Kredit Murah Hidup Susah

Dua hari yang lalu, Harian Serambi aceh memuat Iklan tentang akan diluncurkannya Honda Supra Fit sebanyak 20.000.000 Unit yang diperuntukkan untuk menunjang mobilitas Guru-guru kita. Awalnya terpikirkan olehku bahwa mereka akan mendapatkannya secara gratis atau setidaknya tersubsidi. Tapi tidak, subsidi yang diberikan adalah bagian dari trik marketing distibutor sepeda motor tersebut. Ada banyak cara yang dilakukan oleh dealer untuk menjaring konsumennya termasuk membidik sektor guru. Salah satunya akan mendapatkan cash back sekian-sekian dengan membayar sekian-sekian. Hal yang akan saya soroti kali ini adalah BEBAN yang harus guru/masyarakat/keluarga yang harus dia tanggung setiap bulannya untuk menutupi kredit. Bayangkan masyarakat tergiur dengan kata-kata Uang Muka/Down Payment (sering disingkat DP) hanya Rp. 200.000. Masyarakat tergiur, namun jika Bijak memikirkannya adalah hal yang sulit melakukan pembayarannya setiap bulan yang hampir 400.000 rupiah selama tiga tahun lebih. Bila sepeda motor yang mereka kredit berguna untuk menunjang mobilitas sehari-hari (dengan skala prioritas tentunya) maka adalah tidak mengecewakan. Bila motor yang dia miliki boleh jadi menambah income sehari-hari juga tidaklah menjadi masalah. Namun hal yang sangat tidak bijak jika motor yang dia miliki hanyalah sekedar nampang, sekedar jalan-jalan, sekedar gaya hidup!!!!! Rasanya tidaklah efisien. Bayangkan jika setiap bulan dia harus membayar sekitar 400.000 rupiah dibandingkan jika masyarakat itu harus menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi???? Mana yang kita pilih? Ternyata kebayakan masyarakat lebih memilih kredit sepeda motor dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan anak-anaknya, berinvestasi atau hal yang lebih bermanfdaat lainnya. Mengapa begini? Ada banyak alasan, salah satunya pola hidup hedonisme (terlalu menikmati hidup saat ini). Bahkan ada banyak keluarga yang memiliki sepeda motor/barang kreditan lebih dari satu/lebih dari kebutuhannya hanya demi gaya hidup. Ujung-ujungnya Keluarga Indonesia hidup hanya untuk memenuhi kredit. Ujung-ujungnya kita hanya membuat pengusaha, pencipta, kaya raya karena keluguan masyarakat kita.
So... Lebih baik meningkatkan pendidikan keluarga, Investasi, dibandingkan hanya untuk memenuhi gaya hidup sesaat. Bila memang harus melakukan kredit (Motor,Kulkas,Televisi, Radio) barang-barang yang diinginkan adalah bijak jika memperhitungkan efek negatifnya, atau setidaknya merencanakan lebih matang dampak positifnya terhadap keuangan keluarga.
Kepada saudara muda seyogyanya kita lebih melek melihat kondisi ini dan mari melakukan sosialisasi aktif menangkal kesembronoan dalam pengelolaan uang baik secara pribadi maupun keluarga. Salam hangat buat masyarakat Indonesia. Iwan Nafry Simarmata


Selengkapnya?

Masuk Pegawai Negri Bayar Puluhan Juta.


