih ada yang menjaga Merah Putih di pantai terjauh” katanya
Apapula urusanku mengutak-atik kebiasaan/budaya।kesenangan orang lain? Ada yang menghampiri pertanyaan itu dikepalaku setelah selesai menuliskan urain ringan diatas। Saya tidak bermaksud mengutak-atik /menyalahkan, hanya saja perlu dilakukan perbaikan। Menyisihkan sedikit demi sedikit demi masa pendidikan yang lebih baik. Mari Sekolahkan anak kita, Jika kita sudah punya niat untuk itu maka mari sekolahkan dia ketempat yang lebih baik. Tentunya dengan menyisihkan lebih dari sedikit. Sudahlah akhiri budaya-budaya kita yang salah. Mari Kita lebih Bijaksana. Jika kita tetap begini maka mereka yang rakus akan tetap memangsa hak kita karena kebutaan kita akan kepemilikan hak kita. Andai saja semua memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang maka Republik ini tidak akan seperti ini. Percaya atau tidak kita mewarisi budaya yang salah karena Kebiadaban Penjajahan masa lalu, pengaruh lingkungan dan lain sebagainya. Sekarang berlanjut dengan New Imperialisme=Kolonialisme Modern=Diajajah bangsa Sendiri. Selama Kita tidak Pintar kita akan kalah, Sekolah hanya salah satu wahdah menimba ilmu, Ilmu tersebar dimana saja. Tergantung kita menggapainya. Seharusnya kita tidak miskin(red kalah) karena sebelumnya peradaban kita sudah maju. Sumber Daya Alam kita melimpah ruah.
Sangat menyenangkan ketika mendengarkan Iklan Layanan Masyarakat di Televisi. Seorang ayah bertekad akan menyekolahkan anaknya setamat SLTP, ketika ada yang meanwari pekerjaan ke Ibukota.
Masing-masing punya budaya, ada yang salah implementasinya ada yang tetap baik… Anda bisa berbagi sehingga kita bisa melakukan suatu pandangan bagi mereka baik berupa penyuluhan atau bahkan sekitar informasi। Terimaksih……। Mohon Maaf jika menyinggung perasaan saudara सेकलियन. BANGKITALAH INDONESIA



Selengkapnya?

Perhitungan Kekuatan Struktur ( Dari Hati Nurani )

Pernahkah kita tersadarkan bahwa pergerakan hati nurani dibidang konstruksi runtuh dinegara kita tercinta ini. Bagunan yang asal jadi yang diakibatkan pengawasan yang sangat rentan kearah korupsi.... Pernahkah terlintas?