Hal ini mungkin tak sedikitpun mengejutkan anda dan saya. Ini adalah fenomena wajar dilingkaran sosial berbangsa dan bernegara. Ada seorang Guru yang setelah menamatkan kuliahnya dengan segala tenaga dan pikiran yang dia kerahkan harus berhadapan dengan kondisi kesulitan mendapatkan lapangan kerja. Cukup tragis…. Dengan segala daya dan upaya setelah bersusah payah orang tuanya mengumpulkan dana buat dia selama ini sekolah, orang tua ini kembali bersusah payah mengumpulakan puluhan juta rupaih agar anaknya masuk pegawai negri, sebagai seorang guru pula. Wew.. Pendidikan yang tidak benar akan menghasilkan didikan yang tidak benar pula. Paling tidak siguru yang lugu ini tidak akan berdaya memberikan semangat mandiri, survive, entrepreneur, bahkan semangat membangun. Bagaimana mungkin toh.. Apakah guru/pegawai lain ini akan mampu berterus terang untuk mengatakan agar setiap muridnya rajin belajar agar tidak seperti saya yang harus melakukan aksi sogok untuk mendapatkan jabatan guru, jabatan yang sangat menentukan bagi berlangsungnya kehidupan peradaban suatu bangsa. Ada seorang teman saya dari Pematang Siantar yang mengatakan bahwa ada pegawai negri yang tamatan SMU harus membayar 40 juta rupiah hanya untuk mengharapkan gaji sebesar 900 ribu rupiah per bulan. Dan untuk tingkat sarjana bisa mencapai 80 sampai 100 juta tupiah. Sangat ironis bila memang ditanggapi dari satu sisi.
Bagiku ini bukan hanya kesalahan si pegawai Negri/ Guru atau yang lainnya, tapi kecilnya peluang, kesempatan membuat semua orang gelap mata yang mana peluang itu merupakan tanggung jawab pemerintah kita meskipun setiap orang juga harus bertanggung jawab secara tidak langsung. Sebagai seorang Sarjana memang saya juga harus bertanggung jawab untuk menciptakan lapangan kerja, bukan hanya menjadi pekerja (Pesan dariAyahanda yang tercinta buat kami semua anak-anaknya). Pertama kali Presiden SBY duduk dikursi panas Kepresidenan beliau membuat gebrakan dengan melangsungkan Ujian bagi penerimaan pegawai negri secara fair dan memang banyak teman-teman saya lolos tanpa sepeserpun mengeluarkan dana. Namun setelah tahapan berikutnya banyak kejadian yang telah seharusnya dikubur ternyata harus terulang kembali, sogok menyogok. Bahkan ada banyak teman-temanku yang belum lolos tiba-tiba menjadi tenaga honorer didaerah-daerah sekarang. He he he.. Kembali aku tidak menyalahkan mereka.
Menurut saya ini adalah kesalah kolektif dari setiap orang, dan akan mewariskannya bagi geneasi berikutnya secara terus menerus sehingga hancurlah pendidikan, semangat berkompetisi, semangat untuk maju tentunya. Sistem penerimaan ini harus dirubah betul, harus berstandar dengan pengawasan yang ketat. Para orang tua harusnya lebih bijak dalam menghadapi dan mengarahkan para anak-anaknya. Bayangkan jika seoran sarjana harus memberikan duit sebesar 80 juta rupiah, itu sama artinya bahwa uang yang diberikan akan kembali selama ( 80juta/(1.5 jutax12 bulan) = 4.5 tahun. Wah wah wah.. Bayangkan jika uang 80 juta dia belikan kebun kelapa sawit akan menghasilkan sekitar 3 Ha. Itu berarti Ha x 1,5 juta perbulan = 4.5 Juta perbulan (Hasil Minimum). Hal ini mengindikasikan 80 juta / 4.5 juta = akan kembali dalam kurun waktu kurang dari dua tahun ditambah masa produksi 2 tahun berarti selama 3 tahun lebih. Setelah itu dia akan menikmati 4-5 Juta perbulan dibandingakan si Pegawai Negri ini akan memperoleh 2-3 juta perbulannya. (bila ada peningkatan gaji). Maka untuk mengejar ketertinggalan itu, dengan tidak bijak melakukan Korupsi baik perorangan maupun secara berkelompok. Wah wah.. Adakah kita sadar akan hal itu? Bila seorang pengusaha menengah ditanya berapa modal yang pertama kali dia lakukan untuk memulai usahanya, mereka akan dengan bangga mengatakan tak lebih dari 50 juta rupiah. Sekarang mereka kaya raya toh... wew.. Ini hanya dari salah satu usaha Pertanian. Bagaimana pula dengan Usaha Lainnya. Oleh karena itu mungkin kawan-kawan yang hendak berusaha menjadi pegawai, menjadi Karyawan apabila sampai harus mengeluarkan duit untuk pekerjaan mending pikirdulu deh. Berapa Break Even Pint nya.. He h ehe. Bahkan ada seorang keluarga harus menahankan siksa dunia dikarenakan uang yang pernah dia setorkan tidak menghasilkan apapun, bisa saja uang dolarikan calo, kalau bersaing dalam nominal uang atau bahkan yang mengurus ngga becus. Sekali lagi saya berdecak kagum.. Sebegitu parahnya kondisi ditanah air ini, bagaimana kita harus berjuang melawan negara lain. Inilah tugas Generasi yang sudah sadar.. Begitu banyak yang bisa kita lakukan untuk membangun paradigma baru Indonesia, meski kita harus bertahan dalam Idealisme kita. Percayakah anda bahwa Nenek Moyang, Jepang, Amerika, Jerman, Inggris adalah orang yang dahulunya berusaha sekuat tenaga menciptakan dunia yang sekarang dinikmati para Generasinya? Trus kemanakah perginya Genarasi Muda, LSM, orang-orang yang cinta Negara ini? Mengapa mereka tidak memberikan sosialisasi aktif bagi Masyarakatnya disekelilingnya? Ternyata aku baru mengetahui bahwa mereka sibuk mengejar Peradilan Manta Presiden Almarhum M. Soeharto. Wah, wah salah satu sudut pandang lain toh tentang memajukan Bangsa...(????) Selamat berjuang Bos...


Selengkapnya?

Met Valentine (2 Minggu Lagi Gajian)

Subuh pagi aku dikejutkan SMS yang ternyata datang dari adikku, Isinya kira kira " Perhiasan terindah adalah KERENDAHAN HATI, kasih yang teruji adalah KESETIAAN, kekayaan terbesar adalah KEBIJAKSANAAN, harta terbaik adalah KEJUJURAN, senjata terkuat adalah KESABARAN, pengamanan terpenting adalah IMAN, obat termanjur adalah DOA. Happy Valentine to all my family, tak lupa ia menyelipkan namanya "Gunture" Aku sedikit terusik, It means that to day 14th, February. Valentine Day. Mengapa orang begitu antusias dengan Hari ini, Informasi yang kuperoleh adalah tentang penghargaan seorang yang kebetulan Pendeta yang bersedia melawan kaisar dikarenakan kaisar melarang anak-anak muda kala itu untuk menikah disebapkan kekurangan pasukan, dan pasukan yang menikah akan selalu kesulitan untuk meninggalkan anak dan Istri tercintanya. Alhasil Kaisar melarangnya, dan sang Valentine ini menolaknya dan berakibat kematiannya ditangan kaisar. Kematiaannya meninggalkan Simpati yang luar biasa hingga hari ini. Oh begitu toh. Apakah adik-adikku mengetahui hal ini? Ataukah mereka buta informasi dan hanya seremonial biasa? Atau apakah aku harus mengatakannya?.. Ha ha ha.. Semasa aku Kuliah ada banyak teman-temanku yang bersedia tukar-menukar kado, nongkrong dikafe, henky-pengky, discotik sampai harus bermesum ria. Wah inikah efek buruk Valentine? atau bahkan mereka saja yang memang sudah amburadul. Saudara-saudara yang moeslim begitu antusiasnya melakukan kampanye untuk menolak perayaan ini, mereka berpendapat bahwa lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya.Positif, dan mendukung walau alasannya sepertinya perlu dipertegas. Semua yang ada didunia ini diciptakan Tuhan Positf dan Negatifnya toh, tergantung manusianya. Contohnya. Jika seorang diberikan Pisau, maka ada beberapa kemungkinan penggunaan pisau itu digunakannya.. Bisa saja mengupas mangga (versi Positif) atau membunuh orang (Versi Negatif). Jadi rasanya tergantung masing-masing orang. Adalah hal yang bijak jika kita mengajari seseorang untuk selalu mawas diri dan memperkuat Iman. Namun selama alasan agama itu tidak menimbulkan pemberontakan bagi remaja rasanya sah-sah saja, monggo. Namun adalah sangat bijak jika bangsa ini menghargai Budayanya, mengapa Budaya orang lain menjadi begitu melambung sementara Budayanya sendiri sudah hampir punah? Bayangkan kalau orang-orang Batak disuguhkan acara Martumba seperti jaman dulu, (Diskusi muda mudi sambil berpantun ria) pasti semua menolak toh, he heh e.. Kita bangsa yang sangat gampang meniru budaya barat, namun dari segi Hedonisme atau hura-hura saja. Adakah kita secara umum bisa menyerapap budaya mereka tentang Budaya membaca, Budaya Gentle man, Budaya bekerja keras, atau budaya-budaya positif lainnya? Tentu Tidak. Tapi kalau budaya kearah Budaya Konsumsi yang berlebihan, Budaya santai mereka (mereka bersantai setelah lelah bekerja), Budaya kearah Sex Bebas ( nampaknya mengarah kesana.) Pantas saja para Punggawa-punggawa Moeslim mencak-mencak. karena mereka sudah mempertimbangkan efek buruk budaya Barat ini. Sementara Budaya kita MATI SURI....
Namun sebagai orang yang Moderat dan Menjunjung tinggi Demokrasi (meski kebablasan) maka saya juga mengucapkan SELAMAT HARI VALENTINE BAGI YANG MERAYAKAN. (Namun dalam pikiranku, tanggal 14 february.... Itu artinya 2 minggu lagi Gajian) Cair.. cair... cair.. ha ha ha (Mental Pegawai toh)

Selengkapnya?