Hati Nurani kita sebesar struktur yang yang kita bangun...
Adalah hal yang lumrah bagi setiap siswa/mahasiswa dan orang-orang yang bergelut didunia bangunan akan menjumpai wacana “kekuatan struktur”(strength of structure). Dalam banyak kasus akan dilakukan pengujian dan penelitian untuk mendapatkan kekuatan suatu struktur melalui pencampuran material-material yang berguna untuk mendapatkan komposisi yang diharapkan. Dalam kasus sederhana banyak mahasiswa akan melakukan pengujian dan sang dosen akan membimbing untuk menyetujui atau menolak penelitian tersebut. Hasil-hasil dan ketentuan-ketentuan mengenai formula campuran material inilah yang akan dibawakan oleh semua pihak-pihak yang terkait dalam perlaksanaan suatu proyek. Baik itu proyek pemerintah/swasta baik berupa sarana infrasturuktur maupun sarana lain. Dalam proyek adalah suatu keharusan untuk melakukan
Ø Pengendalian waktu
Ø Pengendalian mutu
Ø Pengendalian biaya.
Maka dalam tulisan ini akan diangkat permasalahan pengendalian mutu yang banyak dilaksanakan untuk proyek-proyek pemerintah. Karena disinilah lebih sering terjadi kesalahan/kesengajaan yang mengakibatkan mutu yang jauh dari yang diharapkan(rencanakan). Melaksanakan pekerjaan struktur dan mengontrolnya mungkin sudah banyak literature yang mengulasnya. Hanya saja pernahkah terlintas dalam pikiran anda jatuhnya mutu disebapkan rendahnya “Hati Nurani” Mungkin anda akan sedikit bingung, OK. Seperti yang saya sebutkan diatas, ada banyak cara/formula/metode baik dalam hal pelaksanaan untuk melakukan kontrol terhadap mutu. Namun untuk diketahui bahwa banyak sekali kebocoran-kebocoran yang terjadi akibat kelalaian atau bahkan kesengajaan diproyek yang mengakibatkan stuktur suatu bangunan jauh dari target umur rencananya. Contohnya adanya permainan disemua instansi pelaksana proyek tersebut. Hal ini saya angkat dari keluh kesah seorang konsultan yang berpredikat “site inspector” dan tamat dengan title sarjana teknik, disuatu proyek disuatu tempat. Bagaimana beliau melihat sendiri amburadulnya pengawasan terhadap pelaksanaan proyek itu. Beliau bertanggung jawab akan pengendalian lapangan terhadap 3 item diatas. Dari segi pengendalian waktu dan biaya memang ini berhasil, pelaksanaan yang tepat waktu dan biayanya sesuai kontrak Bagaimana dengan mutu? Bangunan yang akan didirikan ini seharusnya menggunakan suatu standar yang telah disepakati didalam kontrak, namun kenyataannya mutunya harus diturunkan dan disepakati oleh PU, Konsultan, dan ini sangat menguntungkan Kontraktor dan selisih mutu ini akan menjadi uang yang akan dibagikan sesuai porsi yang disepakati. Hal ini dikenal dengan istilah yang sangat akrab ditelinga orang proyek “lumpsum”. Setelah mutu ini berkurang, site inspector nakal kembali memanfaatkan lemahnya kontrol dari pimpinannya sehingga bernegosiasi kembali untuk mengambil porsinya baik dari segi kuantitas maupun kualitas struktur. Apabila tertangkap basah oleh atasannya maka atasannya akan mengataka “hati-hati ya, jangan terlalu mencolok”. Beliau tidak akan berani ambil tindakan tegas, Karena anak buah sudah tentu tahu kalau para Bos ini juga sudah ada porsi. Komplikasi bukan? Umur rencana structure berkurang……… bagaimana dengan pelaksanaannya…. Ini juga menjadi masalah…. Misalnya… sesuai dengan standar mutu yang telah disepakati diharuskan untuk melakukan pengecoran didalam air, apalagi berjalan. Pelaksanaan? Nol besar… Kontraktor utama yang banyak mengandalkan sub-sub kontraktor dengan memberikan harga yang sangat jauh dibawah layak ini akan melakukan apa saja termasuk melakukan pengecoran dalam air, lumpur, material yang tidak bersih, apalagi mutu yang telah disepakati dikurangi. Oh ya.. bagaimana bisa seorang sub kontraktor bisa melakukan suatu pekerjaan yang sesuai spesifikasi bila ia telah menerima harga kontraknya (40-60)% dari penawaran kontraktor utama. ( Ada yang bisa beri komentar? ) bagaimana logikanya seorang ditugaskan dilapangan untuk mengawasi pekerjaan yang secara logika jauh dibawah harga standarnya. Sinakal pasti tidak akan perduli, dia akan buat sesuai arahan sibosnya… “Buatkan perintah tertulisnya menolak pekerjaan tersebut” begitulah kira-kira perintah si Bos, namun belakangan surat itu menjadi senjata ampuh bagi sibos untuk melakukan posisi tawar yang baik demi uang masuk. Bagaimana dengan si hati nurani, hampir sama dengan sinakal, dia tahu bahwa ia tidak dapat merubah kondisi tersebut, ia akan lakoni pekerjaan tersebut demi perut sejengkal atau bahkan demi anak istri. Hanya saja ia lebih mengarahkan orang-orang dilapangan untuk memaksimalkan kondisi tersebut. Contohnya melakukan pendekatan dari hati kehati dengan para tukang, pengawas lapangan paling tidak untuk meminimalisir kesalahan pelaksanaan sturktur yang mutunya sudah terdegradasi. Hal yang saya titik beratkan ditulisan kali ini adalah bagai mana menjaga mutu suatu struktur tanpa regulasi yang baik. Dan siapa yang berhak memastikannya? Ada suatu proyek yang menurut institusi yang mengauditnya adalah merugikan negara, disebapkan kegagalan struktur setelah dilakukan peninjauan bersama. Apa yang terjadi? Malahan institusi ini juga mengambil kondisi ini dengan memeras pimpro, kontraktor demi uang masuk. Hal ini benar-benar terjadi. Nah kembali kepertanyaan sebelumnya, siapa yang bisa memastikan ini akan benar-benar aman? Ingat Menara kembar di Malaysia? Satu lantai bangunan itu terpaksa harus dibongkar karena standar mutu yang diharapkan tidak sesuai, padahal ketidak sesuaian itu persentasenya sangat kecil dibandingkan efek yang akan ditimbulkannya. Tapi diperintahkan untuk dibongkar.. Bagaimana dengan kita?.. Hal ini sudah pasti menjadi ladang uang bagi mereka yang menemukan kesalahan itu. Oleh karena itu ada banyak dari kita pengawas, yang mengharapkan kesalahan dari kontraktor sehingga ada jalan bagi kita untuk melakukan posisi tawar yang kemudian kita sebut uang pengertian… Benarkah demikian? Ask yourself…….. Who You are…
Adalah Percuma Hitung-Hitung, test segala Macam, Rumus yang Berkepanjangan apabila Tanggung Jawab Moral masih (?)ditengah pelaksanaan regulasi hukum yang amburadul...
Tulisan ini terlintas begitu saja, dan hanya dari satu sudut pandang (pihak pengawas bawahan( tentunya ada dari pihak kontraktor, Pemerintah, dan lain sebaginya… Silahkan buat tanggapan anda. Menghilangkan penyelewengan itu mungkin sulit, namun kita dapat menguranginya dengan manggugah hati nurani kita dan mereka yang berkutat didalamnya… Mari berbagi ide…

Technorati Profile


Selengkapnya?

Khayalan Lamaku….