Cara Orang Batak dan Tionghoa Mendidik Anak


Apabila semua bangsa ini mempunyai kemauan seperti story ini niscaya kita akan menjadi bangsa yang Berilmu. Kita menjadi miskin tak lebih disebapkan keserakahan dari sebahagian orang yang sebangsa kita. Jika kita berpendidikan maka niscaya kita tidak akan pernah diakal-akali oleh orang yang merasa lebih pintar. Maju terus Rakyatku.


Bekerja dan bersekolah. Dua hal itu melekat pada masa kecil Jan S Aritonang.
Sejak duduk di kelas IV SD, Aritonang telah belajar mencari uang. Di depan rumah kakeknya di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, ia sering menggelar dagangan dari kebun kakeknya. Seminggu sekali, pukul 03.00 dini hari, ia ikut menjual hasil bumi ke pasar. Saat duduk di SMP, Aritonang pernah bekerja sebagai tukang sapu. Ia pernah bekerja pedagang asongan, kernet mobil angkutan, sampai penarik becak. Akan tetapi, satu hal tidak pernah ditinggalkannya: bersekolah.

Meski pagi-pagi sekali harus berangkat ke pasar, apa pun saya harus cepat-cepat pulang supaya bisa bersekolah pada pukul 07.00. Sekalipun sejak kecil sudah dilepas cari makan sendiri, tetapi tetap harus bersekolah. Itu tak hanya berlaku pada diri saya, tapi juga bagi anak-anak Batak lainnya, kata Aritonang yang kini menjabat sebagai Ketua Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.
Aritonang adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ibunya petani. Ayahnya pernah bergabung menjadi tentara, kemudian pindah menjadi pegawai pada Kementerian Penerangan, sebelum akhirnya berwiraswasta.
Ayahnya mendidiknya dengan keras. Bila ada angka merah di rapornya, bisa-bisa ia disetrap, tidak diberi makan atau dicambuk. Sebaliknya, bila memperoleh nilai bagus, tidak segan-segan ayahnya memberi hadiah baju baru, memotong ayam, atau sekadar mengajak jalan-jalan.
Batak merupakan salah satu etnis di Tanah Air yang sangat menjunjung tinggi nilai pendidikan anak. Anak, bagi orang Batak, merupakan harta yang paling berharga, kehormatan, sekaligus kekayaan bagi orangtuanya. Pemahaman ini yang mendorong warga etnis Batak mendidik dan berupaya agar anaknya bisa memperoleh pendidikan setinggi mungkin.�Baik yang tinggal di kota maupun di kampung-kampung, orang Batak akan mengerahkan kemampuan finansialnya untuk pendidikan anak-anaknya, kata Aritonang.
Pendidikan di rumah
Orang Batak juga berusaha menjaga keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam keluarga. Melalui pendidikan keluarga itulah nilai- nilai kerja keras, pantang menyerah, dan keuletan ditanamkan. Nilai-nilai itu pula yang ditanamkan Aritonang dalam mendidik anak-anaknya.
Aritonang mengaku tak mengalami kesulitan mendidik anak-anaknya. Ketika ketiga anaknya masih kecil, mereka tanpa disuruh belajar sendiri, juga tanpa harus didampingi. Sesekali saja ia turun tangan ketika anaknya mengalami kesulitan. Ketika nilainya kurang bagus ia membimbing bagaimana bisa lebih sistematis dalam belajar.
Meski tidak harus mendampingi, saya tidak pernah tidak peduli terhadap pendidikan anak-anak saya, kata Aritonang.
Dalam mendidik anak-anaknya, ia mengaku tak pernah menggunakan kekerasan. Ia juga tak memaksakan anaknya kelak akan menjadi apa. Yang dibutuhkan anak adalah perhatian, bukan pengendalian yang ketat, apalagi pemaksaan, ujarnya.
Cara itu terbukti cukup berhasil. Ketiga anaknya masuk di universitas negeri yang terbaik. Anak bungsunya kini mengambil kuliah di Institut Teknologi Bandung. Anak keduanya, menyelesaikan program studi S2 dalam usia 23 tahun dengan indeks prestasi 3,92.
Tidak ada yang gratis
Seperti halnya tradisi dalam keluarga Tionghoa, Sofyan Tan tokoh masyarakat Tionghoa di Medan mendidik anak-anaknya, khususnya anak pertamanya, dengan keras. Anak-anaknya diharuskan membuat target juara dan bila target itu tercapai mereka diberi hadiah.
Sofyan tidak memberikan uang jajan kepada anak-anaknya secara cuma-cuma. Uang jajan hanya diberikan sebagai kompensasi nilai ujian yang bagus. Untuk tiap nilai yang bagus memperoleh Rp 5.000. Khusus untuk nilai matematika dan sains yang bagus memperoleh Rp 20.000. Demikian pula bila anaknya ingin memiliki telepon genggam atau play station. Barang-barang itu hanya bisa dimiliki sebagai hadiah bila target juara kelas tercapai.
�Biar ada motivasi bahwa untuk mencapai sesuatu harus pakai perjuangan. Dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang gratis, kata Sofyan.
Di tengah kesibukannya, Sofyan sebisa mungkin mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah. Dalam perjalanan itu Sofyan punya kesempatan berbincang-bincang santai dengan keempat anaknya. Secara intensif Sofyan berkomunikasi dengan anak-anaknya, baik melalui telepon atau pesan elektronik singkat.
Istrinya sehari-hari mendampingi anak-anak di rumah. Untuk mengakrabkan hubungan dengan anak-anaknya, pada akhir pekan ia selalu mengajak keluarganya makan bersama di luar. Di sinilah ia bisa efektif mengobrol santai dengan anak.
Dari Senin sampai Jumat, anak-anaknya tidak bermain di luar. Sama seperti kebanyakan anak-anak dari keluarga keturunan Tionghoa lainnya, keempat anak Sofyan mengikuti berbagai macam les: dari kesenian, bahasa asing, sampai matematika. Sofyan mengaku tidak membuat jadwal ketat jam berapa anak-anaknya harus belajar karena mereka bisa mengatur diri mereka sendiri. Hanya anaknya yang paling kecil saja, Davin (9), yang masih diawasi.
Putri pertamanya, Tracy (18), baru-baru ini berangkat ke Inggris untuk mengambil persiapan masuk ke universitas. Rencananya ia akan mengambil Bidang Studi Matematika di Universitas Cambridge. Putri keduanya, Cindy, yang mempunyai bakat melukis ingin mendalami desain grafis. Felix (14), anaknya ketiga, ingin meneruskan jejak ayahnya menjadi dokter.
Pengaruh orangtua
Tidak ada faktor tunggal yang memengaruhi keberhasilan dan etos kerja seorang anak, kata Dr Eri Seda, sosiolog dari Universitas Indonesia.
Akan tetapi, menurut Eri, keberhasilan, etos kerja, dan semangat belajar seorang anak sangat bergantung pada kultur dan keteladanan orangtua. Orangtua boleh omong macam-macam namun yang dilihat anak adalah tingkah lakunya. Bila orangtua bekerja keras dari pagi sampai malam, tanpa harus memberikan wejangan sekalipun, anak akan meniru kerja keras. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, kata Eri Seda.
Menurut Ketua Program Pascasarjana Sosiologi UI itu, disiplin, etos kerja, keuletan merupakan nilai-nilai yang bisa ditumbuhkan dalam keluarga. Sekolah hanya bisa melengkapinya. Karena itu, Eri menekankan pentingnya interaksi di dalam rumah tangga dijaga.
Sedekat apa pun hubungan seseorang, bila tidak dijaga dengan kegiatan bersama dan tidak ada komitmen satu sama lain maka interaksi antaranggota keluarga bisa berjauhan. Interaksi kurang baik dalam keluarga menimbulkan berbagai persoalan sosial, seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, perselingkuhan, sampai masalah pendidikan anak.
Akan tetapi, tambahnya, meski keluarga dan sekolah telah mendidik anak dengan baik, tetapi masyarakat hanya menghargai yang serba instan, anak tidak akan tahan melawan arus.�
Kalau yang dipentingkan dalam masyarakat hanya yang glamor, asal keren, yang dihargai hanya selebriti, asal kaya tanpa peduli dari mana kekayaannya, maka anak tidak akan melihat pentingnya kerja keras dan berjuang. Yang penting lulus, nilai baik atau tidak bukan soal. Itulah mengapa kini banyak anak bersikap minimalis, kata Eri.