Seandainya semua seperti yang aku bayangkan maka dunia ini akan selalu baik-baik saja…. Kenyataan yang sangat menyedihkan adalah ketika aku melihat iri kepada mereka yang selalu mendapatkan apa yang merka inginkan namun ada yang iri terhadapku atas apa yang kumiliki..Begitu banyak mereka masih hidup belum selayaknya… manusia setengah manusia… mereka hanya menghayal mekipun angannya sangat sederhana. “ Andai Anakku Bisa Sekolah ”. Anganku melambung, seandainya aku dapat membantu mereka,, aku akan sangat bahagia…Hal yang terindah dalam hidupku bila aku dapat membantu mereka yang sangat membutuhkan.. khususnya pendidikan/edukasi. Memang sekolahku bukanlah tinggi, hanya tamatan dari satu Perguruan Swasta.. Orang tuaku bahkan sangat biasa ekonominya. Namun aku menyadari semakin banyak mereka yang tidak sekolah maka akan semakin banyak yang miskin.. bodoh… karena ketidak berdayaan mereka.. Jika ini berlanjut, maka akan lebih sulit… mengangkat mereka..
Pernah terpikir olehku sendainya semua saling peduli maka akan sedikit lebih mudah mengatasi permasalahan ini.. minimal menguranginya…. Hal yang paling gampang adalah mendonasikan sedikit rejeki kita buat mereka.. Namun bagaimana itu bisa terjadi.. pikiranku berkecamuk untuk menjadi guru.. namun aku hanya akan mengajari mereka tidak lebih dari 10-30 orang setahun.. aku ingin dapat membantu lebih dari itu.. aku memikirkan seharusnya mereka sudah gratis sekolah.. Andai saja setiap orang mendonasikan bantuan hanya sebesar 1000 rupiah / bulan/orang dengan asumsi penduduk disuatu daerah = 1 juta jiwa saja..Maka akan terkumpul dana 1 milyar/bulan… rasanya sangat layak membantu mereka yang benar-benar dibantu.. Adakah terusik kia untuk melakukannya.. adakah keberatan kita untuk memberikan nominal itu. Tapi apa dan bagaimana merealisasikannya.. Siapa yang mengelola, siapa yang bisa dipercaya.. Hal ini sangat mengusik hatiku ketika masih ada seseorang yang tega memotong/ menyunat bantuan yang notabenenya sangat diharapkan pada saat itu.. Apakan aku harus mendirikan yayasan pengelola.. Apakah orang akan percaya… ….
Hal itu masih menjadi khayalanku sendainya bisa terwujud, maka hal yang paling sederhana saat ini kulakukan adalah membantu siapa saja secara spontanitas kepada mereka yang membutuhkan.. Walaupun sangat jauh dari angan-angan dan impianku.
Sekarang kujajaki suatu usaha sampingan, yang modalnya kudapatkan setelah bertahun – tahun sebagai pegawai. Aku berniat mengembangkan suatu pengembangan peternakan ayam.. Keuntungan-keuntungan dari usaha ini akan kubagi dengan adik-adikku yang tidak sanggup/putus sekolah… mereka yang berada dijalanan yang harus melewati indahnya dunia ini namun belum merasakannya. Niatku udah bulat, aku harus menjadi bagian dari mereka.. Disanalah surga itu bagiku…..

Kepada semuanya bantulah aku dengan Doamu..

(Maaf Tulisan ini tanpa editan, apa yang melintas dibenakku... Itulah yang tertulis)

Selengkapnya?

Apa Yang Terpikirkan Anda Tentang Mereka


Sebagai Orang Beragama Aku Percaya akan Ada Tuhan sang Pencipta.. Percaya akan Ciptaannya yang Mahasempurna... "MANUSIA" Sebagai Mahluk yang Beradap.. tapi aku sangat Sedih Kala Melihat saudaraku sesama Manusia harus berada Pada Kondisi se-tragis ini... Apa yang Salah dengan Peradapan ini .. Mari Bantu Mereka......






Pernah Lihat Mereka yang terpinggirkan?. Mungkin Sudah Biasa.. Tapi Coba Lihat mereka ini yang Notabenenya Merupakan Sesama Manusia Ciptaan Tuhan...
Peradapannya Terpinggirkan










Selengkapnya?

Story Tentang Kasih

It's a good story
Roy Angel adalah pemuda miskin yang memiliki kakak seorang milyuner.
Pada tahun 1940, ketika bisnis minyak bumi sedang mengalami puncak, kakaknya
menjual padangrumput di Texas pada waktu yang tepat dengan harga yang sangat
tinggi. Seketika itu kakak Roy Angel menjadi kaya raya. Setelah itu kakak Roy
Angel menanam saham pada perusahaan besar dan memperoleh untung yang
besar.

Kini dia tinggal di apartemen mewah di New York dan memiliki kantor di
Wallstreet.

Seminggu sebelum Natal , kakaknya menghadiahi Roy Angel sebuah mobil
baru yang mewah dan mengkilap.

Suatu pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan penuh kekaguman.
"Hai.. nak" sapa Roy


Anak itu melihat pada Roy dan bertanya "Apakah ini mobil Tuan?"
"Ya," jawab Roy singkat.
"Berapa harganya Tuan?"
"Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa".
"Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan yang punya mobil ini?"
Gelandangan kecil itu bertanya penuh heran.