Tulisan ini kucomot tanpa permisi dari (maaf ya), hal ini berawal dari ketertarkanku dengan isinya yang benar-benar menggugah. Semoga bermanfaat buatmu setidaknya buatku. Majulah Rakyat Indonesia
http://osdir.com/ml/culture.region.china.budaya-tionghua/2005-08/msg00223.html


Selengkapnya?

The Beauty of Indonesia

To all of you that want to know Indonesia you may see this clip. It would describe How about Indonesia, the culture, the beauty of the land, the beast creation of God, the beauty of Indonesia. You may see this before you come to Indonesia. I promise that you will be satisfied for coming to my country. There are a lot of place that can be journeyed, like the beautiful of Bali beach, the best lake in the world, LAKE TOBA, and many culture spread over the archipelago like how the people in Toraja Bury their death people to the rock, and many more. (Buat semua yang berniat mengenal Indonesia, anda boleh melihat kreasi seorang yang sangat baik tentang Keindahan dan keberagaman Indonesia, Budaya, keindahan alam yang merupakan ciptaan Tuhan yang sangat mengagumkan, siapapun anda mari majukan Indonesia sehingga lebih dikenal masyarakat Luas didunia.)



I guarantee that coming here safer from other country that you ever traveled. Visit Indonesia, to see the best creation of GOD

Selengkapnya?

Kemiskinan Dan Mengatasinya (Versi Abuya Ashaari Muhammad )

Kemiskinan adalah hal paling pelik mendera Kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Tidak bosan-bosannya saya mengatakan tidak akan mungkin ada kemiskinan di Negara Indonesia Raya ini dengan Sumber daya Alam yang melimpah, yang merupakan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Seharusnya berbangga toh namun adalah sangat menyedihkan bahwa dinegara berpenduduk 230 Juta jiwa ini 60 juta diantaranya hidup dibawah garis kemiskinan.

Ada banyak sudah diskusi, wacana, pertemuan pakar-pakar yang pada intinya menghasilkan solusi-solusi bijak dalam pengentasan kemiskinan ini. Namun hasilnya hambar, malah diakhir tahun 2007 penduduk Indonesia bertambah yang miskin, berkurangnya lapangan kerja. Kembal ke Tuan Ashaari Muhammad yang memberikan alasan kongkret, namun sangat menyentuh permasalahan Fundamentalnya. Menurut beliau kemiskinan itu ada tiga..





Miskin Iman.Ini adalah hal yang sangat Fundamental, begitu seorang tidak memiliki Iman adalah hal yang sangat Gelap, Bila seorang tidak memiliki atau bahkan hanya sedikit-sedikit Imannya maka ia bisa berlaku curang/culas terhadap sesama manusianya. Inilah hal yang paling fundamental yang membuat manusia itu memiliki Integritas, memiliki pandangan positif bahkan pandangan untuk saling berbagi. Bila minus Iman dapat dibayangkan bagaimana rakusnya manusia yang satu dengan manusia lainnya. Sangat setuju pada pandangan beliau, dan saya rasa semua agama mengajarkan hal yang sama. baik itu Islam, Kristen, Budha, Hindu dan lainnya. Pada dasarnya manusia itu adalah baik, namun akan terpengaruh begitu melihat kehidupan dunia, hal yang sangat mendasar bagi Tuhan untuk mencipatakan Agama sehingga mempererat hubungan Manusia dengan Tuhannya untuk tidak berperilaku seperti Binatang. Di Indonesia, apakah pemimpin, rakyat yang mampu sudah termasuk ber-Iman?
Miskin Ilmu Sebagai seorang cosmopolitan saya rasa Tuan Ashaari Muhammad adalah sangat bijak mengatakan hal ini. Dari sorban dan gaya bicaranya kesan pertama adalah seorang militan. Namun sangat menyenangkan mendengar pernyataan beliau. Karena untuk bisa lepas dari kemiskinan haruslah memiliki Ilmu yang cukup untuk bisa membangun demi manusia lainnya. Hendaklah ilmu yang dimilikinya berguna bagi Manusia lainnya. Sangat disayangkan memang bahwa perkembangan ilmu di Indonesia yang banyak diarahkan dari Institusi pendidikan hanya sekedar jalan ditempat. Bahkan Pendidikan di Indonesia sudah melenceng dari dasar pendidikan. Amburadulnya pendidikan bangsa ini tak lebih dari kerakusan manusia yang tidak beriman. Bayangkan bagaimana seorang pemimpin yang konon memiliki ijajah tanpa sekolah, atau bahkan seorang guru yang bersedia membayar puluhan juta hanya untuk menjadi guru, dengan gaji pas-pas an. Sangat memprihatinkan melihat amburadulnya pendidikan dan sudah menjadi Objek bisnis. Mari berubah.
Miskin Harta. Sebenarnya tujuan ulasan ini adalah sangat menekankan hal ini. Kemiskinan ini disebapkan karena miskinnya Iman dan Miskin Ilmu. Bukan hanya bagi mereka yang miskin harta ditujukan hal ini, namun buat manusia lainnya. Bila kita tidak lagi terkategori miskin harta maka kita telah memiliki Ilmu yang seyogyanya disumbangkan bagi perkembangan ilmu itu sendiri dan manusia lainnya. dan hal ini hanya boleh terjadi apabila kita memiliki Iman sehingga berusaha memajukan manusia lainnya. Bagi mereka yang merasa masih miskin harta, mari berusaha sebisa mungkin untuk tetap beriman, sebisa mungkin mengejar ilmu sehingga kita bisa menolak apabila manusia yang rakus berusaha mencuri dari kita.
Rasanya memang Tuan Ashaari ini adalah seorang yang beriman dan Intelek. Saya sangat menghargai beliau. Kesimpulan dari beliau adalah bagaimana mengentaskan kemiskinan bukan hanya berdiskusi dengan rakyat miskin namun juga dengan bantuan yang sudah tidak lagi miskin. Mari mengejar ketertinggalan kita untuk lebih maju dengan tidak serakah. Ilmu tanpa Iman kosong, Iman tanpa Ilmu lebih kosong. Majulah rakyat Miskin. Namun bagaimanapun semua tergantung dari kita semua.

Selengkapnya?