"Saya tidak tahu karena mobil ini hadiah dari kakak saya"
Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan bergumam,
"Seandainya. ...seandainya. ..."


Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak kecil itu.
"Anak ini pasti berharap memiliki kakak yang sama seperti kakakku."


Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu melanjutkan kata-katanya:
"Seandainya. .. seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu....."


Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu berkeliling dengan
mobilnya.
Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya.


Sampai satu kali anak itu berkata,"Tuan bersediakah mampir ke rumah saya ?
Letaknya hanya beberapa blok dari sini".
Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin dilakukan anak ini.
"Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah." pikir Roy.

"OK, mengapa tidak", kata Roy sambil menuju arah rumah anak itu.
Tiba di sudut jalan si anak gelandangan memohon pada Roy untuk berhenti sejenak,

"Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan segera kembali".
Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah reot.

Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy mulai penasaran apa yang dilakukan
anak itu dan keluar dari mobilnya, menatap rumah reot itu.
Pada waktu itu ia mendengar suara kaki yang perlahan-lahan.
Beberapa saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil menggendong adiknya yang lumpuh.

Setelah tiba di dekat mobil anak gelandangan itu berkata pada adiknya:
"Lihat... seperti yang kakak bilang padamu. Ini mobil terbaru.
Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan ini.
Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil seperti ini untukmu".

Bukan karena keinginan seorang anak gelandangan yang hendak menghadiahkan mobil mewah untuk adiknya
yang membuat Roy tak dapat menahan haru pada saat itu juga,
tetapi karena ketulusan kasih seorang kakak yang selalu ingin memberi yang terbaik bagi adiknya.
Seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu.


Kisah ini diambil dari sebuah kisah nyata yang ditulis dalam sebuah
buku "Stories for the family's heart" by Alice Gray.
Bagi saya kisah ini sangat menyentuh dan membuat kita mengerti untuk selalu mengasihi orang lain.
Berikanlah yang terbaik bagi orang yang anda kasihi selagi anda bisa, atau anda akan menyesal seumur hidup anda.

Selengkapnya?

How to Get Long Live


1. Pray. “Berdoalah. Bukankah kita Percaya sang Tuhan?
2. Be obedient, no matter how much the Master's plan doesn't make sense to you. “Taatlah, Meskipun sebegitu banyak Rencana-rencana yang tidak mengena dihatimu”.
3. Love your neighbor as yourself. Give to those less fortunate. “Cintailah tetanggamu, seperti menyayangi dirimu sendiri, memberilah, bagi mereka yang kurang beruntung”.
4. Be generous. “Jangan lupa Beramal”
5. Relax and let God drive. Enjoy the ride! “Sedikit santai dan berserah mungkin mengurangi tingkat stress di pikiran kita”.
6. Don't be afraid. He said He would never leave us or forsake us! “ Jangan pernah takut, sebab kita percaya bahwa Tuhan yang kita yakini tidak akan meninggalkan, bahkan melepaskan kita tentunya’.
7. Take time to rest and enjoy the company of friends. “Meluangkan waktu bersama teman-teman mungkin mengurangi kepenatan tubuh kita”.
8. Value, honor and enjoy your family, no matter how strange they seem to you. “Hargai, hormati, dan bersantailah dengan keluarga, tak peduli seberapa aneh/asing mereka terhadapmu”.
9. Help widows and orphans. “Bantuan buat para janda, yatim piatu munkin menambah rasa memiliki terhadap sesama”.
10. Don't watch too much TV. “Sebaiknya jangan terlalu banyak menonton Televisi”.
11. Whatever your lot in life, remember God is in control. “Apapun yang benar-benar anda inginkan dalam hidup, ingatlah bahwa Tuhan yang memegang kendali”.
12. Remember, you were divinely created with a purpose! Others were too, Even if they seem way different from you! “Ingatlah bahwa Anda dilahirkan Pasti dengan memiliki tujuan hidup, yang lain juga.. meskipun ada perbedaan penikiran denganmu”.
13. So ---- Have fun, and enjoy the abundant life! You will not pass this way again! “ Jadi ……. Bergembiralah, dan Nikmati hidup yang Berkelimpahan… Karna anda tidak akan melaluinya Lagi....

Dikirim ke e-mailku... Oleh Kakakku.. Bertha.. Thanks ya kak.. Jangan ”Marah ”. Nanya lagi ya. Ha... meskipun kakak ngga akan pernah marah kalau ini ku share buat yang lain.. Supaya Hidup ini terasa Indah.



Selengkapnya?

Pemberontak sejati

Lelaki kelahiran Medan 11 Juni 1952 itu pernah menggemparkan kampusnya, Departemen Seni Rupa ITB, karena nekat membakar karya dosennya, Soenaryo, patung Citra Irian. Juga menggegerkan “warga” TIM karena pernah memanjat kubah planetarium malam menjelang pagi untuk memasang spanduk “manifesto politik berkeseniannya”, dan tanpa izin penguasa TIM, melukis mural anti-Soeharto dan anti-militerisme di tembok luar Teater Arena, yang kemudian dihancurkan (entah oleh siapa) berikut bangunan teater.
Artikel ini ditulis oleh Suhunan Situmorang, seorang advokat di kantor Nugroho Partnership Jakarta, pengarang novel, dan juga penikmat karya seni. Tulisan ini kuambil dari sini
TANGANNYA BEGITU CEPAT menyendok makanan ke mulutnya. Tak terkesan lahap atau karena remasan lapar. Mungkin begitulah caranya makan, atau karena merasa sudah terlambat mengikuti hajatan sastrawan Sitor Situmorang yang berulangtahun ke-80 di sebuah ruang pameran TIM itu. Malam itu, 2 Oktober 2004, sambil makan, kami membincangkan banyak hal, terutama tema yang diusungnya dalam pameran karya-karya terbarunya di Galeri Nasional.

Ia belum berobah, tetap berselubung misteri. Sejak Juni 1994, kali pertama mengenal dalam sebuah diskusi gelap, kesanku pada lelaki separuh baya ini masih sama: dingin, angker, garang, pemarah, teguh bak batu karang, penuh misteri, walau hatinya tulus menjalani relasi sosial dan humanis. Bedanya, malam itu, kulihat wajahnya kusut-masai, rambutnya semakin memutih, dan… agak aneh: bola matanya kuning. Yang kutahu, mata seperti itu lazim terjadi pada pengidap penyakit kuning atau hepatitis. Namun, demi etika pergaulan, tak kutanyakan.

Bicaranya tetap lugas, dan lantak. Ia memintaku agar tak ikut merokok di ruangan berpendingin udara seadanya itu, seraya mengecam beberapa pengunjung yang tak mengacuhkan larangan merokok. “Itu merugikan kesehatan orang lain,” ujarnya tegas.

Selain menyinggung pameran karyanya yang meledek dan mengecam G-8 di Galeri Nasional, pertanyaan yang kusudorkan tak jauh dari alasan kepulangannya setelah berdiam di Kanada, 1999-2004. Pengakuannya, tak betah dan sebetulnya sudah lama muak mukim di negeri yang dingin itu, terutama disebabkan sikap rasis orang-orang kulit putih Kanada yang kelewatan pada imigran dari Asia dan Afrika. Saya kaget, tak menyangka separah itu—jika pengakuannya benar. Sebelumnya kubayangkan, ia hidup nyaman dan menemukan tempat yang tepat untuk membebaskan dirinya bereksperimen dengan status tamu terhormat The University of Victoria.

Ia memilih kembali ke negerinya, seperti apapun kondisinya; tanah air yang kelewat dicintainya namun sekian tahun dikejar-kejar intelijen dan tentara penguasa karena sikap kritis dan perlawanannya.

karya SEMSAR SIAHAAN; buruh (kiri) dan manubilis (kanan)Semsar Siahaan, mungkin tak begitu akrab di telinga anda, seperti halnya orang Indonesia kebanyakan—apalagi di kalangan etnis Batak. Ia terkenal dan dikenal orang-orang dan kalangan tertentu saja, termasuk orang luar negeri pemerhati senirupa. Sebagai seniman, ia dipuji, dikagumi, sekaligus dibenci karena sikap keras, kritis, radikal, dan gairah berontaknya yang seakan tiada akhir. Terbilang naiflah bila mengaku penggiat atau pengamat senirupa (terutama lukis) di Indonesia bila tak tahu Semsar Siahaan berikut ulahnya.

Lelaki kelahiran Medan 11 Juni 1952 itu pernah menggemparkan kampusnya, Departemen Seni Rupa ITB, karena nekat membakar karya dosennya, Soenaryo, patung Citra Irian. Juga menggegerkan “warga” TIM karena pernah memanjat kubah planetarium malam menjelang pagi untuk memasang spanduk “manifesto politik berkeseniannya”, dan tanpa izin penguasa TIM, melukis mural anti-Soeharto dan anti-militerisme di tembok luar Teater Arena, yang kemudian dihancurkan (entah oleh siapa) berikut bangunan teater.

Sejak kuliah di Departemen Senirupa ITB, ia sudah memperlihatkan sikap kerasnya melawan rezim yang dibangun Soeharto, sekaligus menentang militerisme tanpa pernah merasa takut. Ironisnya, ayahnya sendiri seorang militer (AD) dengan pangkat perwira tinggi.

Ia aktif berdemo menentang Perang Teluk, 1991. Ketika pemerintahan Soeharto membreidel majalah Tempo, Editor, tabloid Detik, Juni 1994, ia termasuk yang garang berdemonstrasi di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat-Thamrin. Saya sendiri, saat itu, terbilang “pengecut” karena tak berani bergabung dengan pengunjuk rasa dan cukup menyaksikan dari halaman gedung Sarinah. Sepanjang usiaku, baru dua kali memang ikut berunjukrasa. Pertama, ketika mengecam pelaku ‘Bom Bali’ kedua di Bundaran HI bersama pemuda-pemudi Hindu Jakarta atas ajakan Ismed Hasan Putro, ketua Masyarakat Profesional Madani (MPM). Kedua, saat ‘Aliansi Mawar Putih’ menentang RUU Anti Pornografi atas ajakan Ayu Utami, itupun lebih banyak menikmati wajah-wajah cantik kaum perempuan peserta demonstrasi yang wara-wiri di dekat tugu Selamat Datang HI, lalu ngobrol sembari merokok dengan Presiden SBY Republik Mimpi, Butet K.