Spirit Bearing Incredible Moment

This article is dedicated to my friend that adjudged leukemia. Hope you be patient to accept all of this and keep high spirit to struggle in your live.
In the year of 2004, middle of July about , I am and all our friend going to Parapat want to take refreshing of mind after almost one year work with the same cases. Going there with no payment at all (Full Story), mean all of it is free, kind heart of our boss of course. Journey from Medan using two office car. My Bos Hotma Sirait, My Ex Bos Tri Herianto and two of my friend Baginda Siregar and Laventius Manullang in the first car.Early of our journey is well, until we arrive at the place. And in the second car it is full of our friend that really enjoy their journey. Imagine we are together of two our boss, of course it is not good to show who we are (he he he). Yah just a little conversation, little laughing it is different with another entourage. Singging, smoking, and dringking and many more. All of them is a staff like I am. We arrived at the location about eight o’clock, we remember it is the final of Indonesian Idol between Joy Tobing and .the man.. oh.i really forgot his name.. Arrange room for staying a rest and we were enjoy the situation. It is fresh, weather’s very cold. I finally got the room together with young staff. Try sang a song with guitar, and make some activities before having dinner. It is really nice… After having a nice dinner we playing card, this a gambling playing. With our ability to play the card and hope some lucky with us to win a game. At the middle of night all of us gone out our room to join with other friend for singing activities. Almost us is bataknese by birth and of course having ability to play guitar and singing. Drink some birr that make us in high self confidence. Sing and sing again in the middle of night until almost morning. We gone for sleeping and in the morning we play volley ball for warming up before we gone for swimming in that lake. It is clearly Sunday, nice weather make all of us interested for swimming. Swom in in the fenomenal lake, yah Lake Toba. Other use float, and other using water cycle go around and around. I and my friend Baginda, rudi likkar just swim around, not more the 10 meter from the coast. All of us done each activities . I my self just used float and swim around on it. Still swimming suddenly i realize that there is a big ship that wants to close to their dock take and degrade the passenger. I really remember an advise of my aunt (Namboru) when I was a child and take a vocation to Samosir I always remembered to go away from ship because there is propeller that function like a fan and will sucking you on it. So that’s why I closed to the beach use all of my power. And I success, the ship in it’s dock done their activities. Not in a long time, it is about 5 minutes my friend likkar ask me to give him my float, I want to go to middle of lake he said. I just give it with there is no bad hunch. The ship is stop for their activities.. Not more than 15 minutes all the people in the dock screaming. It is so loud. We have not understand what is happening. In fact we saw our friend likkar asking for a helping. After the ship finished their job in the dock the navigator begin to accelerate his ship and rotate around. We just saw him asking for helping in surface of water. Finally he moved slow down, and with a good initiative owner of boat in the beach who saw him almost sink go close him and give a rescue for him. Before they arrived at the beach we still joke with other friend who waiting for in the beach. As we known he was a good swimmer and all of people know it. In our opinion we quest that he was cramps. 10 Meter from the beach the people who gave him a rescue said “ It is Dangerous” The stomach is wounded, hurted. In fact what I worried about is happened to him. “The Propeller”. The Leg is Broken, his back is wounded. The water is red by his blood, all can saw his intestine is go out. It was terrible wounded. He was almost Insensible. In panic situation I ask some who have a car to carry out him to the hospital. And it was, although it was just small hospital called Puskesmas. The condition of my friend was make a nurse tremble to gave him first aid. Finally he carry out to Pematang Siantar. It was a incredible journey take him to Hospitasl, Vita Insani Hospital, my friend as a drive the car like in drunk situation. Save and Arrived at that, take over the doctor. He got the medicine care. A couple of hour the doctor called us and said that there is no Hope for him for live. We were hopelessly. Finally my Boss ask us to pray for him. I remember what he said when we’re praying. “God if you have to take him give all of us tough and all the family that will lefted him. But we believe that you have an incredible power to recover him. But first of all your desire is happened”. After that we were in surrender ness condition. But the doctor still work in strong effort to save him. We were surprise that doctor said that his spleen have to be taken. It is mean that, although he recover from that he will so weak in the future of his life. Because there is no to product antibody from the body poison. But it was happened and have to be done as doctor suggested. At the night we were so tired, just praying and praying. In the morning some of us have to be back to Medan to continue our daily activities. Doctor have not given a certainty information, they just said that all of their ability will given to over come this. Money is a Problem of course. He was a young married man. Still have one children it is mean that he has no Money. But our Big Bos Poniton Sihombing ensure us that all of money would be coordinate and medicine for him have to be go on. After two weeks on Vita Insani Hospital in Siantar, He had to be carried out to Elizabet Hospital to Medan because there is no progress of his health. And he was suggest to carry out to Penang Malaysia. But The doctor said it would be useless, because he was too weak. And finally he cared in this Hospital with many problems. I can write all the process that happened as long as his recovery situation. But God still work on him. He was consciousness. Finally there is a progress for his health and spent much money for all the medicine. When we visit him, my bos ask him why he was so powerful in his problem. He said “ I have to live, Because I have a children, a daughter. It is difficult for me to left her. When I sink in the lake, fight with propeller’s sucking I felt that I have to died. It is terrible pain, but I collect all my power, and with high spirit reached water surfaces asking for a helping. In that time I just remember my little daughter. If I die, I will left him with a big question of life” I Have to beat and defeating my weakness, I have to live. All of this just for my little daughter. When you remember your lovely people, youll’be able to beat what you suggest make you die early before, he said. Now he was staying in Medan and do some small work of course. He has to care of his health intensively. Because his health is not as good as another people anymore. His spleen has not in his body anymore As I know there is still and iron planted in left foot to help his broken foot bone. But he has no money yet, to take it away. Hope Got will help you and inspire people to take a high spirit to beat their pain in various disease.
Because high spirit will defeat your half of pain and medicine will beat a half more and God will make it perfect.

..............................................
There are alot of thing that I've Gotten from this True Story
  1. Believe God More and More (The Doctor Said There is no "HOPE", The Truly... You may see
  2. Try To be Patient, (This is shown by Mr Hotma Sirait at the Panic Situation)
  3. Don't Be Panic (When You Saw the situation Like a Story, think first to take a best Action to Cover the Problem. when You Panic You'll Got Nothing Idea)
  4. Be Generous (Without Helped From Mr. Poniton, Mr. Hotma Sirait and the other, i'm sure there is no Money for his Medicine)
  5. And The First of all, Keep High Spirit)

Thank You Very Much



Selengkapnya?