Harga yang harus “dibayar” Semsar untuk perlawanan atas pembreidelan majalah Tempo itu cukup mahal: aparat militer mematahkan salah satu kakinya, dan sejak itulah ia agak pincang bila melangkah.

Lewat karya dan suaranya, Semsar adalah oposan abadi bagi rezim Orde Baru. Bahkan, sesudah Soeharto lengser pun, ia tetap diuber orang-orang misterius—membuat ia harus melarikan diri ke Kanada berkat bantuan teman dan pengagum karyanya di luar negeri, melalui jalur Singapura.

Sebagai orang awam di dunia senirupa, saya tak punya kapasitas membicarakan karya-karyanya, yang menurut penilaianku yang cuma penikmat, jauh dari kesan indah. Tetapi siapapun, bila tak subjektif dan apriori pada Semsar, akan mengakui lukisan, sketsa, instalasi, karya lelaki penyendiri yang hampir semua karyanya bertemakan kemarahan, pemberontakan, perlawanan, ledekan, ironi dan tragedi, itu adalah karya-karya yang tak hanya kuat memberi gambaran atas tema yang dilukis atau diguratnya termasuk aksentuasi warna pilihannya, juga, yang tak kalah penting: jujur mengungkapkan negative capability, isi hati dan pikirannya.

Semsar memang bukan pelukis “biasa”. Ia juga kritikus sosial yang tak bisa mendiamkan karut-marutnya realitas sosial yang dilihat matanya dalam keseharian. Ia marah melihat totalitariannya pemerintah Orde Baru yang seenak perut menginak-injak HAM, geram menyaksikan kemiskinan penduduk yang semakin mengerikan akibat ketidakbecusan penguasa mengelola aset dan keuangan negara sementara di sisi lain praktik-praktik KKN semakin memakmurkan keluarga pejabat dan pengusaha kroninya. Berang atas perlakuan-perlakuan diskriminatif penegak hukum, penindasan terhadap buruh, dan mengecam kecenderungan masyarakat yang kian egois, materialistis, konsumtif, dan snobis. Sikap galak dan kritisnya itu membuat dirinya memainkan posisi ganda di dunia senirupa Indonesia: seniman sekaligus kritisi sosial.

Ia setuju seniman tak harus hidup merana dan berhak meraih taraf hidup yang layak melalui karya-karyanya. Namun, dikecamnya seniman-seniman yang semata-mata berkarya karena pesanan galeri atau kurator yang ia sebut toko dan makelar lukisan; yang meredam luap emosi jiwa dan kecamuk pikiran demi memenuhi selera pasar dan pesanan kurator/galeri. Disindirnya para pelukis berharga super-mahal, salah seorang di antaranya sahabatku, perempuan Yogja bernama Erica, pelukis bergaya “kekanak-kanakan” yang harga lukisannya berkisar puluhan juta hingga ratus juta.

Semsar menilai pelukis-pelukis yang diperebutkan pemilik galeri-galeri seni di wilayah Kemang itu sebagai korban budaya ketamakan dan kerakusan yang disemburkan sistem kapitalisme dengan cara mematikan nurani; yang berkarya tanpa jiwa, tanpa ruang kebebasan mengaktualkan diri.

“Apakah kapitalisme selalu salah?” tanyaku ketika itu sekaligus menyikapi tema pamerannya di Galeri Nasional yang mengkritik para pemimpin dan industriawan negara-negara G-8, “Dan, adakah sistem yang lebih baik di luar kapitalisme?”

Semsar tak langsung menjawab. Mungkin pertanyaan semacam itu terlalu sering ia terima dan sudah pula berulang-ulang memberi sikap—sehingga menimbulkan kejenuhan. Sebagai seniman, bukan akademisi ideologi atau teoritisi ilmu ekonomi, ia lebih suka bila kritik dan pandangannya dibaca lewat karya-karya lukis, sketsa dan instalasinya yang sudah tegas bercerita; tak lagi menelurkan interpretasi dan penjelasan-penjelasan verbal. Dari simbolisme potongan-potongan pizza berukuran besar yang ia tampilkan dalam salah satu karya instalasinya di pameran terakhirnya itu, tak sulit memang mengaitkannya dengan hegemoni negara-negara berekonomi kuat yang tergabung dalam G-8 terhadap negara-negara berekonomi lemah dan terbelakang.

Dalam bahasa gamblang, ia mau mengingatkan siapa saja: penjajahan negara-negara berekonomi adidaya semakin mengakar, mencengkeram, ganas, yang sepatutnya dicemaskan dan diwaspadai—tak hanya menikmati budaya-budaya konsumtif dan materialistis yang tanpa disadari telah merasuki diri, membuat kecanduan dan ketergantungan pada apapun produk mereka, dan tak begitu saja dipukau pesona globalisasi, yang menelan mentah-mentah kultur dan “nilai-nilai baru” yang disuguhkan.

Semsar memang tak pernah lelah dan bosan memperjuangkan keadilan dalam berbagai spektrum dan kasus, selain terus mengingatkan agar harga diri tak diabaikan. Sikap keras dan nonkompromistisnya itu acap dikaitkan dengan darah dan turunan “genetikanya”, manusia Batak yang hidup dan dididik dengan kultur militer. Entahlah apakah ada kaitannya, Semsar sendiri tak murni berdarah Batak, sebab perempuan yang melahirkannya berdarah India. Lagipula, ia tak seperti turunan serdadu pada umumnya yang doyan membawa-bawa pistol ayah dan bangga atas pangkat dan kuasa orangtua.

Yang membuat saya heran dan sampai kini tetap bertanya-tanya, mengapa ia memilih jalan yang sepi itu—seniman pemberontak, galak, anti kemapanan, penyendiri, menjauhkan diri dari hampir semua atribut kenikmatan jasmaniah—sementara latarbelakangnya, sebetulnya, berasal dari kelas menengah, kalau tak orang kaya. Bayangkan, masa kecil dan remajanya—karena tugas ayahnya—terlewatkan di Beograd, Yugoslavia, Perancis, San Fransisco; tempat-tempat di mana ia mulai belajar seni lukis dan sketsa. Maka ketika mulai kuliah di ITB (1977), sebetulnya ia sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih dari cukup sebagai seniman.

Semsar tak tamat dari kuliah senirupanya di ITB, mungkin karena sudah terlanjur dianggap “monster” yang menakutkan almamaternya, selain ketakbutuhannya pada selembar kertas diploma. Tetapi lewat gebrakannya pada sebuah bianneale TIM-IKJ tahun 80-an, ia semakin tegas menampakkan dirinya: bukan sekadar seniman pemberontak yang ekstrim menyalurkan sikap—terutama ketika pameran seni instalasinya itu ia gali halaman belakang TIM laksana liang kubur untuk manusia raksasa yang merindingkan bulu-bulu tubuh, dan…, seusainya, membakar karya-karyanya, membuat penikmat dan pengamat senirupa terperanjat dan sulit percaya.

Baginya, hakekat sebuah karya adalah ketika akhirnya dimusnahkan dengan cara dibakar supaya jadi abu. Kelihatannya, pengaruh Hindu dan India sangat kental dalam dirinya, termasuk kesukaannya pada musik India, termasuk album-album Beatles dan beberapa personilnya yang melahirkan karya musik dengan mengadopsi unsur musik dan instrumen India.

Ketika karya-karyanya ia musnahkan, saya termasuk yang kesusahan memahami jalan pikirannya, dan karenanya hanya bisa bergurau pada seorang kawan dekat, Iskandar Siahaan, yang sempat dekat dengan Semsar (mungkin karena faktor semarga), bahwa “Siahaan memang banyak yang rittik (sinting).” Edan!

Harian Kompas sendiri pernah mengulas kenyentrikan Siahaan yang satu ini secara panjang-lebar. Diceritakan, betapa seorang ibu pemilik rumah sederhana yang disewa Semsar di wilayah Cinere, senantiasa heran dan bertanya-tanya menyangkut lelaki misterius penyewa rumahnya. Rumput liar yang tumbuh di halaman rumah dibiarkan mengilalang hingga hampir menutupi bangunan rumah, pintu dan jendela jarang dibuka, dan penghuninya amat jarang melongok matahari.

Kelangsungan rumahtangganya (ia menikah dengan perempuan non-Batak, beda keyakinan tetapi disebut-sebut Semsar sudah mengkonversi keyakinannya) yang kandas di tengah jalan dan kehidupan (atau sikap?) keberagamaannya yang “aneh” dan cenderung agnostic, seolah melengkapi kemisteriusannya. Tetapi, dengan seluruh keanehan dan “kegilaannya” yang tak terkesan dibuat-buat atau dipaksakan itu, membuat dirinya menjadi ikon atau simbol perlawanan dan pemberontakan yang dikagumi kaum muda anti-kemapanan; menggoda penggiat dan pengamat senirupa dan pemerhati isu HAM dari manca negara (terutama Eropa, Amerika, Kanada, Australia), terus menguntit aktivitas dan karyanya.

Mungkin, Semsar-lah seniman pluralistik (istilah kritisi senirupa) Indonesia yang paling banyak diulas media-media senirupa Eropa, Amerika, Kanada, Australia, Jepang. Barangkali pula, selain Pram, Sitor, Goenawan Mohamad, dialah “orang-orang aneh” milik bangsa ini yang karya dan figurnya tak habis-habis dikaji pengamat seni-budaya-sastra lokal maupun luar.

Saya tak akan memaparkan apa-apa saja karya Semsar di tulisan sederhana ini. Bila anda tertarik menelusuri lebih jauh “ke-diri-an” dan karya-karyanya, mudah dicari dengan mengklik Google atau Yahoo. Salah satunya, Semsar’s Gallery, asal foto-foto wajah dan lukisan Semsar “dipinjam” untuk tulisan ini.

Saya merasa beruntung sempat mengenal dan beberapakali berbincang dengan lelaki misterius ini—walau tak hangat, tetap berjarak, dan, sebagaimana penilaian kawan-kawan lain, takkan bisa dirangkul oleh siapapun, termasuk katanya keluarga dekatnya sendiri, apalagi menjadikannya semacam alter-ego. Ia mengaku tak punya HP dan hanya mau dihubungi lewat email.

Demikian pun, ketika beberapa bulan setelah perbincangan di hajatan Sitor itu kuterima kabar duka melalui SMS seorang kawan di Bali, “Semsar Shn mninggl dnia di Bali krn srngan jntng, jnzhnya akn dibw ke Jkt”, selain terkejut, perasaanku amat sedih—seraya membayangkan bola matanya yang menguning itu. SMS tersebut lalu kuteruskan pada Grace Siregar di Tobelo-Halmahera Utara, Agus Budyanto (pelukis cat air yang sedang naik daun), Tumpley Siahaan dan teman-teman seniman hotel Hilton, dan yang lain-lain.

Sesaat saya terdiam, lalu menggumam: “Sekali, tetapi berarti…”

Ia meninggal dunia di RSUD Tabanan, 23 Februari 2005, jam 1 Wita, tatkala melihat-lihat tukang bangunan mengerjakan studio sekaligus huniannya. Dusun Kesambi, Jatiluwih, Panebei-Tabanan, ia putuskan huniannya terakhir sekalian tempat berkarya—tanah nan bidang, yang pengakuannya pada saya, pemberian kawan dekatnya.

Jenazahnya sempat disemayamkan di Galeri Cipta TIM sebelum dikuburkan esoknya di pekuburan Menteng Pulo. Saya tak ikut mengantarnya, tetapi manakala melewati Jalan Casablanca yang membelah komplek makam yang kian dikepung bangunan apartemen itu, sesekali terbayang: seorang seniman besar negeri ini, pemberontak untuk keadilan dan kemanusiaan yang kesepian, rebah di situ.


Selengkapnya?

Cinta Dipengaruhi Waktu

friends, just to cheers up your day..... for those who are ready to get married....

Friends, just to cheers up your day.....
for those who are ready to get married....

Usia Pernikahan Mempengaruhi Kemesraan!!!

Sebelum Bobo:
10 weeks: selamat bobo sayang, mimpi indah ya, mmmuach.
10 months: tolong matiin lampunya, silau nih.
10 years : Kesana-an doong... kamu tidur dempet2an kayak mikrolet gini sih?!

Pake Toilet:
10 weeks : ngga apa2, kamu duluan deh, aku ngga buru2 koq.
10 months: masih lama ngga nih?
10 years : brug! brug! brug! (suara pintu digedor), kalo mau semedi di gunung
kawi sono!

Ngajarin Nyetir:
10 weeks : hati2 say, injek kopling dulu baru masukin perseneling ya
10 months: pelan2 dong lepas koplingnya.
10 years : pantesan sering ke bengkel, masukin persenelingnya aja kayak gini!

Balesin SMS:
10 weeks: iya sayang, bentar lagi nyampe rumah koq, aku beli martabak kesukaanmu
dulu ya
10 months: mct bgt di jln nih
10 years : ok.

Dating process:
10 weeks : I love U, I love U, I love U.
10 months : Of course I love U.
10 years : Ya iyalah!! kalau aku tdk cinta kamu, ngapain nikah sama kamu??

Back from Work:
10 weeks : Honey, aku pulang...
10 months : I'm BACK!!
10 years : Si mbok masak apa hari ini??

Hadiah (ulang tahun):
10 weeks : Sayangku, kuharap kau menyukai cincin yang kubeli
10 months : Aku membeli lukisan, nampaknya cocok dengan suasana ruang tengah
10 years : Nih duitnya, loe beli sendiri deh yang loe mau

Telepon:
10 weeks : Baby, ada yang pengen bicara ama kamu di telpon
10 months : Eh...ini buat kamu nih...
10 years : WOOIII TELPON BUNYI TUUUHHH....ANGKAT DUOOONG!!!

Masakan:
10 weeks : Wah, tak kusangka rasa makanan ini begitu lezaattt...! !!
10 months : Kita makan apa malam ini??
10 years : HAH? MAKANAN INI LAGI?

Apology:
10 weeks : Udah gak apa-apa sayang, nanti kita beli lagi ya
10 months : Hati2! Nanti jatuh tuh.
10 years : KAMU GAK NGERTI2 YA DAH BERIBU2 KALI AKU BILANGIN

Baju baru:
10 weeks : Duhai kasihku, kamu seperti bidadari dengan pakaian itu
10 months : Lho, kamu beli baju baru lagi?
10 years : BELI BAJU ITU HABIS BERAPA??

Planning for Vacations:
10 weeks : Gimana kalau kita jalan2 ke Amerika atau ketempat yg kamu mau honey?
10 months : Ke Surabaya naik bis aja ya gak usah pakai pesawat...
10 years : JALAN2? DIRUMAH AJA KENAPA SEH? NGABISIN UANG AJA!

TV:
10 weeks : Baby, apa yg pengen kita tonton malam ini ?
10 months : Sebentar ya, filmnya bagus banget nih.
10 years : JANGAN DIGANTI2 DONG CHANNELNYA AH! GAK BISA LIAT ORANG SENENG DIKIT APA ?!

Selengkapnya?